Menuju konten utama

Bela Palestina, Kim Jong-un Dipuji Warga Gaza

"[Kim Jong-un] bukan seorang Muslim, Kristen atau Arab, dia bahkan tidak berada di Timur Tengah, tapi dia mendukung kami."

Bela Palestina, Kim Jong-un Dipuji Warga Gaza
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu dengan para pendukung dalam foto tidak bertanggal yang disiarkan oleh Pusat Agensi Berita Korea Utara (KCNA) di Pyongyang, Selasa (12/9/2017). ANTARA FOTO/REUTERS/KCNA

tirto.id - Penampakan tidak biasa menyambut pengunjung sebuah restoran shawarma di kamp pengungsi Jabaliya di Gaza. Sebuah poster yang menampilkan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bersandingan dengan sebuah bendera Palestina mengumumkan penawaran khusus: diskon 80 persen untuk pelanggan Korea Utara.

Meskipun tidak ada orang Korea Utara di Gaza, isyarat tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan rasa syukur kepada negara komunis tersebut karena telah mengecam keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Kami berterima kasih [pada Kim Jong-un] atas pernyataannya," kata Rami Raba, salah satu pemilik restoran, kepada situs berita Newsweek. Dia menjelaskan bahwa poster itu memiliki makna simbolis, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ada seseorang yang cukup kuat untuk berdiri dan mengatakan "tidak" kepada AS.

Pengakuan Trump yang diumumkan pada 6 Desember itu dianggap telah mengabaikan saran dari sekutu AS seperti Inggris dan Perancis. Tindakan ini juga membalikkan kebijakan AS selama beberapa dekade yang mengembalikan status Yerusalem melalui negosiasi antara Israel dan Palestina.

Keputusan tersebut lantas disambut dengan unjuk rasa keras dari para pemimpin Muslim serta memicu bentrokan antara Palestina dan pasukan keamanan Israel di Gaza dan Tepi Barat.

Orang-orang Palestina melihat keputusan Trump sebagai pukulan terhadap harapan mereka memandang Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara mereka di masa depan mereka melalui proses perdamaian secara keseluruhan. Yerusalem Timur telah secara sepihak dicaplok Israel dalam Perang Timur Tengah 1967 dalam sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.

Mengutip laporan Newsweek pada Jumat (15/12/2017), Raba menganggap keputusan Trump itu menghina warga Palestina. "Kami mencari martabat, bukan untuk uang. Itu sebabnya kami memasang iklan [di poster] ini," kata dia.

Kementerian Luar Negeri Korea Utara menambahkan kecaman dengan menyebut Trump seorang "pikun tua" yang telah menunjukkan "warna asli AS" mengabaikan pendapat masyarakat internasional.

"Kami, melalui gagasan eksternal tentang kemerdekaan, perdamaian dan persahabatan, mengutuk aksi AS saat ini dan menyatakan dukungan dan solidaritas kami kepada orang-orang Palestina dan orang-orang Arab lainnya untuk mendapatkan kembali hak-hak mereka yang sah," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara, dikutip kantor berita pemerintah KCNA.

Korea Utara memiliki sejarah panjang hubungan yang hangat dengan pemerintah Palestina. Negara yang dipimpin Kim Jong-un juga pernah menerima misi diplomatik Palestina di Pyongyang. Keduanya juga kerap bertukar pesan pada acara-acara resmi.

Bagi Raba, pesan Korea Utara lebih kuat dan meyakinkan daripada pemimpin Muslim seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

"[Kim Jong-un] bukan seorang Muslim, Kristen atau Arab, dia bahkan tidak berada di Timur Tengah, tapi dia mendukung kami," kata Raba. "Ada sebuah kedutaan Israel di Turki, ada sebuah kedutaan besar Turki di Israel; keduanya memiliki hubungan bilateral. Sebagai orang Palestina saya tidak mempercayai kata-kata Erdogan."

Baca juga artikel terkait YERUSALEM atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari