tirto.id - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mencalonkan diri sebagai cawapres mendampingi Anies Baswedan. Publik tentu ingin tahu bagaimana sepak terjang Muhaimin Iskandar selama ini.
Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin telah lama dikenal sebagai politikus dengan banyak pengalaman berorganisasi.
Cak Imin lahir di Jombang, Jawa Timur 24 September 1966. Ayahnya adalah Muhammad Iskandar, guru di Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif, Jombang, Jawa Timur.
Cak Imin menempuh Pendidikan Sekolah Desa (SD) di SD Mambaul Maarif Denanyar, Jombang (1979). Setelah lulus dari SD, Ia melanjutkan Pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri Denanyar selama tiga tahun di Jombang.
Masa studi SMA Ia tempuh di Madrasah Aliyah Negeri 1 Yogyakarta (1985). Ia kemudian melanjutkan pendidikan di UG Fakultas Ilmu Politik, dan Studi magister Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia (UI), Yogyakarta.
Rekam Jejak Muhaimin Iskandar
Cak Imin sudah dikenal aktif berorganisasi sejak di bangku mahasiswa. Ia pernah tergabung menjadi bagian dari PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) UGM.
Dalam organisasi itu, ia menjabat sebagai Ketua Korp Mahasiswa Fisipol dan Kemudian menjabat sebagai Ketua Umum.
Pada periode 1991—1997, ia dipercaya sebagai Ketua Umum PMII Yogyakarta dan juga sebagai Pengurus Besar serta Ketua Umum PMII selama periode 1994—1997.
Di era reformasi, Muhaimin Iskandar, bersama dengan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama termasuk Abdurrahman Wahid, mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada tahun 1998. Pada pemilu 1999, Muhaimin terpilih sebagai anggota DPR RI dari partai PKB.
Di lembaga legislatif tersebut, pada usia 33 tahun, Muhaimin menjadi Wakil Ketua DPR RI 1999-2004. Muhaimin termasuk pimpinan termuda yang menjabat sebagai petinggi parlemen pertama setelah reformasi.
Apakah Cak Imin Pernah Jadi Menteri?
Ia pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dari tahun 2009 hingga 2014, di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada akhir masa jabatannya sebagai menteri pada tahun 2014, Muhaimin terpilih kembali secara aklamasi sebagai ketua umum PKB.
Prestasinya dinilai berhasil meningkatkan suara PKB dalam pemilu tahun 2014. Keberhasilannya berlanjut ketika Muhaimin memimpin kader-kader PKB yang menjadi menteri dalam Kabinet Kerja Joko Widodo periode 2014-2019.
Ketua DPW PKB Nusa Tenggara Timur, Yucundianus Lepa, menyatakan bahwa kepemimpinan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dianggap berhasil melebihi pencapaian Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ketika memimpin PKB.
Yucun mengemukakan bahwa jatah kursi di bawah kepemimpinan Cak Imin mencapai 58 kursi, tapi di masa kepemimpinan Gus Dur, PKB hanya memperoleh 52 kursi di DPR RI.
Selain itu, perolehan suara pemilu juga mengalami kenaikan, yang semula jumlah suara PKB 13,1 juta lebih, kini di bawah kepemimpinan Cak Imin, jumlah suara mencapai 13,5 juta lebih.
Selama menjabat sebagai Menakertrans, Cak Imin menentang penggunaan istilah outsourcing atau alih daya, yang menurutnya sangat tidak jelas.
Terlebih lagi, sistem tersebut, yang juga ditentang oleh serikat pekerja, sebenarnya tidak tercantum dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Selain itu, Cak Imin juga berjuang untuk meningkatkan kondisi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang seringkali mengalami ketidakadilan.
Ia juga mengutuk peristiwa pemerkosaan yang dilakukan oleh anggota kepolisian Malaysia terhadap TKI, sambil terus memberikan pendampingan kepada Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Malaysia.
Setelah masa jabatannya sebagai menteri berakhir, Cak Imin kembali terpilih sebagai Ketua Umum PKB untuk periode 2014—2019 dan 2019—2024.
Pada tahun yang sama, Cak Imin juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI untuk periode 2019—2024.
Penulis: Ruhma Syifwatul Jinan
Editor: Dipna Videlia Putsanra