tirto.id - Pada 29 Mei, independensi.com menurunkan artikel berjudul "Gereja GPdI Immanuel Riau Diserbu FPI dan Pemuda Pancasila". Situs itu mengklaim mendapatkan informasi dari seorang jemaat gereja. FPI yang dimaksud adalah “Front Pembela Islam”.
“Tolong Gereja kami diliput karena diserbu anggota FPI dan Pemuda Pancasila secara tiba-tiba. Mereka berteriak-teriak secara histeris dan menyebut 'Allahhuakbar…' di depan Gereja,” bunyi informasi utama di dalam artikel itu.
Sayangnya, informasi jauh dari lengkap, bahkan kapan kejadian berlangsung pun tak disebutkan. Namun artikel itu menampilkan pernyataan dan menyebut bahwa petinggi gereja, pada 28 Mei 2018, telah mengkonfirmasi peristiwa.
Dikutip secara utuh dari artikel: “Pendeta Candra Nadeak membenarkan kabar penyerbuan ke Gereja Immanuel di Dusun Sei Ubo, Desa Pauhranap, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau”.
Selain itu ada juga keterangan tambahan: FPI yang datang berjumlah tiga orang. Sementara satu orang lain yang datang dari Pemuda Pancasila. Mereka datang untuk menanyakan izin bangunan gereja. Saat ini gereja memang sedang dalam proses pembangunan fisik.
Informasi tersebut segera menjadi viral di media sosial, banyak warganet membagikan informasi penyerbuan itu. Tak hanya di media sosial, artikel yang tayang di independensi.com itu ternyata juga muncul di beberapa situsweb, seperti indosatu.net, beraninews.com dan suarasosmed.info. Tiga situs web terakhir seluruhnya menggunakan artikel independensi.com sebagai rujukan.
Kronologi Kejadian
Lokasi gereja yang disebutkan dalam artikel independensi.com memang benar berada di Dusun Sei Ubo, Desa Pauhranap, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Kabar tentang ada rombongan yang menanyakan izin pendirian gereja juga benar. Namun kabar penyerbuan itu yang dibantah berbagai pihak.
Kepala Dusun Sei Ubo, Sugiono membantah ada penyerangan gereja. “Yang di berita-berita itu gak betul. Berita itu berita hoax saja,” tegas Gino kepada Tirto melalui sambungan telepon (30/5).
R. Ade Hasibuan, Ketua FPI Riau, menyatakan hal yang sama kepada Tirto.
“Informasi yang beredar di media sosial itu, saya mengatakan tidak seperti itu kejadiannya,” ungkap Ade kepada Tirto (31/5).
Ade menyatakan memang benar ada romobongan FPI beserta ormas lain datang ke wilayah itu. Tujuannya untuk klarifikasi soal kabar kegiatan masjid yang diusik, lalu berlanjut menanyakan soal izin pendirian gereja.
Ia menegaskan tidak ada intimidasi, atau bahkan penyerbuan.
“Bukan dalam rangka untuk melakukan intimidasi, tidak. Hanya menanyakan keberadaan gereja tersebut,” ucapnya.
Tirto menghubungi Asmadi alias Eddy Akhong. Ia adalah Ketua FPI Kecamatan Parenep. Eddy adalah saksi karena menjadi salah satu yang ikut mendatangi ke gereja itu. Melalui sambungan telepon, Eddy menjelaskan runtutan kejadian, termasuk latar belakang persoalan lainnya.
17 Mei 2018
Eddy menceritakan bahwa sekitar 2 kilometer dari lokasi Gereja Immanuel di Dusun Sei Ubo terdapat sebuah masjid kampung yang sedang mengadakan kegiatan tadarusan di malam Ramadan. Seorang warga dikabarkan merasa terganggu dengan tadarusan yang dipancarkan lewat pengeras suara.
“Jam 12 itu orang datang. Dengan bahasa isyarat, ia menunjuk toa, sudah itu dia menutup telinga, habis itu dia melipat tangannya ke kanan untuk bobo (tidur),” terang Eddy.
Orang yang sedang tadarus di masjid tidak tahu kejadian itu. Eddy menyebut ada beberapa pemuda kampung di depan masjid yang melihatnya.
18 Mei 2018
Jumat pagi hingga siang, beberapa aparat dan anggota masyarakat sudah berunding dengan orang yang keberatan perihal penggunaan pengeras suara untuk tadarus di malam hari. Malamnya, beberapa anggota FPI Parenep datang silahturahmi ke masjid yang dimaksud, sekaligus mengklarifikasi detail cerita.
19 Mei 2018
Pada hari Sabtu itu, berkumpullah sejumlah tokoh ormas dan tokoh-tokoh masyarakat untuk mengupayakan penyelesaian atas peristiwa pengeras suara saat tadarus.
“Sebagian responnya oke, sebagian ditindak lanjuti. Sudah [ada] pernyataan damai. Sebagian yang lain akan memberikan action, sebab kejadian tersebut dinilai tidak cukup minta maaf gitu aja,” ucap Eddy.
23 Mei 2018
Rabu malam, Eddy bercerita beberapa ormas berunding di markas ormas Laskar Hulubalang Riau, di antara PP dan FPI serta beberapa orang tua serta tokoh adat. Mereka berasal dari ormas tingkat kecamatan. Eddy memberitahu perkembangan yang ada, termasuk hasil klarifikasi FPI setempat, juga proses penyelesaian yang sudah berjalan. Namun peserta yang hadir masih tetap ingin berkunjung secara langsung ke masjid yang menjadi lokasi kejadian.
24 Mei 2018
Tiga rombongan berkunjung ke masjid menggunakan tiga mobil. Ormas yang berangkat adalah PP, FPI juga Laskar Hulubalang. Setelah berhasil ke masjid, serta melakukan klarifikasi secara langsung, rombongan memutuskan pulang. Eddy menyebut, dua mobil memang pulang, namun mobil yang ditumpanginya menyempatkan mampir terlebih dahulu ke beberapa tempat. Eddy menyebutkan seorang kawannya hendak memasukan proposal ke salah satu perusahaan.
Sehabis itu mereka singgah ke sebuah warung yang berjualan tuak. Karena bulan Ramadan, mereka menyarankan agar warung itu memasang tirai. Setelahnya barulah mereka singgah ke Gereja HKBP dan Gereja Pantekosa.
Ia menyanggah melakukan penyerbuan. Eddy menyebut bahwa mereka hanya bertanya kepada pendeta soal perizinan gereja.
“Jadi di situ kami datang, kami bercerita sama pendeta, kami minta keterangan izin IMB, menanyaan masalah surat-surat tersebut. Habis itu kami sempat berfoto pas mau pulang. Habis itu kami pulang,” tutur Eddy.
Klarifikasi di Teras Gereja
Kabar penyerbuan Gereja GPdI Immanuel di Dusun Sei Ubo membuat aparat dan tokoh setempat mencoba meredam suasana. Pertemuan bersama diadakan di teras gereja. Pendeta Chandra Nadeak tampil memberikan klarifikasi.
Letkol Hendra Roza, Dandim 0302/Inhu, memberikan video yang merekam pertemuan bersama tersebut kepada Tirto pada 31 Mei 2018. Ia membenarkan terjadi pertemuan berbagai pihak gereja seraya menegaskan informasi penyerangan tidaklah benar. Kepala Humas Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Jeirry Sumampow juga memberikan video yang sama kepada Tirto. Seperti penegasan Hendra Roza, Jeirry juga menyanggah adanya penyerangan.
Dalam video itu, tampak Pendeta Chandra Nadeak memberikan klarifikasi. Dikutip secara verbatim, Pendeta Chandra mengatakan:
“Dengan beredarnya berita-berita itu, saya memang terkejut dari pagi, karena ada begitu banyak telepon kepada saya menanyakan adanya berita itu, menanyakan kepastian, tentang keberadaan gereja ini. Saya katakan, kalau berbicara penyerangan memang tidak ada, saya katakan. Tetapi, pihak FPI dan PP memang datang ke tempat ini. Mereka datang ke tempat ini dan mereka menanyakan hal berbicara soal izin.”
“Jadi saya mau menyatakan malam ini, berita yang ada di media adalah berita yang tidak akurat dan tidak benar adanya. Bahwa kami sampai malam hari ini tidak ada yang disebut namanya penyerangan, tidak ada yang disebut dengan gangguan apa pun.”
Kesimpulan
Informasi bahwa FPI dan PP melakukan penyerbuan Gereja GPdI Immanuel di Dusun Sei Ubo masuk ke dalam informasi yang salah (false). Artikel independensi.com menjadi sumber awal kesalahan ini.
Sedangkan artikel indosatu.net, beraninews.com, dan suarasosmed.info juga menampilkan ilustrasi foto yang tidak akurat. Mereka menampilkan foto FPI di Kalimantan Barat pada 2017, bukan di Sei Ubo. Ilustrasi itu semakin mempertajam misinformasi. Apalagi beberapa judul artikel menggunakan kosakata bombastis, seperti “mencekam”, “bentak” dan sebagainya. Bahkan banyak wargnet juga menyebar informasi soal kasus Riau dengan foto-foto lain.
======
Tirtomendapatkan akses pada aplikasi CrowdTangle yang memungkinkan mengetahui sebaran sebuah unggahan (konten) di Facebook, termasuk memprediksi potensi viral unggahan tersebut. Akses tersebut merupakan bagian dari realisasi penunjukanTirtosebagai pihak ketiga dalam proyek periksa fakta.
News Partnership Lead Facebook Indonesia, Alice Budisatrijo, mengatakan, alasan pihaknya menggandengTirtodalam programthird party fact checkingkarenaTirtomerupakan satu-satunya media di Indonesia yang telah terakreditasi olehInternational Fact Cheking Networksebagai pemeriksa fakta.
Penulis: Frendy Kurniawan
Editor: Zen RS