tirto.id - Pada 12 Desember 2018 kemarin, Angelica Jade Bastien, penulis film di Vulture, membuat pernyataan mengagetkan. Melalui akun Twitter pribadinya, ia mengaku depresi dan pernah ingin bunuh diri.
Depresi itu merasuk ke dalam diri Angelica saat ia masih remaja. Begitu saja, seperti oksigen masuk ke dalam paru-paru. Kala itu ia bahkan percaya bahwa ia akan bunuh diri sebelum usianya menginjak 30 tahun. Namun, pada April 2018, saat usianya menginjak 30 tahun, ia masih hidup dan merasa kosong. Ia pun semakin membenci dirinya sendiri.
Ada banyak hal yang membuat Angelica membenci dirinya sendiri sedalam tulang sumsum. Menurutnya, ia belum bisa menjadi penulis bagus, seorang teman yang buruk, tidak sehat secara mental, dan tidak berguna bagi keluarga.
“Aku benar-benar malu, aku tidak bisa berbuat lebih baik,” cuit Angelica.
Keluarga adalah satu-satunya alasan mengapa Angelica masih bisa bertahan. Karenanya, penulis yang tinggal di Chicago, AS tersebut terus berusaha untuk mengenyahkan penyakit mentalnya itu. Ia pernah pergi ke rumah sakit jiwa juga mendatangi terapis. Namun, sejak Oktober lalu, ia mengaku bahwa sudah tak lagi datang ke terapis. Ia tak mempunyai cukup biaya: setiap satu sesinya, ia harus membayar 75 dolar Amerika. Dan saat itulah Shea Serrano, penulis The Ringer, melakukan tugasnya sebagai orang baik.
“Angelica, beritahu akun Venmo [aplikasi pembayaran seluler] milikmu sehingga kita dapat mengirimkan chip dan kamu bisa menemui terapismu. Semua harus memiliki akses yang mereka butuhkan,” cuit Shea Serrano kepada Angelica.
Setelah Angelica memberikan akses Venmo miliknya, penulis Amerika-Meksiko itu kembali mencuit, ”Temanku Angelica dapat menikmati liburan [natal] dengan keceriaan dan kebaikan – berikan ia beberapa dolar ke akun Venmo miliknya sehingga ia bisa menemui terapisnya. Tidak ada seorang pun yang boleh berada di posisinya di mana mereka tidak bisa menemui terapisnya karena beberapa omong kosong keuangan.”
Akun Venmo Angelica pun langsung dibanjiri kebaikan. Ada yang mengirim 10 dolar, 20 dolar, hingga 75 dolar, sementara Shea terus menjadi cheerleader dari setiap dolar yang masuk ke akun Venmo Angelica. “Ini luar biasa, semua luar biasa. Tetap kuat Angelica,” cuit Shea saat pengguna Twitter bernama Ryan Shutt mencuit bukti telah mengirim beberapa dolar untuk Angelica.
Angelica bungah. Ia mengucapkan terima kasih kepada Shea dan orang-orang yang membantunya. “Kalian semua sangat luar biasa dan mendorongku untuk keluar kamar sekaligus makan untuk pertama kalinya pada hari ini.”
Yang menarik, sambil memberikan bukti telah mengirimkan beberapa dolar untuk Angelica, pengguna Twitter yang menggunakan nama Golden Grahams lantas mencuit, ”FOH Army tak akan pernah kalah.” Shea lalu membalasnya, sekaligus menegaskan dengan huruf kapital, “TAK PERNAH KALAH.”
Hari itu Golden bukan satu-satunya pemberi kebaikan kepada Jessica yang menyebut FOH Army.
Penulis Dadakan
Shea Serrano masih menjadi guru sains SMP di Houston pada tahun 2008 lalu. Kala itu istrinya yang juga berprofesi sebagai guru sedang mengandung. Ia lantas berencana istrinya akan tetap berada di rumah selama enam bulan pasca kelahiran.
Sayangnya, rencana Shea itu berantakan. Baru empat bulan mengandung, istri Shea mengalami kontraksi seperti akan melahirkan. Ia bergegas membawa istrinya ke rumah sakit, agar anaknya tetap bisa lahir tepat waktu. Operasi itu berhasil tapi disertai kabar buruk: istri Shea harus istirahat, tidak boleh bekerja hingga anaknya lahir kelak.
Shea sudah jatuh tertimpa tangga pula. Uang yang rencananya digunakan untuk enam bulan setelah kelahiran ludes untuk biaya operasi. Ia kehabisan uang sekaligus membutuhkan uang tambahan. Ia pun memutuskan untuk mencari pekerjaan paruh waktu.
Setelah ditolak di sana-sini, Shea kemudian bergantung kepada Google. Ia mengetik ”pekerjaan [paruh waktu] yang bisa dilakukan dari rumah.” Profesi penulis muncul di mesin pencari itu dan seketika ia pun langsung menginginkannya.
“Fuck it, sekarang aku menjadi seorang penulis,” batin Shea. Meski sebelumnya belum pernah menjadi penulis, Shea ternyata sangat berbakat.
