Menuju konten utama

Bangkitnya Tradisi Kiper Gaek Manchester City

Hadirnya Claudio Bravo diprediksi bakal membangkitkan kembali tradisi kiper kawakan di Manchester City. Penjaga gawang berusia 33 tahun itu akan melanjutkan kiprah kiper-kiper gaek yang pernah menjadi mengawal gawang City macam Peter Schmeichel, David Seaman, David James, hingga Shay Given.

Bangkitnya Tradisi Kiper Gaek Manchester City
Claudio Bravo saat menjadi Kiper Barcelona [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Lupakan sejenak soal Joe Hart yang sedang galau karena terancam tersingkir dari Manchester City. Gawang The Citizen yang dalam satu dekade terakhir diakrabinya kini bakal dikuasai kiper lain. Untuk beberapa musim ke depan, Claudio Bravo sangat mungkin akan lebih sering menjadi palang pintu terakhir Manchester Biru.

Diboyong dari raksasa Spanyol, Barcelona, penjaga gawang internasional Chile itu tiba di Etihad Stadium pada usia 33 tahun, umur yang tentunya tidak muda lagi untuk ukuran pesepakbola meski terkadang seorang kiper masih mampu tampil relatif baik hingga menjelang usia kepala empat.

Kendati mulai berumur, namun juru taktik anyar Manchester City, Pep Guardiola, tetap menghendaki Bravo direkrut dari Barcelona, klub yang pernah sangat lekat dengan salah satu pelatih terbaik dunia ini. Terlebih, Guardiola cenderung tidak menyukai tipe kiper yang dinilai bergaya kuno seperti Joe Hart.

Kedatangan Bravo akan melengkapi sektor kiper Manchester City yang sebelumnya telah dihuni oleh penjaga gawang kawakan lainnya, Willy Caballero yang kini berumur 34 tahun, dan si belia Angus Gunn yang masih berusia 20 tahun, juga Joe Hart. Nama yang disebut terakhir sangat mungkin bakal segera hengkang dari Etihad.

Bravo juga bakal menghidupkan kembali tradisi City yang di era-era terdahulu kerap mengandalkan kiper veteran sarat pengalaman. Di masa silam, klub yang berdiri sejak 1880 ini memang pernah memiliki penjaga gawang andalan yang mulai bergabung pada usia yang sudah tidak muda lagi.

Salah satunya adalah Jack Hillman, kiper City periode 1902-1906 yang digaet dari Burnley pada umur 31 tahun. Ia turut membawa The Sky Blues meraih juara Piala FA musim 1903/1904. Hillman mengemas 124 penampilan selama 4 musim bersama City hingga gantung sepatu pada akhir musim 1907/1908 di Millwall.

Ada pula Leonard Langford yang datang pada usia 31 tahun. Tiga musim di City, ia mengoleksi 125 laga dan mempersembahkan trofi Piala FA 1933/1934. Musim berikutnya, Langford menyeberang ke Manchester United (MU) hingga akhirnya menjadi legenda untuk dua klub kota Manchester, baik yang biru maupun yang merah.

Legenda Tua di Masa Suram

Akhir dekade 1980-an yang menjadi periode sulit Manchester City, terselip nama Paul Cooper. Bergabung di usia 36 tahun, mantan kiper jagoan Ipswich Town ini hanya semusim di City, yakni pada 1989/1990, serta cuma tampil di 17 laga. Saat itu, kiper utamanya adalah Andy Dibble dan dilanjutkan oleh Tony Coton hingga musim 1994/1995.

Selanjutnya, giliran kiper berumur 35 tahun asal Jerman, Eike Immel, yang mengawal gawang Manchester City selama dua musim sebelum digantikan oleh Tommy Wright sampai penghujung musim 2000/2001.

Tahun-tahun awal milenium baru diawali dengan masuknya Carlo Nash, kiper jebolan akademi Manchester United yang bergabung dengan Manchester City pada umur 34 tahun di musim 2001/2002.

