Menuju konten utama

Apa Itu Mekanisme Koping di Psikologi: Cara untuk Meredakan Stres?

Mekanisme koping merupakan cara seseorang keluar dari stres atau trauma, serta membantu seseorang mengelola emosi yang menyakitkan.

Apa Itu Mekanisme Koping di Psikologi: Cara untuk Meredakan Stres?
Ilustrasi Stres. foto/istockphoto

tirto.id - Meskipun tidak berlaku untuk semua orang, pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu pemicu yang menyebabkan stres. Berdasarkan survei dari American Psychological Association (APA) menunjukkan, bahwa tingkat stres rata-rata orang dewasa di Amerika karena adanya pandemi mencapai 5,9 persen.

Pembatasan sosial hingga isolasi selama berbulan-bulan membuat masyarakat harus beradaptasi dengan kebiasaan baru, atau hal-hal yang tidak menyenangkan, sehingga menyebabkan stres. Akan tetapi, stres bisa dicegah lewat mekanisme koping. Apa itu?

Mekanisme koping merupakan cara seseorang keluar dari stres atau trauma, serta membantu seseorang mengelola emosi yang menyakitkan. Dengan mekanisme koping, seseorang bisa merasa terbantu untuk menyesuaikan diri dengan sebuah peristiwa yang menyebabkan stres, sambil membantu mereka untuk mempertahankan kesejahteraan emosionalnya.

Menurut Good Therapy, mekanisme koping terbagi menjadi dua, yakni mekanisme koping baik (adaptif) dan mekanisme koping buruk (maladaptif).

Mekanisme koping baik merupakan perilaku koping yang mengarah pada penyelesaian masalah dengan cara mengurangi stres dan bahaya yang dirasakan oleh seseorang.

Berikut adalah bentuk mekanisme koping adaptif:

  • Mencari dukungan

Menceritakan apa yang Anda rasakan kepada orang yang tepat dapat meringakan stres yang dirasakan.

  • Relaksasi

Stres dapat diminimalisasi dengan aktivitas santai seperti meditasi, relaksasi otot regresif, duduk di alam hingga mendengarkan musik yang menenangkan.

  • Pemecahan masalah

Dengan mengidentifikasi masalah akan memudahkan untuk mencari beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mengelola stres.

  • Humor

Bercanda akan membantu orang yang merasakan stres untuk mempertahankan perspektif serta mencegah situasi menjadi berlebihan.

  • Berolahraga

Olahraga memiliki manfaat untuk meredakan stres. Hal ini dikarenakan tubuh akan memproduksi hormon endorphin yang dapat meredakan tekanan dan rasa khawatir.

Mekanisme koping yang buruk merupakan perilaku koping yang tidak menyelesaikan masalah dalam jangka panjang dan justru dapat meningkatkan kerusakan atau masalah yang dihadapi.

Mekanisme koping yang tidak sehat akan terasa memiliki efek yang diinginkan dalam jangka pendek. Secara umum, suatu perilaku dianggap tidak sehat apabila menimbulkan kerugian secara fisik, emosional, finansial hingga melanggar hukum.

Berikut adalah bentuk-bentuk mekanisme koping maladaptif:

  • Isolasi

Isolasi dan menarik diri dari dari lingkungan sekitar menjadi pilihan beberapa orang yang tengah stres. Mereka biasa memanfaatkan waktu sendirinya dengan menonton televisi, membaca atau pun menghabiskan waktu dengan aktivitas di dunia maya.

  • Menenangkan diri dengan hal yang tidak sehat

Makan secara berlebihan, minum minuman keras atau penggunaaan internet yang berlebihan biasanya dilakukan seseorang untuk meredakan stres. Hal ini perlu diperhatikan karena ditakutkan dapat menyebabkan kecanduan

  • Mati rasa

Seseorang yang tengah stres seringkali menenangkan diri dengan cara membuat dirinya seolah mati rasa. Mereka cenderung akan mencari aktivitas untuk membuat mereka tidak stres. Seperti mengkonsumsi makanan cepat saji, mengkonsumsi alkohol dan narkoba.

  • Kompulsi dan pengambilan risiko

Saat stres, seseorang cenderung akan menginginkan hal yang dapat meningkatkan adrenalinnya dengan perilaku kompulsif seperti judi, bereksperimen dengan obat-obatan, mencuri atau pun mengemudi dengan sembarangan.

  • Melukai diri sendiri

Melukai diri sendiri seringkali dilakukan saat stres atau pun trauma yang ekstrem. Padahal hal ini sangatlah merugikan diri sendiri.

Baca juga artikel terkait STRES atau tulisan lainnya dari Endah Murniaseh

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Endah Murniaseh
Penulis: Endah Murniaseh
Editor: Alexander Haryanto