Menuju konten utama

Analisis Kenapa Anies Sering Berkampanye di Jakarta Utara

Menjelang berakhirnya masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017, Anies Rasyid Baswedan berkampanye di Penjaringan dan Cilincing, Jakarta Utara selama tiga hari berturut-turut. Apa alasannya?

Analisis Kenapa Anies Sering Berkampanye di Jakarta Utara
Calon gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga Anies Baswedan melakukan kampanye di kawasan Kampung Akuarium, Jakarta Utara, Selasa (7/2). Tirto.id/Denny Aprianto

tirto.id - Dalam tiga hari terakhir, 6 hingga 8 Februari 2017, calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, banyak melakukan kampanye di wilayah Jakarta Utara. Daerah yang dikunjungi tak jauh-jauh dari sekitaran Penjaringan dan Cilincing. Menurut pantauan Tirto, Anies tercatat mengunjungi Kecamatan Cilincing sebanyak lima kali dan Kecamatan Penjaringan sebanyak tiga kali.

Berdasarkan hasil Pemilu DPRD DKI Jakarta 2014, dua partai yang mengusung Anies, yakni Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memang masuk dalam jajaran tiga besar partai dengan perolehan suara terbanyak di Cilincing dan Penjaringan. Akan tetapi jumlah perolehan suaranya tidak signifikan.

Di Cilincing, PKS menduduki posisi kedua dengan perolehan suara sebesar 12,08%, di bawah PDI Perjuangan yang berhasil meraup suara sebesar 25,53%. Sementara di Penjaringan, Partai Gerindra mendapatkan suara sebanyak 13,76% dari jumlah keseluruhan suara.

Dilihat dari hasil Pemilu DPRD DKI Jakarta 2014 lalu, Cilincing dan Penjaringan agaknya bukan merupakan basis partai pengusung calon gubernur nomor urut tiga tersebut. Lagipula ditambah kenyataan bahwa partai yang memperoleh suara terbanyak di kedua daerah itu, yakni PDI Perjuangan, merupakan pengusung rival Anies, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Lantas mengapa Anies kemari?

Dalam kunjungan Anies ke Kampung Akuarium pada Selasa (7/2) lalu, ia berkeliling melihat kondisi warga korban penggusuran. Kebijakan menggusur Kampung Akuarium ini dilakukan Ahok pada April 2016, dan banyak menuai perlawanan dari warga setempat.

Ketika berkeliling di Kampung Akuarium, Anies banyak mendapat keluhan dari warga yang menolak penggusuran. Anies pun secara tegas menolak kebijakan penggusuran tersebut, dan berjanji akan membangun kembali Kampung Akuarium sesuai dengan kebutuhan warga. “Dikembalikan pokoknya, ditata supaya warga bisa tinggal lagi di sini," ujar Anies.

Salah seorang warga, Teddy, mengatakan tidak mau berpindah dari rumah yang ditempatinya sejak 1987. Meski mendapatkan rumah susun (rusun) sebagai ganti rugi rumahnya, Teddy memilih tetap tinggal di Kampung Akuarium meski harus membangun rumahnya kembali dari kayu.

Alasan Teddy adalah karena jauhnya rusun yang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan tempatnya biasa mencari ikan. Teddy pun beranggapan bahwa Ahok tidak bisa mengajarinya cara mencari ikan, dan dirinya lebih tahu cara mencari ikan. Oleh karena itu, ia tidak mau pindah dari Kampung Akuarium.

Tidak hanya Teddy, beberapa warga lain juga mengeluhkan kondisinya pasca penggusuran. Beberapa ibu terlihat menangis sembari menceritakan masalahnya kepada Anies. Banyak warga yang mengatakan mau untuk ditata tempat tinggalnya, namun tidak dengan cara memindahkan mereka ke tempat yang lebih jauh.

Sama halnya dengan di Penjaringan, Anies juga banyak berbicara tentang ketidakadilan di Jakarta saat berkampanye di Cilincing. Namun topik yang dibicarakannya lebih mengarah kepada kasus reklamasi di Teluk Jakarta. Reklamasi Jakarta sendiri merupakan salah satu proyek yang disetujui oleh Ahok. Sejak 2014, Ahok telah menerbitkan beberapa perizinan untuk pembangunan reklamasi. Kebijakan ini lantas menuai protes karena dianggap tidak dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Saat berbicara di Parade Nelayan Tolak Reklamasi, Anies berbicara mengenai reklamasi yang tidak memperhatikan nelayan, dan menegaskan bahwa ia menolak reklamasi. Saat Anies berorasi, banyak warga yang bersorak mendukungnya.

Meski datang ke wilayah yang bukan menjadi basis partai yang mendukungnya, Anies berkampanye dengan menggunakan isu-isu yang kontra terhadap kebijakan Ahok. Ia terlihat tidak akan meneruskan kebijakan Ahok dan menekankan bahwa kebijakan yang diambil tidaklah adil, serta hanya memihak pada kepentingan tertentu saja.

Baca juga artikel terkait ANIES-SANDIAGA atau tulisan lainnya dari Ellya Mutia Fansuraini

tirto.id - Politik
Reporter: Ellya Mutia Fansuraini
Penulis: Ellya Mutia Fansuraini
Editor: Damianus Andreas