tirto.id - Anosmia atau hilangnya rasa atau penciuman secara tiba-tiba adalah salah satu gejala COVID-19 yang paling khas dan jarang terlihat pada infeksi virus lainnya.
Viral load di saluran pernapasan bagian atas dapat memicu hilangnya indra perasa pada pasien dan merupakan salah satu dari enam cara COVID-19 memengaruhi seseorang.
Sedangkan melansir laman Harvard anosmia terkait COVID-19 mungkin timbul dari hilangnya sementara fungsi sel pendukung di epitel penciuman, yang secara tidak langsung menyebabkan perubahan pada neuron sensorik penciuman.
“Namun, kami belum sepenuhnya memahami apa perubahan itu,” kata profesor neurobiologi di Institut Blavatnik di HMS, Sandeep Robert Datta.
“Sel-sel sustentacular sebagian besar telah diabaikan, dan sepertinya kita perlu memperhatikannya, mirip dengan bagaimana kita semakin menghargai peran penting yang dimainkan sel glial di otak," tambahnya.
Kehilangan penciuman juga dapat terlihat pada pasien yang memiliki gejala atipikal atau asimtomatik. Orang yang mengalami gangguan indra penciuman bisa menjadi tanpa gejala awal dan berpotensi menularkan penyakit, yang meningkatkan risiko infeksi Corona.
Sebuah studi JAMA skala luas yang dilakukan pada Mei menemukan bahwa hampir 60 persen dari catatan pasien menderita kehilangan penciuman saat virus mulai menyerang indra penciuman dan memblokir fungsi vitalnya untuk sementara.
Bisakah sembuh dari anosmia dan cara mengatasinya secara alami
Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr. Mahatma Sotya Bawono, mengatakan kemampuan penciuman dapat kembali normal atau sembuh dari anosmia pada pasien COVID-19 cukup beragam.
Anosmia bisa sembuh selama beberapa minggu atau hitungan bulan. Namun dalam beberapa kasus anosmia bersifat permanen.
"Ada yang bisa pulih dari anosmia, tetapi ada yang menetap atau tidak pulih. Namun, sejauh ini lebih banyak yang pulih," jelasnya melansir laman resmi UGM.
Mahatma menjelaskan, ada pasien COVID-19 yang ditanganinya lama pulih dari anosmia. Hingga dua bulan usai terjangkit virus corona tak kunjung menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada kemampuan penghidu atau penciumannya.
"Salah satu pasien saya ada yang sampai 2 bulan pasca COVID-19 tidak juga pulih," sebutnya.
Menurutnya, memang belum ada panduan standar untuk membantu mengembalikan fungsi penciuman pasien COVID-19. Terapi atau latihan dengan memberikan stimulasi pada indera penciuman dapat dilakukan guna mendorong kesembuhan. Misalnya, berlatih mengendus setiap hari dengan menggunakan aroma berbeda-beda. Misalnya, aroma lemon, minyak atsiri, kopi, dan lainnya.
"Penggunaan aroma-aroma tersebut dapat untuk melatih penghidu. Berhasil tidaknya ini tentu tergantung dari derajat kerusakannya," terangnya.
Hilangnya kemampuan penciuman ini memiliki akibat yang tidak bisa disepelekan. Sebab, bisa berdampak pada kualitas hidup seseorang.
"Kalau tidak bisa menghidu, nanti aroma makanan juga tidak bisa tercium dan ini dapat menurunkan selera makan. Dalam jangka panjang bisa memengaruhi kualitas hidup," pungkasnya.
Editor: Addi M Idhom