tirto.id - Aquaphobia merupakan gangguan kecemasan atau ketakutan seseorang terhadap air. Aquaphobia berasal dari kata Aqua dan Phobos. Aqua dalam bahasa Latin berarti air, sedangkan phobos dalam bahasa Yunani bermakna ketakutan.
Penderita aquaphobia bisa mengalami kecemasan berlebihan terhadap air yang bahkan sebenarnya tidak berbahaya. Misalnya saat melihat air di bak mandi, air minum, siraman air, dan air mengalir dari keran.
Selain itu, penderita aquaphobia juga mengalami kecemasan atau serangan panik saat berada di tempat-tempat yang memiliki genangan air banyak seperti kolam renang, danau, sungai, pantai, dan laut.
Aquaphobia sering disamakan dengan phobia air lainnya yaitu hydrophobia. Namun, kedua jenis phobia tersebut tidak sama.
Dilansir dari laman Healthline, hydrophobia merupakan ketakutan akan air yang berkembang pada seseorang yang menderita stadium akhir rabies. Adapun aquaphobia merupakan ketakutan ekstrim terhadap air yang tidak berhubungan dengan kondisi fisik ataupun penyakit.
Gejala Aquaphobia dan Penyebabnya
Penderita aquaphobia memiliki tingkat keparahan, mulai dari tingkat yang ringan sampai tingkat yang parah. Beberapa orang mungkin takut pada air yang dalam atau sungai yang berarus deras, sementara yang lain mungkin takut pada air bak mandi, shower, atau keran.
Gejala aquaphobia bisa sangat beragam, tergantung pada tingkat keparahannya. Beberapa gejala aquaphobia yang kerap terjadi meliputi:
- Takut, cemas, atau panik saat memikirkan tentang air
- Takut terus menerus, berlebihan, dan tidak masuk akal saat terkena air
- Ketakutan akan air tidak sebanding dengan ancaman yang sebenarnya
- Selalu menghindari air secara terus-menerus.
Jika penderita aquaphobia berusia anak-anak, biasanya akan mengekspresikan kecemasan dengan menangis, tantrum, menolak untuk bicara atau bergerak, hingga menempel secara fisik ke orang tua/pengasuh dan objek tertentu.
Penderita aquaphobia pasti mengalami kecemasan, ketakutan, dan kepanikan saat terkena air. Hal ini membuat penderita aquaphobia berpotensi mengalami dampak fisik seperti halnya yang dialami oleh penderita gangguan kecemasan pada umumnya.
Sejumlah dampak fisik dari kecemasan yang dialami oleh penderita aquaphobia biasanya adalah:
- Berkeringat
- Detak jantung sangat cepat
- Panas dingin
- Sesak napas
- Mual
- Pusing
- Pingsan
- Mulut kering
- Gemetar
- Kebingungan atau disorientasi.
Penyebab seseorang mengidap aquaphobia bisa disebabkan oleh kejadian traumatis di masa lalu atau selama masa kanak-kanak. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, contoh pengalaman traumatis itu seperti mengalami kejadian hampir tenggelam atau melihat orang tenggelam.
Ada juga hasil studi menyebutkan aquaphobia bisa diturunkan secara genetik. Selain itu, merujuk ke publikasi Mayo Clinic, perubahan fungsi otak pun bisa berperan dalam mengembangkan fobia yang lebih spesifik.
Cara Mengatasi Aquaphobia
Aquaphobia paling sering diobati dengan 2 macam psikoterapi yaitu Terapi Pemaparan dan Terapi Perilaku Kognitif. Namun kebanyakan penderita aquaphobia menggunakan terapi pemaparan untuk mengatasi gangguan ini.
Terapi Pemaparan menggunakan metode cukup sederhana tetapi efektif. Penderita akan berulang kali dipaparkan terhadap sumber phobia itu sendiri, dalam hal ini adalah air.
Saat penderita aquaphobia terkena air, terapis akan melacak reaksi, pikiran, perasaan, dan sensasi yang muncul untuk membantu pasien mengatasi kecemasan itu.
Sementara itu, Terapi Perilaku Kognitif menggunakan metode dengan cara menentang pikiran dan keyakinan penderita aquaphobia tentang ketakutan terhadap air.
Melalui terapi ini, penderita aquaphobia dipaksa belajar untuk menentang ketakutannya sendiri. Di Terrapi Perilaku Kognitif, penderita didorong mengembangkan strategi untuk mengatasi pola pikir yang memicu kecemasannya.
Selain kedua jenis terapi di atas, ada beberapa teknik yang bisa dilakukan di rumah, seperti yoga dan teknik pernapasan dalam. Namun, disarankan teknik itu dijalankan dengan bantuan seorang ahli.
Selain itu, dokter juga bisa meresepkan obat untuk mencegah gejala kecemasan dan kepanikan yang sering muncul.
Penulis: Robiatul Kamelia
Editor: Addi M Idhom