tirto.id - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut tingkat kemampuan anak Jakarta dalam membaca masih jauh di bawah capaian nasional. Anies mengatakan, hal itu dapat dilihat dari hasil survei Indonesian National Assessment Program (INAP) yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di DKI Jakarta.
"Padahal Jakarta itu akses pada buku banyak. Akses bacaan luas tapi kemampuan bacanya ternyata malah rendah. Makanya kita pastikan, ini contoh saja pada aspek INAP itu," ungkap Anies di sela kunjungan ke SDN 07 Pagi, Cawang, Jakarta Timur, Rabu (18/10/2017).
Pada kesempatan ini, Anies juga menyampaikan beberapa hal yang pernah ia suarakan saat kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Salah satunya adalah tingginya angka putus sekolah di Jakarta.
Ia mencontohkan misalnya, menurunnya Angka Partisipasi Murni (APM) siswa saat lulus dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk SD, partisipasi murni siswa hingga lulus sekolah mencapai 97 persen, namun pada tingkat SMP angkanya menurun hingga 87 persen dan ketika SMA turun lagi menjadi 59 persen.
"Bayangkan di Jakarta, ibu kota itu angka APM untuk SMA 59 persen. Ini akan kita tingkatkan dan pastikan anak anak kita yang masuk SD kelas satu bisa sekolah sampai tuntas kelas 12 [SMA]," ujarnya.
Karena itulah, Anies menyampaikan bahwa dirinya serius untuk membenahi masalah pendidikan di Jakarta. Namun, ia tak menjelaskan program apa yang akan dilakukan dalam jangka waktu dekat.
"Kita ingin ibu kota itu pendidikannya perlu diseriusi, tapi perbaikan pendidikan perlu waktu. Untuk lihat berhasil saja waktu pelajaran itu 12 bulan. Kalau kita bangun jembatan bisa dipercepat, kalau perbaiki pendidikan itu perlu waktu. Tapi kami komitmen bahwa kami ingin bereskan [pendidikan]," katanya lagi.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan bahwa salah satu masalah yang membutuhkan perbaikan lebih lanjut adalah kualitas guru dan infrastruktur.
Ketika masuk ke dalam SDN 07 Pagi, Cawang , kata Sandi, ada keprihatinan saat melihat atap ruang kelas yang bocor dan hilangnya beberapa barang atau inventarisasi sekolah lantaran dicuri.
"Langit-langitnya bocor dan jatuh. Tadi ada dua kelas, dan kami disarankan tidak masuk [karena] kemungkinan runtuh juga. Banyak sekali penerangan yang di curi malam malam dan hilang jadi banyak kejadian alat pendidikan hilang," tuturnya.
Mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu juga mengatakan bahwa infrastruktur di sekolah itu harus diperbaiki untuk menunjang proses belajar mengajar yang baik.
"Sekolah paling tidak harus memenuhi standar dan memastikan proses mengajar itu bisa berlangsung dengan kondusif," tandasnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Yuliana Ratnasari