Menuju konten utama

Apa Itu SD Inpres yang Disebut Jokowi Saat Bahas IKN?

Apa itu SD Inpres yang sempat disinggung Jokowi saat membahas IKN?

Apa Itu SD Inpres yang Disebut Jokowi Saat Bahas IKN?
SD Inpres Samenage, Distrik Samenage, Pegunungan Yahukimo, Papua, diambil depan sekolah. . foto/Tri Ari Santi/Relawan Sekolah SD Inpres Samenage

tirto.id - Presiden Jokowi sempat menyinggung SD Inpres perihal kualitas pembangunan proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Lantas, bagaimana kisah SD Inpres era Soeharto yang pernah mendapatkan pengakuan dunia itu?

Rencana penggunaan pengawas tenaga asing dalam proyek pembangunan IKN Nusantara menuai pro kontra dari berbagai pihak.

Menurut Jokowi, penggunaan pengawas tenaga asing berkaitan erat dengan kualitas hasil bangunan.

"Nanti kalau jelek gimana kualitasnya? Kalau hanya 1-2 yang mengarahkan, yang bisa mengontrol, mengawasi supaya hasilnya bisa kualitas baik kenapa tidak?" ujarnya, di Pasar Menteng Pulo, Jakarta Selatan, seperti dilaporkan laman Antara News.

Mantan Wali Kota Solo 2 periode dan Gubernur DKI Jakarta itu juga tidak ingin jika nantinya hasil pembangunan IKN Nusantara setara dengan SD Inpres yang dibangun era Soeharto.

"Ndak, ndak, ya karena kita ingin menaikkan level kualitas kita. Jangan sampai nanti hasilnya kayak SD Inpres, mau?," sambungnya.

SD Inpres lahir berkat keluarnya Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Gedung SD pada zaman Soeharto. Seperti apa hasil pembangunannya?

Tembok SD Inpres Jebol Ditendang Soeharto

Pada pertengahan 1970-an, Presiden Soeharto pernah melakukan kunjungan kerja ke Cilacap, Jawa Tengah, dengan tujuan meninjau hasil proyek pembangunan SD Inpres.

Ia beserta rombongan besar lalu memasuki sebuah gedung sekolah. Presiden kedua RI yang memimpin sejak 1967 hingga 1998 itu lantas melakukan aksi di luar perkiraan banyak pihak.

Soeharto menendang dinding sekolah SD Inpres tersebut hanya dengan menggunakan sepatunya. Hasilnya, dinding langsung jebol seketika.

"Siapa anemer (pemborong) bangunan ini?" sebut Soeharto ketika itu, seperti dikutip laman Soeharto.id.

Aksi menendang tembok SD Inpres tidak hanya dilakukan sekali itu saja. Namun, ia berulang kali menendang dinding tembok yang ternyata sudah mulai keropos.

Soeharto pun langsung meminta kepada pihak pemborong proyek untuk bertanggung jawab terhadap bangunan SD Inpres.

Diakui Dunia & Raih Penghargaan The Avicenna

Mengutip laman Indonesia.go.id, SD Inpres adalah salah satu produk utama Presiden Soeharto lewat Inpres No 10 Tahun 1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar.

Tujuannya adalah memberikan kesempatan belajar kepada anak-anak di kawasan pedesaan dan perkotaan dengan target utama masyarakat dengan penghasilan rendah. Dana program ini terutama berasal dari harga minyak dunia yang melonjak tinggi pada zaman itu.

Esther Duflo dalam penelitian berjudul "Schooling and Labor Market Consequences of School Construction in Indonesia: Evidence from an Usual Policy Experiment" tahun 2000 menyebutkan, SD Inpres era Soeharto termasuk salah satu program pembangunan sekolah terbesar yang tercatat selama tahun 1973-1974.

Peraih Nobel Ekonomi itu menuliskan, terdapat sekitar 61.807 unit SD Inpres yang telah dibangun sepanjang tahun 1973 hingga 1979. Setiap sekolah berisi 500 anak. Total biaya pembangunan SD Inpres selama periode tersebut menelan anggaran sebesar $500 juta alias 1,5 persen GDP tahun 1973.

Masih menurut pakar ekonomi kelahiran Paris, 25 Oktober 1972, sekaligus profesor di Massachusetts Institute of Technology (MIT) itu, proyek pembangunan SD Inpres sudah membuat anak usia 2-6 tahun (1974) mendapatkan pendidikan yang layak dengan peningkatan 0,12-0,19 tahun dan dibangun di tiap 1.000 kelahiran anak.

Angka buta aksara turun drastis hingga 15,8 persen pada 1990 dan terdapat peningkatan upah sebesar 3-5,4 persen. Pada 1993/1994, sekitar 150 ribu SD Inpres dibangun di seluruh pelosok Indonesia hingga diiringi penempatan 1 juta guru.

UNESCO lantas memberikan penghargaan kepada Presiden Soeharto melalui Piagam The Avicenna pada 19 Juni 1993 terkait Pembangunan Bidang Pendidikan untuk Rakyat.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra