tirto.id - Partai Republik berhasil meraih mayoritas kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS), sebagai hasil dari pemilihan paruh waktu atau midterm yang dihitung pada Kamis, 17 November 2022.
Berdasarkan data yang dirilis The Associated Press, Partai Republik berhasil mengamankan 218 kursi di DPR, sebagai syarat yang dibutuhkan untuk menguasai legislatif. Sedangkan Partai Demokrat meraih 211 kursi.
Sedangkan untuk Pemilu Senat AS, sudah ada 34 kursi yang diumumkan dari total 35 kursi. Sebagai catatan, dalam struktur organisasinya, setiap negara bagian diwakili oleh dua senator dengan total 100 orang anggota.
Hasilnya, Partai Republik unggul satu suara dengan meraih 49 kursi, sedangkan Partai Demokrat meraih 48 kursi. Dua kursi lainnya diraih partai lain.
Apa yang Terjadi Bila Republik Kuasai DPR AS?
Seperti diberitakan DW, Presiden AS Joe Biden sudah memberikan ucapan selamat kepada Partai Republik karena berhasil meraih kursi mayoritas di DPR, khususnya kepada Kevin McCarthy.
"Saya mengucapkan selamat kepada Pemimpin McCarthy atas Partai Republik memenangkan mayoritas DPR, dan saya siap bekerja dengan Partai Republik untuk memberikan hasil bagi keluarga pekerja," kata Biden.
"Saya akan bekerja dengan siapa pun—Republik atau Demokrat—yang bersedia bekerja dengan saya untuk memberikan hasil bagi rakyat Amerika," tambah Biden.
Dengan kemenangan Republik, DPR harus menentukan siapa yang akan menjadi pemimpinnya. CBS News melaporkan, meskipun Partai Republik menang, Pemimpin Minoritas Kevin McCarthy sepertinya akan dipersulit untuk menjadi Ketua DPR.
Di sisi lain, dia mendapat dukungan dari mayoritas kaukusnya untuk mencalonkan diri dalam pemilihan pengganti Nancy Pelosi, Ketua DPR AS saat ini. Sementara itu, Pelosi belum mengumumkan apakah dia akan mencalonkan diri sebagai pemimpin Kaukus Demokrat di DPR.
Di tahun 2007, Pelosi adalah wanita pertama yang menjadi Ketua DPR AS. Jabatan itu dia pegang untuk kedua kalinya setelah berhasil memimpin partainya kembali ke mayoritas pada tahun 2019.
Berdasarkan proyeksi, Biden bakal menghadapi suara Kongres yang terpecah pada masa paruh kedua masa jabatannya. Dinamika ini akan memperumit upaya Biden dalam membuat kemajuan di berbagai kebijakan seperti, mengabadikan hak aborsi ke dalam undang-undang.
Kepada wartawan di Bali, Biden pun mengakui kalau dia harus menghadapi beragam tantangan dari DPR yang dipimpin Republik. Dia tidak percaya kalau punya cukup suara untuk melindungi akses aborsi.
Editor: Iswara N Raditya