Menuju konten utama
Lifestyle

Apa Itu Free-floating Anxiety: Penyebab, Gejala & Cara Mengatasinya

Free-floating anxiety: penyebab, faktor risiko, gejala dan cara mengatasinya.

Apa Itu Free-floating Anxiety: Penyebab, Gejala & Cara Mengatasinya
Ilustrasi cemas. foto/istockphoto

tirto.id - Free-floating anxiety memang bukan istilah yang sering didengar oleh orang awam. Meski demikian, sebagian orang mungkin pernah merasa gelisah atau ketakutan tanpa sebab yang jelas.

Free-floating anxiety adalah munculnya perasaan takut, cemas, dan gelisah tanpa alasan tertentu. Perasaan ini muncul begitu saja dan biasanya sulit dikendalikan.

Secara normal, ketakutan dalam diri seseorang muncul karena dipicu oleh sesuatu, baik itu keadaan atau objek tertentu.

Namun dalam kasus free-floating anxiety, penyebab dari rasa cemas itu tidak bisa dipastikan dengan jelas.

Free-floating anxiety merupakan gejala khas dari generalized anxiety disorder (GAD) atau gangguan kecemasan umum.

Meski demikian, seseorang tetap bisa mengalami free-floating anxiety meski tidak memiliki GAD atau gangguan kesehatan mental lainnya.

Penyebab Terjadinya Free-floating Anxiety

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang bisa menjadi cemas tanpa sebab. Melansir laman Healthline, berikut penyebab free-floating anxiety:

    • Faktor genetik
Gangguan kecemasan bisa diturunkan. Jika seseorang memiliki orang tua yang menderita GAD, maka ia kemungkinan juga akan mengalami gangguan mental yang sama.

Tentu gangguan kesehatan mental itu tidak muncul begitu saja, tapi ada suatu peristiwa yang memicunya.

Namun dibanding orang lain, seseorang yang mewarisi gen gangguan kecemasan dari orang tuanya bisa lebih beresiko mengalami gangguan mental yang sama.

    • Faktor otak
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang mengalami free-floating anxiety memiliki struktur otak yang berbeda. Ada area tertentu yang dipadati oleh neuron dan ada yang tidak.

Saat ada dua bagian otak yang dipadati oleh neuron, maka komunikasi antara dua bagian tersebut bisa jauh lebih baik.

Pada penderita free-floating anxiety, komunikasi antara bagian otak yang mengatur emosi, memori, dan pertimbangan kemungkinan bekerja terlalu baik atau justru terlalu buruk.

Hal ini memungkinkan seseorang memiliki pikiran yang "tidak wajar". Misalnya mudah berpikiran negatif, atau kadang merasa ada ancaman, padahal ia sedang dalam situasi yang aman.

    • Faktor lingkungan
Faktor eksternal seperti lingkungan juga bisa menyebabkan orang mengalami free-floating anxiety. Adanya pengalaman buruk seperti kekerasan, mengalami insiden yang mengancam nyawa, atau situasi pandemi bisa menjadi pemicunya.

Bahkan saat semua pengalaman buruk itu sudah berlalu, seseorang mungkin akan tetap merasa cemas, takut, dan gelisah.

Penting untuk diketahui bahwa anak-anak dengan lingkungan yang tidak kondusif termasuk golongan yang rentan mengalami free-floating anxiety di kemudian hari.

Mereka tidak bisa memilih atau punya kontrol terhadap lingkungan dan belum bisa menangani hal buruk layaknya orang dewasa.

Menurut sebuah studi, anak-anak yang mengalami kekerasan atau punya trauma masa kecil sangat beresiko mengalami free-floating anxiety.

Gejala Free-floating Anxiety

Berikut adalah beberapa gejala free-floating anxiety seperti dikutip dari Choosingtherapy:

    • Panik
    • Ketakutan
    • Sulit konsentrasi
    • Gelisah
    • Detak jantung meningkat
    • Berkeringat
    • Pola pikir bercabang, berulang, dan tidak berhenti
    • Bermimpi buruk
    • Cemas
    • Gemetar
    • Gugup
    • Berpikiran negatif

Cara Mengatasi Free-floating Anxiety

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi perasaan cemas yang datang tiba-tiba. Mulai dari mengatur pernafasan hingga meminta bantuan profesional, berikut cara menangani free-floating anxiety:

1. Atur pernafasan

Saat merasa cemas, seseorang cenderung bernafas lebih cepat, jadi cobalah untuk mengatur pernafasan agar lebih tenang.

Ambil nafas selama 5 detik, lalu hembuskan secara perlahan sekitar 5 detik.

2. Relaksasi otot progresif

Tanpa sadar, rasa cemas bisa menyebabkan otot menjadi tegang. Cobalah untuk rileks dengan cara berikut:

    • Kepalkan tangan dengan sangat kuat dan tahan selama 5 detik.
    • Setelah itu buka kepalan dan rilekskan tangan.
    • Fokuslah dengan perbedaan rasanya antara saat mengepal dan rileks.
    • Lakukan pula pada bagian tubuh lain,misalnya mengencangkan otot paha selama 5 detik lalu kembali rileks.
    • Lakukan teknik ini berulang kali dan fokuslah bagaimana rasanya ketika rileks.
3. Dengarkan musik

Mendengarkan musik bisa mempengaruhi emosi seseorang. Musik juga dapat mengurangi hormon stres dan memperbaiki mood.

Jenis atau genre musik sebenarnya tidak terlalu berpengaruh, tapi musik dengan tempo lambat biasanya punya efek menenangkan.

4. Olahraga atau yoga

Pilih olahraga yang paling diminati dan lakukan secara rutin. Seperti dikutip dari situs VerywellMind, olahraga terbukti dapat melepaskan rasa tegang sekaligus mengurangi gejala kecemasan.

Hal yang sama juga berlaku untuk yoga. Cobalah mengikuti kelas yoga atau pelajari beberapa gerakan yoga dan praktikkan di rumah secara rutin.

5. Fokus pada hal positif

Bersyukurlah untuk semua hal positif yang terjadi pada Anda. Saat merasa cemas atau gelisah, cobalah berpikir tentang hal-hal baik yang sudah Anda dapatkan.

Fokus pada hal-hal positif dan menyenangkan bisa memancing produksi hormon serotonin yang mampu memberikan efek bahagia.

6. Tetap beraktivitas

Sibukkan diri dan lakukan aktivitas rutin seperti biasa. Menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan akan membuat Anda lebih fokus pada hal yang sedang dikerjakan dan lupa dengan rasa cemas yang datang tiba-tiba.

7. Terapkan gaya hidup sehat

Jangan melampiaskan rasa cemas pada alkohol, rokok, atau kafein. Hal-hal seperti ini justru bisa memperparah gejala free-floating anxiety.

8. Minta bantuan profesional

Jika berbagai usaha telah dilakukan dan Anda masih kesulitan mengatasi free-floating anxiety, jangan ragu untuk meminta bantuan pada ahlinya.

Datangi dokter, psikolog, atau psikiater yang berkompeten menangani masalah ini.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno