tirto.id - Tiada pemenang di Derby Milan terbaru pada Minggu (20/11/2016) lalu, AC Milan dan Inter berbagi angka dengan skor 2-2. Kendati tidak terlalu bertabur banyak bintang seperti kala Liga Italia Serie A masih jaya, namun Derby Della Madonnina tetap saja menarik karena ini adalah salah satu duel tim sekota paling tua dalam sejarah sepakbola.
Saling berbalas gol terjadi di San Siro dalam perang saudara Serie A yang memasuki edisi 165 itu. Jesus Joaquin Fernandez Saenz de la Torre alias Suso membawa AC Milan dua kali unggul di menit 42 dan 58, namun Inter dua kali pula mampu membalas lewat Antonio Candreva pada menit 53 serta gol penyelamat Ivan Perisic jelang laga usai.
Sejak Serie A digulirkan pada musim 1929/1930, Derby Della Madonnina memang “baru” mencapai 165 laga. Namun, jika dihitung dari seluruh ajang yang pernah dan masih diikuti dua klub yang sejatinya bersaudara ini, AC Milan dan Inter sudah saling berhadapan sebanyak 405 kali.
Berbagi Dominasi
Derby Milan pertamakali terjadi pada 1909 di Prima Categoria, kompetisi pendahulu Serie A. Inter yang kala itu baru setahun didirikan kalah tipis dengan skor 2-3 dari AC Milan yang berumur 8 warsa lebih tua. Dua klub kota mode ini memang berasal dari akar yang sama. Internazionale adalah pecahan dari AC Milan.
Pertemuan keduanya pun berlanjut ke ajang-ajang lainnya seperti Coppa Italia, Super Coppa Italia, hingga ke arena yang lebih luas, Liga Champions. Menariknya, dari sepanjang riwayat Derby Della Madonnina, AC Milan maupun Inter berbagi dominasi, keduanya bergantian menguasai panggung dalam kisaran periode tertentu.
Dekade pemula, 1910-1920, persaingan berlangsung ketat. Dari 12 kali perjumpaan, AC Milan menang 7 kali, 5 laga sisanya menjadi milik Inter. Tapi, Nerazzurri yang baru seumur jagung pernah 2 kali menghajar saudara tuanya itu dengan skor besar, yakni 0-5 (tandang) dan 5-1 (kandang) pada 6 dan 27 Februari 1910.
Setelah 10 tahun perdana tersebut, barulah kedua klub itu berbagi dominasi. Dua dasawarsa berikutnya, dari musim 1920/1921 sampai 1939/1940, Inter tampil sebagai raja Kota Milan dengan menguasai 13 laga derby, sedangkan Rossoneri hanya 5 kali merasakan jadi pemenang.
Sekurun 1970/1971 hingga 1989/1990, gantian I Diavolo Rosso yang mengambil peranan sedikit lebih dominan dengan menang sebanyak 18 kali, sedangkan Inter meraih 12 kali kemenangan. Setelah itu hingga memasuki era milenium, Derby Milan selalu berjalan ketat. Ambil contoh dalam 5 musim terakhir di mana AC Milan maupun Inter sama-sama mengemas 4 kali kemenangan.
Total, dari 405 gelaran Derby Della Madonnina di seluruh ajang, Nerazzurri sedikit lebih unggul dengan mengoleksi 146 kemenangan, sementara Rossoneri menang 137 kali, dan 122 pertandingan lainnya dituntaskan tanpa pemenang.
Setelah kemenangan telak 0-5 pada 6 Februari 1910 yang telah lampau, Inter gagal mengulangi hasil tersebut dengan skor serupa, atau lebih, sampai dengan saat ini. Kemenangan besar terakhir La Benemata di Derby Milan terjadi pada 24 Agustus 2009 dengan skor 0-4 di mana saat itu Inter juga bertindak sebagai tim tamu.
Soal menang dengan skor besar, AC Milan lebih layak bangga. Tampil dalam laga tandang meskipun di stadion yang dipakai bersama, Rossoneri memberondong gawang Inter dengan 6 gol tanpa balas pada 11 Mei 2001. Dalam sejarah Derby Della Madonnina sejauh ini, belum pernah terjadi kemenangan dengan skor yang lebih mutlak dari itu.
Tetap Bersaudara
Terlepas dari rivalitas ultras alias pendukung garis keras kedua tim, AC Milan dan Inter sejatinya tetap bersaudara. Hal ini berbeda dengan derby tim sekota lainnya seperti AS Roma vs Lazio, atau di Inggris yang melibatkan Arsenal dan Tottenham Hotspur, juga Manchester United kontra Manchester City di era kekinian, yang aroma dendamnya jauh lebih terasa.
Jarang terluap rasa benci yang berlebihan manakala terjadi perpindahan pemain dari AC Milan ke Inter, atau sebaliknya. Giuseppe Meazza bisa menjadi contoh paling relevan. Orang ini adalah legenda sejati Inter yang pernah sangat lama menghuni skuad Nerazzurri, dari 1927 hingga 1940.
Selepas itu, Meazza menyeberang ke AC Milan. Apakah Meazza lantas dibenci oleh publik Inter? Ternyata tidak. Nama Giuseppe Meazza bahkan diabadikan sebagai kandang Nerazzurri. Jika AC Milan memakai nama San Siro, sInter konsisten menyebut stadion yang sama dengan nama Giuseppe Meazza.
Hal nyaris serupa juga terjadi pada Zlatan Ibrahimovic yang membela AC Milan pada 2010. Jika pun ada Interisti yang membencinya, itu lebih disebabkan karena Ibrahimovic tega pindah ke Barcelona setelah bergelimang kejayaan di La Beneamata yang dibelanya dari 2006 hingga 2009.
Cukup banyak mantan pemain Inter lainnya yang di masa depan membela AC Milan tapi tidak lantas memantik kebencian mendalam bagi kalangan suporter kedua tim, sebutlah Ronaldo, Christian Vieri, Clarence Seedorf, Dario Simic, Maurizio Ganz, Giuseppe Favalli, Andrea Pirlo, Giampolo Pazzini, hingga Mario Balotelli.
Sebaliknya juga sama. Tidak sedikit nama-nama top eks AC Milan yang “membelot” ke Inter tanpa menimbulkan reaksi yang berlebihan, dari Roberto Baggio, Hernan Crespo, Thomas Helveg, Francesco Coco, dan seterusnya.
Kelahiran Inter pada 1908 memang dimotori oleh barisan sakit hati yang merasa tidak cocok dengan kebijakan AC Milan kala itu. Namun, duo Milan ini tetaplah bersaudara karena sebenarnya mereka punya musuh bersama yang lebih sejati. Siapa? Tifosi setia Serie A pastinya tidak terlalu sulit menebaknya.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Zen RS