Menuju konten utama

Apa Perbedaan Penyakit Demam Berdarah dan Chikungunya?

Apa saja perbedaan penyakit Demam Berdarah dan Chikungunya, serta bagaimana gejalanya?

Apa Perbedaan Penyakit Demam Berdarah dan Chikungunya?
Petugas Dinas Kesehatan menunjukkan nyamuk saat melakukan kegiatan pemberantasan jentik nyamuk di kawasan kota Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (6/2/2019). Kegiatan hasil kerja sama Dinas Kesehatan dengan Pramuka Saka Bhakti Husada tersebut untuk mengantisipasi berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD) yang mewabah di sejumlah daerah. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/aww.

tirto.id - Salah satu penyakit yang kerap muncul saat musim hujan adalah Demam Berdarah Dengue atau DBD.

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Dilansir dari situs Yankes.itb.ac.id, jika nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya mengisap darah penderita DBD, dan kemudian menggigit orang lain yang sehat, maka virus demam berdarah akan berpindah ke orang sehat tersebut dan orang tersebut akan menderita demam berdarah.

Biasanya, nyamuk jenis ini akan menggigit dan menginfeksi seseorang pada pagi sampai sore hari menjelang petang. Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus berkembang biak di daerah panas dan lembap.

Selain demam berdarah, salah satu penyakit yang sering muncul saat musim hujan adalah chikungunya, yang juga disebabkan oleh infeksi virus akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Kedua penyakit ini memiliki gejala yang mirip dan bersifat endemik di Indonesia.

Sama dengan DBD, penularan demam chikungunya terjadi apabila penderita sakit digigit oleh nyamuk penular, kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Tidak dijumpai penularan dari orang ke orang tanpa perantaraan nyamuk penular.

Apa Perbedaan Demam Berdarah dan Chikungunya?

Melansir situs Dinkes Provinsi Bali, kedua penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus. Gejala yang timbul akibat DBD dan chikungunya bisa sangat mirip, sehingga sulit untuk dibedakan pada fase awal. Namun, kedua penyakit ini juga memiliki perbedaan. Berikut penjelasannya.

Penyebab

Baik DBD atau chikungunya, sama-sama disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Namun, nyamuk tersebut hanyalah perantara saja. Yang sebenarnya menyebabkan penyakit adalah virus.

Chikungunya yang sering dianggap sebagai flu tulang disebabkan oleh Togaviridae alphavirus, sedangkan demam berdarah dengue disebabkan oleh Flaviviridae flavivirus.

Masa Inkubasi

Masa inkubasi virus dengue adalah 4-7 hari (kisaran antara 3-14 hari), sementara chikungunya memiliki masa inkubasi yang lebih singkat, yaitu bisa dimulai sejak 3 hari (kisaran 2-12 hari) setelah gigitan nyamuk. Namun, perbedaan antara keduanya sangat tipis, sehingga sulit diandalkan untuk membantu diagnosis.

Perbedaan Gejala

Umumnya penderita demam berdarah akan mengalami gejala kepala berat atau pusing, sakit pada sendi dan otot, nyeri saat menelan, batuk, perut tidak nyaman atau nyeri dibarengi mual, muntah ataupun diare, demam, perdarahan, dan syok.

Penderita demam berdarah akan mengalami siklus, yaitu turun naik dengan pola menyerupai bentuk pelana kuda. Penderita akan mengalami fase demam tinggi antara 39-40 derajat Celsius.

Kemudian, penderita akan masuk ke dalam fase kritis dengan gejala demam menurun drastis (kembali ke 37 derajat Celcius).

Saat penderita berada pada fase kritis ini, penderita berisiko mengalami shock syndrome yang ditandai dengan denyut nadi cepat dan lemah, gelisah, kesadaran menurun, ujung tangan dan kaki terasa dingin, bibir kebiruan, serta wajah pucat dan tubuh berkeringat.

Sementara itu, untuk pola demam chikungunya, tidak ada pola khusus seperti demam berdarah. Penyakit ini juga jarang menyebabkan perdarahan.

Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan.

Terkadang, timbul rasa mual hingga penderita muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama 3 hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok.

Temuan Laboratorium

Pada kasus demam dengue, pasien akan mengalami penurunan kadar trombosit hingga di bawah normal, yakni 100.000. Kadar hematokrit penderita juga biasanya meningkat. Pada kasus chikungunya, tidak tampak penurunan kadar trombosit yang berarti.

Kalaupun ada, tidak sedrastis demam berdarah, begitu juga dengan kadar hematokrit. Perubahan signifikan tampak dari kadar leukosit yang meningkat.

Adanya Nyeri Sendi

Pada chikunguya, pasien akan mengeluhkan adanya nyeri sendi yang berat. Bahkan, keluhan ini juga dapat bertahan beberapa bulan setelah infeksi. Gejala nyeri seperti ini, jarang ditemukan pada penderita DBD.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Addi M Idhom