Menuju konten utama

Apa Itu Borderline Personality Disorder, Penyebab dan Gejalanya

Borderline personality disorder belum diketahui secara pastinya penyebabnya.

Apa Itu Borderline Personality Disorder, Penyebab dan Gejalanya
Ilustrasi Borderline personality disorder. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Borderline personality disorder (BPD) adalah bentuk gangguan mental yang membuat penderitanya mengalami masalah dalam mengendalikan suasana hati (mood).

Perubahan emosi tersebut bisa berlangsung secara tiba-tiba dan impulsif. Dirinya tidak memikirkan efek dari perilakunya tersebut sehingga kerap ditemui memberikan dampak negatif pada hubungan interaksi dengan orang lain.

Borderline personality disorder (BPD) memiliki tingkat keparahan yang berbeda untuk setiap penderitanya. Umumnya gejala menunjukkan tingkatan ringan sampai berat. Gejala tersebut sering ditemukan saat seseorang mulai beranjak remaja dan dapat bertahan sampai dewasa bila tidak mendapatkan penanganan.

Situs National Institute of Mental Health (NIMH) menjelaskan, orang-orang yang mengalami borderline personality disorder masih mungkin untuk ditolong. Mereka dapat dilakukan perawatan yang berkaitan dengan pengelolaan gejala gangguan kepribadian. Hal ini mungkin tidak mudah bagi mereka di awal perawatan.

Penyebab borderline personality disorder (BPD)

Borderline personality disorder belum diketahui secara pastinya penyebabnya. Situs National Health Service (NHS) menerangkan bahwa borderline personality disorder dimungkinkan terjadi akibat hasil kombinasi dari faktor genetik dan lingkungan.

Para penderita borderline personality disorder memiliki latar belakang yang saling berlainan. Hanya saja, banyak ditemui dari mereka mulai mendapatkan gejalanya setelah mendapatkan trauma atau penelantaran yang dialami sewaktu masih anak-anak. Selain itu, faktor penyebab lainnya seperti:

1. Riwayat keluarga.

Jika dalam keluarga dekat terdapat anggota yang memiliki riwayat borderline personality disorder, maka mungkin berisiko lebih tinggi terkena gangguan yang sama.

2. Struktur dan fungsi otak.

Penelitian menunjukkan, orang dengan borderline personality disorder bisa jadi mengalami perubahan struktural dan fungsional otak, terutama di area yang mengontrol impuls dan pengaturan emosi. Kendati demikian, penelitian tidak secara langsung menunjukkan perubahan tersebut sebagai faktor risiko pemicu borderline personality disorder.

3. Faktor lingkungan, budaya, dan sosial.

Lingkungan, budaya, hingga sosial berpengaruh pada kemunculan borderline personality disorder ketika seseorang mengalami trauma di masa anak-anak. Kasus pelecehan, perundungan, hingga kesulitan apa pun yang membuat anak-anak tertekan psikisnya dapat membekas sampai dewasa.

Infografik SC Borderline personality disorder

Infografik SC Borderline personality disorder. tirto.id/Fuad

Gejala borderline personality disorder (BPD)

Orang-orang yang mengidap borderline personality disorder dimungkinkan kerap mengalami perubahan suasana hati yang terlampau sering. Meraka tertekan dengan perasaan yang serba dalam ketidakpastian tersebut. Perasaan mereka berubah sangat cepat, dari semula yang menunjukkan sikap ramah mendadak menjadi pemarah.

Bentuk emosional yang ditunjukkan penderita borderline personality disorder tidak bisa ditebak. Inilah yang membuat hubungannya dengan orang lain sulit langgeng. Dikutip dari Mayo Clinic, para penderita borderline personality disorder dapat mengembangkan gejala berikut ini dalam dirinya:

  • Ketakutan yang kuat terhadap penolakan, bahkan dirinya akan melakukan tindakan ekstrem demi menghindari perpisahan atau penolakan.
  • Pola hubungan yang tidak stabil dengan orang lain dan terjadi secara berulang. Misalnya dia menyukai seseorang sesaat, lalu tiba-tiba merasa yakin bahwa orang tersebut tidak cukup peduli atau kejam
  • Perubahan cepat dalam memberikan identitas diri dan citra diri yang mencakup pergeseran tujuan dan nilai. Dia melihat diri sendiri sebagai sosok buruk, atau seolah-olah tidak menganggap keberadaan orang lain sama sekali.
  • Periode proses paranoia yang berkaitan dengan stres dan kehilangan kontak dengan dunia nyata dapat berlangsung beberapa menit hingga sekian jam.
  • Mengembangkan perilaku impulsif dan berisiko. Contohnya seperti berjudi, mengemudi secara sembrono, seks tidak aman, menghabiskan banyak uang, makan berlebihan, penyalahgunaan narkoba, memutuskan menyidahi hubungan asmara yang positif, sampai mendadak berhenti dari pekerjaan sekali pun sudah cukup sukses.
  • Mengancam atau mengembangkan perilaku bunuh diri, atau melukai diri sendiri sebagai respons terhadap ketakutan akan perpisahan atau penolakan
  • Perubahan suasana hati yang dapat berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari, mencakup kebahagiaan yang intens, lekas marah, rasa malu, atau kecemasan.
  • Perasaan yang kosong dan terus berkelanjutan
  • Kemarahan yang tidak wajar dan intens seperti sering kehilangan kesabaran, menjadi sarkastik, atau bertengkar secara fisik

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Iswara N Raditya