Semusim berselang, lagi-lagi mantan anggota seteru klasik City yang datang, kali ini Peter Schmeichel. Sosok kebanggaan sepakbola Denmark sekaligus salah satu kiper yang paling dipuja oleh fans MU ini hadir ke klub tetangga pada usia 39 tahun. City justru menjadi klub terakhir yang diperkuat Schmeichel.

Sepeninggal Schmeichel, City masih mempercayakan gawangnya kepada kiper uzur, yakni David Seaman. Di usia 40 tahun, legenda Inggris ini didatangkan dari Arsenal pada musim 2003/2014. David James melanjutkan tongkat estafet Seaman selama dua musim berikutnya ketika umurnya menyentuh angka 34 tahun.

Hingga akhirnya musim 2007/2008, muncul kiper muda bernama Joe Hart yang menjadi bagian kebangkitan City setelah diakuisisi oleh juragan minyak Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour, sejak 23 September 2008. Hart bertahan lama sebagai kiper utama City sebelum kedatangan Pep Guardiola jelang musim 2016/2017 ini.

Jangan lupakan peran Shay Given, kiper gaek lainnya yang sempat mendampingi Joe Hart di Manchester City sekurun 2009-2011 saat usianya 33 tahun. Juga Willy Cabalerro yang didatangkan di era pelatih Manuel Pellegrini pada awal musim 2014/2015 untuk melapis Joe Hart.

Kemilau Portofolio Bravo

Bukan tanpa alasan Pep Guardiola mengangkut Bravo ke Etihad. Portofolio Bravo memang sangat memukau, terutama saat memperkuat Barcelona selama dua musim terakhir, juga bersama tim nasional Chile, selain karakter dan gaya bermainnya yang sangat disukai Guardiola.

"Bravo adalah penjaga gawang yang luar biasa dan menjadi tambahan sempurna untuk kami. Ia punya pengalaman dan kualitas kepemimpinan yang hebat. Ia kiper yang saya kagumi dan saya sangat senang ia menjadi pemain City," puji Guardiola seperti dilansir Mirror.

Soccerway menyebutkan bahwa Manchester City menebus Bravo dari Barcelona dengan mahar 19,9 juta euro atau hampir 300 miliar rupiah kendati ia memiliki klausul pelepasan sebesar 42 juta euro (setara 616 miliar rupiah).

Faktor Guardiola yang sudah melegenda di Barca tampaknya membuat tim Catalan itu ikhlas melepas kiper utamanya dengan harga yang jauh lebih miring, meskipun tetap saja terbilang tidak murah untuk seorang kiper yang sudah tidak muda lagi.

Bravo memang masih pantas dibanderol mahal mengingat seabrek trofi yang telah diamankannya. Dua gelar juara La Liga dan Copa del Rey, serta masing-masing satu trofi Liga Champions, Piala Super Eropa, Piala Dunia Antar Klub, serta Piala Super Spanyol, diraihnya hanya dalam waktu dua musim di Barcelona.

Ricardo Zamora Trophy atau penghargaan kiper terbaik La Liga Spanyol juga telah dua kali diterima Bravo, masing-masing pada 2008/2009 saat masih memperkuat Real Sociedad dan bersama Barcelona di musim 2014/2015.

Belum lagi aksinya di panggung internasional. Bravo berperan besar dalam mengantarkan Chile merengkuh trofi Copa Amerika dua kali beruntun, yakni pada 2015 dan 2016 lalu. Di dua edisi itu, ia juga terpilih sebagai penjaga gawang terbaik.

Kemilau portofolio dalam rekam jejak karier Bravo bakal menjadi pertaruhan baginya apabila dipercaya menjadi kiper utama Manchester City di musim 2016/2017 dan mungkin saja untuk musim-musim selanjutnya.

Yang jelas, kiper menjelang senja ini menyandang harapan tinggi dari Pep Guardiola, klub, maupun fans The Citizen yang tersebar di seluruh penjuru bumi. Gara-gara Bravo, si calon legenda Joe Hart hampir pasti terjungkal dari singgasananya.

Baca juga artikel terkait SEPAKBOLA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Olahraga
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti