Menuju konten utama

Apa Makna dan Sejarah Cokelat di Hari Valentine 2023?

Asal muasal coklat dan Hari Valentine bermula dari ide komersil yang dilakukan oleh Richard Cardbury pada tahun 1800an.

Apa Makna dan Sejarah Cokelat di Hari Valentine 2023?
Ilustrasi Valentine. foto/istockphoto

tirto.id - Perayaan Hari Kasih Sayang atau yang sering disebut Valentine's Day akan diselenggarakan pada 14 Februari 2023.

Banyak orang merayakan Valentine dengan menghabiskan waktu bersama orang terkasih sembari berbagi hadiah.

Salah satu kado atau hadiah wajib yang kerap diberikan saat Valentine adalah cokelat. Bahkan, cokelat dan Valentine adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Mengutip laman Veliche, bahkan pada tahun 2018, tercatat hampir 1,8 miliar dolar Amerika dihabiskan orang-orang untuk membeli permen dan cokelat pada hari Valentine.

Menjelang Valentine, produsen cokelat atau gerai yang menjual cokelat berlomba memberikan penawaran menarik khusus Valentine.

Sebenarnya, hal ini cukup menarik untuk diperbincangkan, sebab Valentine adalah hari yang didedikasikan untuk mengingat kisah cinta tragis antara St.Valentinus atau Valentine dengan kekasihnya.

Dikutip dari laman History, St. Valentine adalah seorang imam yang mengabdi di Kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Claudius II (268-270 Masehi).

Kaisar Claudius II menerapkan kebijakan yang melarang pemuda menikah karena harus menjadi prajurit. St. Valentine, yang sebenarnya seorang imam, justru sedang menjalin asmara dengan kekasihnya dan akhirnya nekat menikah.

Apa yang dilakukan Valentine diketahui oleh pihak kerajaan. Kaisar Claudius II akhirnya menjatuhkan hukuman mati kepada Valentine yang dieksekusi pada 14 Februari.

Kisah itu hanya salah satu kisah asal mula hari Valentine, masih banyak lagi versi mengenai awal dari peringatan Valentine.

Tapi yang pasti, tidak ada satu pun versi dari kisah sejarah hari Valentine yang berhubungan dengan cokelat. Lantas bagaimana bisa cokelat menjadi hal wajib kala Valentine tiba? Apa pula makna di baliknya?

Makna dan sejarah cokelat di Hari Valentine

Sejak era suku Aztec, cokelat sudah dipandang sebagai makanan peningkat gairah (afrodisiak). Jadi tidak aneh jika cokelat dikaitkan dengan makanan perayaan khusus cinta. Giacomo Casanova pun menyebut cokelat sebagai "ramuan cinta".

Meski demikian, hingga abad ke 19 cokelat bukanlah benda spesifik yang berkaitan langsung dengan hari Valentine. Melansir laman Santa Barbara Chocolate, asal muasal semuanya ada pada ide komersil yang dilancarkan oleh Richard Cardbury pada tahun 1800an.

Kala itu, Ricahrd Cardbury dan keluarganya yang berkebangsaan Inggris biasa membuat cokelat dan sedang mencari cara untuk memanfaatkan cocoa butter yang diekstraksi saat proses pembuatan minuman cokelat.

Richard Cadbury berhasil menemukan cara untuk membuat cokelat batangan yang rasanya enak sekaligus ekonomis. Sebelumnya, cokelat dijual dengan harga yang mahal dan hanya bisa dijangkau oleh kalangan elit. Cadbury akhirnya mampu menghasilkan cokelat yang ramah kantong dan dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Sejak saat itu, Cardbury melakukan strategi pemasaran brilian dengan membungkus cokelat batangan tersebut dengan kotak berbentuk hati, menyematkan mawar, dan mengukir ornamen gambar cupid di atas kotak terebut. Penambahan detail cupid dan mawar cukup populer di zaman Victoria karena dianggap sebagai simbol romansa.

Melansir laman History, meskipun Richard Cadbury tidak benar-benar mematenkan kotak berbentuk hati, diyakini secara luas bahwa dia adalah orang pertama yang memproduksinya.

Cadbury memasarkan kotak-kotak itu dengan tujuan ganda yaitu pembungkus cokelat sebagai fungsi utama dan setelah cokelat dimakan hingga kotak yang didesign dengan cantik itu dapat digunakan berulang kali untuk menyimpan kenang-kenangan seperti kucir rambut sampai surat cinta.

Langkah yang dilakukan Cardbury terbukti berhasil, produk yang dijualnya laku keras di pasaran. Idenya tentang cokelat dan Hari Kasih Sayang pun berlangsung hingga saat ini dan berkembang menjadi salah satu kebudayaan dunia.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Nur Hidayah Perwitasari