Menuju konten utama

Apa Itu Dysbiosis, Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Dysbiosis merupakan ketidakseimbangan rasio bakteri dan mikroba baik atupun buruk di dalam perut, yang dapat berakibat pada berbagai kondisi kesehatan.

Apa Itu Dysbiosis, Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi anak sakit saluran kencing. foto/istockphoto

tirto.id - Anak-anak usia balita rentan mengalami berbagai masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut pada umumnya kekurangan atau kelebihan nutrisi tubuh yang berakibat salah satunya pada kondisi dysbiosis atau gangguan keseimbangan mikrobiota usus.

Childrens menuliskan dysbiosis merupakan ketidakseimbangan rasio bakteri dan mikroba baik atupun buruk di dalam perut, yang dapat berakibat pada berbagai kondisi kesehatan.

Sementara itu, tubuh manusia membutuhkan keseimbangan mikroba yang tepat di dalam perut agar berfungsi dengan baik.

Bakteri baik akan membantu tubuh dalam mencerna makanan seperti ASI pada saat bayi, dan memproses energi dan nutrisi makanan di segala kelompok usia.

Lebih lanjut, mikroba baik juga memecah serat untuk membantu mencegah kenaikan berat badan, penyakit jantung, dan mengurangi risiko kanker.

Pakar gizi medis Prof. Saptawati Bardosono menjelaskan adanya dysbiosis akan menyebabkan kekebalan tubuh anak menurun sehingga rentan terhadap masuknya kuman-kuman penyakit seperti ISPA dan diare.

Padahal, saluran pencernaan menjadi organ kekebalan tubuh terbesar meliputi 80 persen sistem kekebalan tubuh.

Terdapat dua tipe dysbiosis menurut Childrens. Pertama, pertumbuhan mikroba berlebih dengan kondisi bakteri jahat yang terlalu banyak di usus, dan menyebabkan adanya peradangan. Kedua, kurangnya pertubuhan bakteri baik atupun buruk.

Gejala dysbiosis

- Sakit perut

- Kembung

- Diare

- Gas

- Kekurangan vitamin B12 atau lainnya

- Konstipasi

- GERD

- Hormon tidak seimbang

- Masalah berat badan, dll.

Penyebab Dysbiosis

Kondisi dysbiosis dapat disebabkan oleh adanya perubahan populasi berbagai mikroba di dalam perut, mikroba jahat lebih banyak dibandingkan mikroba yang bermanfaat.

Sementara itu, Very Well Health menyebutkan dysbiosis juga dapat disebabkan oleh perubahan lokasi berbagai jenis mikroorganisme di seluruh usus, atau perubahan kerja mereka.

Sementara itu, berikut adalah faktor yang dapat berkontribusi pada dysbiosis:

- Penggunaan anibiotik

- Pola makan tidak sehat

- Penyalahgunaan alkohol

- Efek samping pengobatan

- Stres

Lantas, bagaimana cara penanganannya?

Menurut Healthline, dokter akan menyarankan Anda untuk menghentikan berbagai pengobatan yang Anda lakukan jika dysbiosis muncul akibat dari efek pengobatan.

Tidak hanya itu, dokter juga akan menyarankan pengobatan lain untuk mengontrol bakteri tersebut.

Pola makan juga harus diperhatikan untuk mengatasi dysbiosis. Anda akan mendapatkan rencana pola makan berdasarkan saran dokter sehingga nutrisi tubuh yang masuk akan seimbang.

Anda akan diminta untuk menambah makan sayuran hijau, ikan, atau daging segar. Sementara itu, hentikan konsumsi makanan berikut ini:

- Daging yang telah diproses (daging kaleng, dll)

- Karbohidrat dalam jagung, oats, atau roti

- Buah pisang, apel, anggur

- Produk susu dan olahannya (yogurt, susu, dan keju)

- Makanan dengan kandungan gula yang tinggi

Disarankan pula bagi Anda untuk mengonsumsi suplemen pre atau probiotik untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan.

“Untuk mencegah terjadinya dysbiosis perlu juga memberikan asupan probiotik atau bakteri baik contohnya Lactobacillus rhamnosus yang akan memberikan efek immunomodulatorry karena menyeimbangkan mikrobiota usus, mencegah dysbiosis,” ujar Saptawati.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari