Menuju konten utama

Apa Itu Pingitan yang Dijalani Kaesang dan Erina Jelang Menikah

Mengenal apa itu tradisi pingitan yang dijalani Kaesang dan Erina sebelum menikah? 

Apa Itu Pingitan yang Dijalani Kaesang dan Erina Jelang Menikah
Erina Gudono dan Kaesang Pangarep. Instagram/@erinagudono

tirto.id - Kaesang Pangarep dan Erina Gudono akan segera melangsungkan pernikahan pada tanggal 10 Desember 2022 mendatang.

Pernikahan keduanya pun akan menggunakan adat Jawa sehingga ada beberapa tradisi yang harus dilakukan, termasuk pingitan.

Hal ini diketahui dari unggahan Instagram Story kedua calon mempelai. Kaesang sempat mengunggah foto dirinya dan Erina yang mengenakan kebaya hitam.

“Sampai ketemu lagi di meja akad,” tulis Kaesang di IG story-nya beberapa waktu lalu.

Hal serupa juga ditulis Erina Gudono di akun Instagramnya yang mengisyaratkan bahwa ia dan Kaesang akan ‘berpisah’ demi menjalani tradisi pingitan.

Apa Itu Tradisi Pingitan?

Pingitan atau dipingit berasal dari kata pingit yang artinya kurung. Dipingit berarti dikurung atau tidak boleh keluar rumah.

Dalam tradisi pernikahan adat Jawa, biasanya yang menjalani pingitan adalah calon pengantin perempuan. Jauh sebelum hari pernikahan tiba, ia akan dikurung di dalam rumah dan tidak boleh bertemu dengan calon suaminya hingga tiba waktunya menikah.

Makna dan Tujuan Pingitan

Pingitan sudah ada sejak zaman lampau dan dilakukan oleh perempuan, khususnya di Jawa, yang hendak memasuki kehidupan berkeluarga.

Sejak dulu, dunia perempuan memang identik dengan urusan pekerjaan rumah. Saat masih anak-anak, perempuan masih bisa menikmati kebebasan. Namun setelah dianggap dewasa dan hendak menikah, seorang gadis akan menjalani masa pingitan.

Dipingit berarti dipersiapkan untuk menjadi seorang istri sekaligus ibu rumah tangga yang baik. Selama dipingit, seorang gadis belajar melakukan pekerjaan rumah, mulai dari memasak, menjahit, hingga membantu ibu mengasuh adik yang masih kecil.

Pingitan pun akhirnya jadi tradisi turun-temurun yang harus dilakukan oleh calon pengantin perempuan menjelang pernikahan. Namun ada pula mitos yang berkembang di balik pingitan sehingga tradisi ini dianggap wajib dilakukan.

Menurut buku Mutiara di Balik Tata Cara Pengantin Jawa, dipingit berarti tidak boleh meninggalkan rumah menjelang hari pernikahan. Hal ini dilakukan demi keamanan dan keselamatan.

Menurut mitos atau kepercayaan yang ada, calon pengantin diyakini memiliki 'darah manis' yang berarti rentan mendapat gangguan, bahaya, atau musibah.

Karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, calon pengantin pun dipingit agar lebih aman sehingga pernikahan pun bisa dilaksanakan tanpa hambatan.

Pingitan di Zaman Modern

Tradisi pingitan masih terus dilestarikan sampai sekarang, terutama oleh masyarakat Jawa. Akan tetapi, pingitan di zaman sekarang tentu berbeda dan sudah tidak seketat dulu.

Apalagi saat ini alat komunikasi sudah berkembang pesat sehingga calon pengantin tetap bisa berhubungan walau tidak boleh bertemu secara langsung.

Di masa sekarang, terutama bagi mereka yang sudah tidak mempercayai mitos, pingitan lebih bertujuan untuk memupuk rasa rindu antara kedua mempelai.

Calon pengantin juga bisa beristirahat sekaligus merawat diri selama masa pingitan. Setelah melakukan berbagai perawatan, maka calon pengantin perempuan diharapkan bisa manglingi atau terlihat berbeda ketika dipertemukan dengan calon suami di hari pernikahan.

Selain itu, pihak perempuan juga bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarganya sendiri selama masa pingitan. Karena setelah menikah, ia akan ikut dengan suaminya dalam rumah tangga atau keluarga yang baru.

Baca juga artikel terkait PINGITAN atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Yandri Daniel Damaledo