Pada 2012 lalu, saat ia masih menjadi penulis untuk LA Weekly, Shea membuat tulisan berjudul “Drake Was Whispering Encouragement in My Ear While While I Was Having Sex”. Dalam tulisan itu, secara kocak, sederhana, sekaligus rendah hati ia menceritakan bagaimana lagu “She Will” yang dinyanyikan Lil Wayne dan Drake yang diputar di radio bisa membantunya saat bercinta dengan istrinya.
“Ia (Drake) seperti berada dalam ruangan bersama dengan Anda, lantas berbisik, ‘Kerja bagus, kerja bagus. Terus begitu. Hei, aku bertaruh bahwa istrimu akan menyukainya jika kamu mengatakan bahwa kamu sangat mencintainya. Tidak, tidak, tidak. Jangan pakai mulut, Angsa bodoh. Gunakan matamu juga jiwamu’,” tulis Shea.
Tulisan itu menarik perhatian banyak orang. Molly Lambert, dari Grantland, adalah salah satu yang tertarik. Molly pun memperlihatkan tulisan itu kepada editor Grantland. Editor itu menyukainya. Shea langsung menerima begitu ada tawaran dari Grantland.
“Mereka seperti pemenang hadiah Putlizer dan New York Times bagi orang-orang. Aku tidak pernah berpikir menulis di sana. Aku tidak mengenal orang-orangnya. Molly membuat omong kosong itu terjadi,” kata Shea kepada GQ.
Selama di Grantland, ia menulis apa saja yang ia sukai. Ia adalah pencerita yang hebat, entah itu saat membahas film, musik rap, maupun tentang basket yang sudah digandrunginya sejak kecil. Seiring dengan meningkatnya reputasi penggemar San Antonio Spurs tersebut, berbarengan dengan ia diangkat sebagai penulis tetap di Grantland pada tahun 2015 lalu, Shea lantas memutuskan meninggalkan profesinya sebagai guru. Sayangnya, Grantland tamat tiga bulan setelah itu.
Namun sinar Shea justru terang benderang setelah Grantland tamat. Eksistensi Shea di Twitter menjadi alasan utamanya.
Shea sangat rajin berinteraksi dengan para pengikutnya di Twitter. Ia bisa mencuit apa saja, dari humor, motivasi, hingga hal-hal yang tak penting yang mampu menghibur para pengikutnya. Karena bisa memperlakukan pengikutnya itu seperti teman dekat atau keluarga, ia ternyata sangat disukai oleh para pengikutnya.
Bayangkan, beberapa pengikutnya bahkan sampai mengirimkan foto pernikahan mereka kepada Shea, dan penulis yang saat ini sudah memiliki sekitar 260 ribu pengikut itu akan meresponsnya dengan penuh kebahagiaan.
“Saat Anda melihatnya [Shea] berinteraksi dengan para pengikutnya puluhan kali setiap harinya, itu seperti berada di jaringan besar teks sekelompok teman – yang bahkan tidak bisa Anda benci!,” tulis Jordan Crucchiola, seorang penggemar pop-culture, di situs Good.
Dari sana, beberapa bulan sebelum Grantland berakhir, Shea lalu menggunakan Twitter untuk mempromosikan buku keduanya, The Rap Year Book. Sebelumnya, pada tahun 2013 lalu, ia memang pernah menulis buku Rap Coloring and Activity Book, tapi penjualan buku itu biasa saja. Ia terlalu konvensional dalam melakukan promosi.
Untuk The Rap Year Book, Shea langsung mengubah bio Twitter-nya: “Penulis tetap di Grantland. Aku juga menulis buku. Beli buku itu karena aku sangat takut jika tidak ada seorang pun yang akan membeli buku itu.”
Beberapa bulan sebelum buku itu rilis, Shea juga mempromosikan tautan Amazon, tempat buku itu bisa diberi secara online, di Twitter. Hal yang tidak disangka-sangka lantas terjadi. keesokan harinya, ia mengecek Amazon dan mengetahui bahwa The Rap Year Book sudah menjadi #1 best-seller di Amazon untuk kategori “buku rap”.
Shea kemudian melangkah lebih jauh dalam melakukan promosi. Pada 26 Juli 2015, ia mencuit bahwa ia akan memberikan 36 pak kartu Yo! MTV Raps kepada 36 pemesan pertama The Rap Year Book hari itu. Syaratnya: mereka harus mengirimkan screenshot bukti pemesanan buku itu. Shea berpikir bahwa promosinya itu barangkali akan memantik 15 hingga 20 orang untuk membeli buku itu. Tapi yang terjadi cukup mengejutkan: dalam waktu empat jam 200 orang mengirim bukti pembelian The Rap Year Book.
Setelah Amazon, dihajarlah Books-A-Million [BAM!]. Pada Oktober 2016, Shea menurunkan harga buku sekitar 40% di BAM!. Pada suatu Jumat, Zach Searchy, yang kala itu konten koordinator BAM!, meremehkan usaha Shea itu dengan menyebut bahwa “buku itu tidak akan terjual habis pada hari Sabtu”. Namun, buku itu ternyata habis pada hari Sabtu sekaligus membuat situs penjualan BAM! mengalami crash.
Searchy kaget. Ia langsung mencari tahu siapa Shea Sarrano dan langsung sadar bahwa ia ternyata bukan siapa-siapa. “Normalnya, jika ada buku spesifik dengan penjualan seperti itu, itu seharusnya berhubungan dengan penulis ternama atau serial bagus,” tutur Searchy kepada Wired.
Shea ternyata juga tak kalah kaget, bukan hanya karena angka penjualan yang mengagumkan, tapi juga karena tingkah polah para pengikutnya di Twitter. Kala itu bahkan ada banyak pengikutnya di Twitter yang langsung memesan 12 hingga 13 buku. Yang luar biasa, beberapa dari mereka memberikan buku itu ke pengikut Twitter Shea lainnya, yang notabene merupakan orang asing. Pada akhirnya penjualan The Rap Years Book pun paripurna. Buku itu juga menjadi salah satu buku paling laris di New York Times.
Karena loyalitas para pengikut Shea di Twitter, seseorang kemudian menyebut mereka sebagai Fuck Outta Here [FOH]Army. Segerombolan pasukan militan yang selalu siap saat Shea menginginkan sesuatu. Shea sadar itu. Kemudian, Ia pun mengarahkan FOH Army untuk melakukan satu hal yang paling ia sukai: menyebarkan kebaikan kepada orang lain.
Penggerak FOH Army
Shea menyebut dirinya “tak berguna”. Alasannya, pada Desember 2016, ia lupa tempat parkir mobilnya di bandara. Radelle, salah seorang petugas bandara, akhirnya dengan senang hati membantu Shea untuk menemukan mobil itu. Setelah hampir satu jam mereka berkeliling, mobilnya akhirnya ketemu.
Yang membikin Shea semakin “tak berguna”, ia juga tak membawa cukup uang untuk diberikan kepada Radelle sebagai ucapan terima kasih. Ia lalu meminta alamat surel ibu dua anak itu agar bisa memberikan hadiah Natal.
Diwartakan Time, Shea lalu menceritakan kebodohannya itu di Twitter, sekaligus mengajak pengikutnya untuk memberikan hadiah Natal untuk Radelle dan keluarganya. Uang sebesar 2.700 dolar seketika terkumpul. Ia menggenapi uang itu menjadi 3.000 dolar, pergi ke bandara, dan memberikan hadiah itu kepada Radelle.
Kebaikan terbesar yang pernah dilakukan Shea Serrano dan FOH Army sendiri terjadi saat Badai Harvey membikin sebagian Texas menjadi puing-puing pada akhir Agustus 2017 lalu. Setelah tahu bagaimana cara menyalurkan bantuan, Shea mencuit pada 31 Agustus 2017, “waktunya untuk memberikan donasi karena Badai Harvey yang kurang ajar – saya mempunyai 200 dolar --, siapa tahu Anda ingin bergabung.”
Respons pengikut Shea begitu menggetarkan. Dalam hitungan jam, ia langsung berhasil mengumpulkan uang sebesar 26.000 dolar. “Itu terus meningkat. Itu terus meningkat cepat, cepat, cepat, cepat, cepat,” kata Shea kepada Mashabe.
”Itu menjadi hal yang sangat menakutkan, terutama saat angkanya mencapai 50.000 dolar. Aku seperti, ‘Oh, fuck, Aku tidak tahu aturannya lagi. Aku tidak tahu jika kita akan mendapatkan masalah.” Pada akhirnya, donasi yang terkumpul mencapai 134.000 dolar Amerika.
Setelah itu, Shea dan FOH Army terus melakukan hal-hal yang mengagumkan lewat internet. Mereka pernah mendonasikan 12.000 dolar untuk peringatan Hari Perempuan Internasional, 10.000 dolar untuk tempat penampungan remaja LGBT di San Antonio, hingga menolong Angelica pada 12 Desember 2018 kemarin.
Untuk itu semua, Shea kemudian sangat menghargai keberadaan FOH Army. Di halaman terakhir buku terbarunya, Basket [And The Others Thing], yang menjadi #1 Best-seller New York Times pada November 2017 lalu, yang merupakan buku favorit Barack Obama, ia menulis:
”Terima kasih FOH Army. Saya mendukung setiap orang di dalamnya. Aku ingin sekali melihat Anda menang berkali-kali sehingga Anda lelah untuk menang, di mana Anda berhasil memenangi piala karena menjadi yang pertama yang bosan menang. Bahkan jika Anda datang dari tempat dekat atau jauh, ketahuilah bahwa aku berada di sini dan akan selalu melindungimu dan mencintaimu dan memagarimu dari segala keburukan dunia.”
Tanpa kebaikan Shea, FOH Army jelas-jelas tak akan pernah ada. Dan saat Jordan Crucchioa, penulis Good, menyebut Shea sebagai “Pahlawan Internet”, pernyataan itu tak sepenuhnya tepat. Shea orang baik dan orang baik tentu bisa menjadi pahlawan bagi siapa saja. Di mana saja dan kapan saja.
Editor: Suhendra