tirto.id - Saat memasuki pergantian musim dari musim penghujan ke musim kemarau seperti saat ini tak sedikit penyakit yang bermunculan seperti demam berdarah dengue (DBD), tifus atau bahkan malaria.
Bagi sebagian orang, gejala awal ketiga penyakit tersebut mungkin terlihat sama, tetapi sebetulnya ketiganya tidaklah sama.
Staf Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dr. Adityo Susilo, Sp.PD-KPTI, FINASIM menjelaskan terdapat perbedaan antara demam berdarah dengue (DBD), tifoid (biasa disebut tifus) dan malaria meski ketiganya memiliki gejala hampir mirip.
"Ini lumayan sulit, karena gejalanya sama-sama demam," kata Adityo seperti dilansir dari Antara.
Penyebab hingga gejala demam berdarah dengue (DBD)
Adityo memaparkan DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue dan ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ciri nyamuk tersebut memiliki bintik-bintik putih di tubuhnya.
Dilansir dari laman Rumah Sakit Hermina, penularan penyakit DBD ini terjadi saat nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menggigit dan menghisap darah seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue, lantas, ketika nyamuk tersebut menggigit orang lain, maka virus tersebut akan tersebar.
Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus biasanya akan menggigit dan menginfeksi seseorang di pagi sampai sore hari menjelang petang.
Nyamuk tersebut berperan sebagai medium pembawa (carrier) virus dengue tersebut. Selain gigitan nyamuk, demam berdarah dipicu oleh beberapa faktor risiko, di antaranya :
1. Pernah mengalami infeksi virus dengue sebelumnya
2. Tinggal atau bepergian ke daerah tropis dan
3. Bayi, anak-anak, orang lanjut usia, dan orang dengan kekebalan tubuh yang lemah
Sementara itu, menurut Adityo salah satu kunci penting dari gejala atau ciri dari DBD adalah demam tinggi yang muncul mendadak, kemudian pasien juga mengalami sakit kepala hebat, mata berat, nyeri otot, dan lemas.
"Infeksi ini juga bisa mengganggu proses pencernaan di lambung, maka tidak jarang pasien juga mengalami mual, nyeri ulu hati, sehingga kemampuan makan dan minum menjadi sangat turun," jelas Adityo.
Menurutnya, gejala tersebut akan muncul saat fase awal yaitu saat virus sedang sangat aktif dan pada umumnya berlangsung selama tiga hari.
"Uniknya, setelah demam turun, justru kita masuk fase kritis. Ini karena antibodi mulai terbentuk dan sifatnya lebih destruktif. Proses perlawanan menjadi semakin hebat dan risiko syok dan pendarahan akan meningkat. Ini akan berlangsung tiga hari, tapi beberapa kasus bisa extend," ujar Adityo.
Pada fase kritis hingga terjadi syok bahkan pendarahan dan tak segera mendapat penanganan maka bisa saja mengakibatkan kematian pada penderita DBD.
"Setelah di akhir fase kritis, demam bisa muncul lagi tapi tidak setinggi di awal. Setelah itu baru kita masuk fase penyembuhan, tentu keluhan lebih baik, trombosit meningkat, dan kondisi akan pulih," lanjutnya.
Penyebab hingga gejala tifoid atau biasa disebut tifus
Adityo menjelaskan bahwa tifoid atau tifus ini berbeda dengan DBD. Menurtutnya, tifus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan biasanya ditemukan di air atau makanan yang terkontaminasi.
Dilansir dari laman resmi RS PKU Muhammadiyah Surakarta, penyakit tifus ini dapat menular dengan cepat melalui konsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi tinja yang mengandung bakteri Salmonella typhii.
Biasanya penyakit ini lebih sering menyerang anak –anak sebab sistem kekebalan tubuh pada anak – anak biasanya masih belum sempurna. Meski begitu tak sedikit pula orang dewasa yang juga terinfeksi penyakit tifus ini.
Penyakit ini tidak hanya menular tapi juga dapat menyebabkan komplikasi hingga kematian jika tidak segera ditangani dengan baik, diperkirakan tiap satu dari lima orang akan meninggal karena tifus.
Secara umum gejala penyakit demam tifoid atau tifus tentunya yang utama adalah demam. Namun, menurut Adityo gejala demam tifoid tidak mendadak seperti DBD, melainkan muncul secara bertahap.
Pada penderita tifus demam biasanya akan lebih tinggi di malam hari bila dibandingkan dengan pagi atau siang hari. Demam yang meningkat secara bertahap tiap hari hingga mencapai 39°C–40°C. Gejala lain yang perlu diperhatikan yaitu nyeri otot, sakit kepala, sakit perut dan berat badan menurun.
"Demamnya mengikuti pola anak tangga, di mana dari hari ke hari, demamnya semakin tinggi," kata Adityo.
Lebih lanjut, Adityo mengatakan tifoid juga memiliki gejala yang berkaitan dengan pencernaan. Tak jarang, pasien akan mengeluh konstipasi atau susah buang air besar. Meski demikian, ada pula yang justru mengalami diare.
Penyakit ini dapat disembuhkan melalui pengobatan dari rumah. Namun, pada kasus tertentu penyakit ini perlu ditangani ahlinya di rumah sakit. Penanganan penyakit tifus dilakukan dengan pemberian obat antibiotik. Pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit tipes yang dialami pasien.
Penyebab penyakit malaria dan gejalanya
Dilansir dari laman resmi RSUD dr. Mohamad Soewandhie Surabaya, malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasomodium. Penyakit ini biasanya akan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit tersebut.
Gigitan nyamuk membuat parasit masuk, mengendap di organ hati, dan menginfeksi sel darah merah. Selain melalui gigitan nyamuk, terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan malaria dapat menyebar menjangkit manusia seperti melalui donor organ, transfusi darah, berbagi pemakaian jarum suntik, dan janin yang terinfeksi dari ibunya.
Di Indonesia, penyakit ini tergolong endemi karena terdapat beberapa daerah yang masih banyak menderita malaria terutama di wilayah Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Papua, Papua Barat, serta di sebagian wilayah Kalimantan dan Sumatera.
Gejala malaria mulai muncul setidaknya dalam kurun waktu 10 hingga 15 hari setelah tergigit nyamuk. Gejala yang akan timbul seperti demam, menggigil, sakit kepala, berkeringat banyak, lemas, pegal linu, gejala anemia hingga mual dan muntah.
"Malaria memiliki gejala yang lebih khas. Kita mengenal trias malaria yang menjadi keluhan spesifik penyakit ini," tutur Adityo.
Menurutnya, adapun pola trias malaria tersebut adalah cold stage yaitu fase di mana pasien menggigil hebat, hot stage atau fase demam tinggi, dan sweating stage atau fase saat demam mulai berangsur turun tapi pasien akan sangat berkeringat.
"Berbeda dengan DBD, demam karena malaria akan turun dengan sendirinya meski tanpa obat," ujar Adityo.
Meski begitu, pengobatan malaria juga akan dilakukan sesuai dengan jenis malaria, tingkat keparahan gejala, dan kondisi pasien. Guna pengobatan jenis malaria yang disebabkan oleh Plasmodium vivax yang tergolong ringan, penderita akan diberikan obat rawat jalan berupa ACT atau obat chloroquine.
Selain itu untuk mencegah kambuhnya penyakit malaria jenis ini, biasanya dokter akan menambahkan pula obat primaquine. Sedangkan untuk jenis malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum dengan derajat gejala sedang, penderita akan dirawat di ruang non ICU rumah sakit.
Namun, bagi penderita penyakit malaria dengan derajat gejala berat, biasanya pasien akan langsung dirawat di ICU (Intensive Care Unit) dan diberikan obat melalui suntikan selama 24 jam pertama.
Editor: Iswara N Raditya