Menuju konten utama

Beda Dokter Perempuan dan Laki-laki dalam Menangani Pasien

Banyak hal yang patut dipertimbangkan ketika pergi ke dokter. Salah satunya adalah rekam jejak si dokter dalam menangani pasien. Tapi, cukupkah pertimbangannya hanya itu?

Beda Dokter Perempuan dan Laki-laki dalam Menangani Pasien
Ilustrasi. Seorang dokter perempuan sedang memeriksa pasienya. Kemungkinan dokter perempuan lebih baik dari dokter laki-laki karena dokter perempuan dinilai lebih taat dengan pedoman klinis, lebih ramah, dan komunikatif. Foto/iStock

tirto.id - Tidak banyak orang yang peduli dengan gender dokter yang menanganinya. Bagi pasien, dokter laki-laki atau perempuan sama saja, yang penting mereka memiliki rekam jejak yang baik dalam menangani pasiennya. Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa dokter perempuan ternyata lebih baik dalam menangani pasien ketimbang dokter laki-laki. Ini berlaku untuk penanganan pasien lanjut usia.

Riset Harvard University yang diterbitkan dalam JAMA internal medicine melakukan sebuah penelitian terhadap efektifitas pengobatan seorang dokter dilihat dari perbedaan gender. Hasilnya, dokter wanita dianggap lebih baik dalam menangani pasien yang berusia lanjut, jika dibandingkan dokter laki-laki.

Penelitian dilakukan selama tiga tahun antara Januari 2011 hingga Desember 2014 terhadap 1,5 juta lebih pasien di AS berusia di atas 65 tahun. Para pasien yang ikut dalam penelitian mengidap beberapa kondisi umum, seperti kondisi umum, seperti pneumonia, Stroke atau serangan jantung.

Hasilnya, pasien yang dirawat seorang dokter perempuan memiliki risiko kematian relatif lebih kecil dibanding pasien yang harus dirawat oleh dokter laki-laki. Kemungkinannya, 11,07% berbanding 11,49 persen.

Pasien juga lebih berkemungkinan kembali masuk rumah sakit ketika dirawat oleh dokter laki-laki ketimbang dokter perempuan. Perbandingannya, 15,02% untuk pasien yang dirawat oleh dokter wanita, dan 15,57% untuk pasien dokter laki-laki.

Jika dokter laki-laki dianalogikan bisa bekerja seperti dokter perempuan, maka akan ada sebanyak 32.000 jiwa bisa diselamatkan per tahunnya. Kemungkinan dokter perempuan dianggap lebih baik dari dokter laki-laki karena lebih taat dengan pedoman klinis. Selain itu, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perempuan rata-rata lebih efektif dalam berkomunikasi kepada pasien.

“Puluhan ribu jiwa dapat diselamatkan (oleh dokter perempuan), itu jumlah yang setara dengan angka kematian dalam kecelakaan kendaraan bermotor setiap tahunnya,” kata Dr Ashish Jha, Profesor Kebijakan Kesehatan dan Direktur Harvard Institute Global Health.

Dia menganalogikan hal tersebut sama dengan penemuan sebuah obat baru yang efektif. “Jika ada pengobatan yang menurunkan angka kematian setengah poin, tentu akan mendapatkan persetujuan FDA dan digunakan secara luas di rumah sakit.”

Judith Hall, seorang profesor psikologi di Northeastern University, telah lama mempelajari keterampilan komunikasi dan sikap dokter dari kedua jenis kelamin memberikan penjelasannya. Ia mengungkapkan bukti bahwa dokter perempuan, cenderung lebih berpusat pada pasien, rajin mengobrol dengan pasien, dan memiliki faktor-faktor psikologis serta emosional.

"Walau begitu, dibutuhkan studi lebih lanjut untuk menelitinya, karena ini merupakan topik yang sangat riskan untuk dibahas. Dan perempuan datang sebagai pemain baru untuk bidang ini," ujarnya, seperti dilansir dari Washington Post.

Infografik Dokter Wanita vs Dokter Pria

Diskriminasi Dokter

Khansa Haura, seorang dokter umum di indonesia menuturkan kemungkinan hasil kajian dari Harvard benar adanya di beberapa bagian. Menurutnya, dokter perempuan bisa jadi memang lebih teliti, telaten, dan empati dibanding dokter laki-laki.

Namun, di beberapa bagian lain, seperti lingkup terapi yang membutuhkan tindakan cepat dan ringkas, maka dokter laki-laki memegang peranan lebih depan. “Ada kelebihannya masing-masing, bisa jadi masalah komunikasi yang baik (oleh dokter perempuan) didasarkan faktor gender,” ujar Khansa kepada Tirto.

Selain kemungkinan tingkat empati perempuan yang lebih, para dokter wanita juga dipaksa menjalani pendidikan kedokteran dengan standar yang lebih tinggi. Banyak dokter perempuan merasa harus bekerja lebih keras untuk membuktikan diri. Sebab, faktanya, banyak diskriminasi yang diterima para dokter wanita karena dianggap kinerjanya lebih rendah dibanding dokter laki-laki.

Dari hasil studi yang diterbitkan JAMA Internal Medicine mengenai kesenjangan gaji dokter, seperti dilansir Time, disebutkan bahwa meskipun setengah dari semua lulusan sekolah kedokteran sekarang perempuan. Namun, dokter pria mendapatkan rata-rata 8% bayaran lebih tinggi dari rekan perempuannya. Penelitian ini mengungkapkan bukan berita baru bahwa perempuan dalam banyak pekerjaan dibayar kurang dari laki-laki untuk melakukan pekerjaan yang sama, antara 15% dan 38% lebih sedikit.

Dr. Anupam Jena, associate professor at Harvard Medical School percaya ada beberapa faktor yang mendasarinya. Yakni, perempuan cenderung untuk bernegosiasi kurang agresif dibandingkan pria. "Penjelasan selanjutnya yang paling menakutkan, karena sebenarnya ada diskriminasi, baik secara sadar atau bawah sadar. Orang cenderung menilai karya ilmiah lebih rendah kualitasnya ketika penulis adalah perempuan, dibandingkan dengan penelitian yang sama di mana nama penulis adalah laki-laki.”

Baca juga artikel terkait DOKTER atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Suhendra