tirto.id - N, anak usia delapan tahun korban ledakan bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) Surabaya, meninggal dunia pada Minggu, 13 Mei 2018. Sebelumnya, N sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Bedah Surabaya (RSBS).
"Kami sudah berupaya maksimal menolong korban, tapi adik N meninggal dunia kemarin (13/5) malam sekitar pukul 20.00 WIB," tutur Kepala Humas RSBS Novi dikutip Antara.
Kakak N, VE (11 tahun), meninggal dunia pada Minggu (13/5) siang di gereja STMB tidak lama setelah ledakan bom.
N sempat menjalani operasi di RSBS, namun nyawanya tidak tertolong lagi.
Awalnya terdapat delapan orang korban ledakan bom yang dirawat di RSBS. Mereka adalah Dia Linawati (69), Warsinto (64), Desmonda (20), Teddy (65), Wenny (47), Fransiska (60), N(8), dan Sidiq (65).
Menurut Dirut RSBS Priyanto Suasono, terdapat empat korban yang menjalani operasi, dan empat korban lain menjalani perawatan intensif. Korban harus menjalani operasi karena serpihan logam dan pendarahan pada organ dalam.
"Jadi perlu ada pembersihan dari benda-benda asing dalam organ tubuhnya. Kami terus observasi," kata Priyanto.
Hingga Senin (14/5) pagi, tersisa lima orang korban ledakan bom yang masih dirawat.
"Sekarang tinggal lima orang, satu orang meninggal dan sisanya sudah kembali ke rumahnya," lanjut Novi.
Tiga serangan bom di gereja terjadi di Kota Surabaya pada Minggu (13/5/2018). Serangan tersebut terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) di Gubeng, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Sawahan. Serangan bom tersebut menewaskan sekitar 14 orang dan 43 orang terluka.
Sementara itu, korban dalam teror di Wonocolo, Sidoarjo Minggu (13/5/2018) malam berjumlah tiga orang.
"Total dua wilayah adalah 17 meninggal dan 45 luka," ungkap Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera, di Mapolda Jatim di Surabaya.
Editor: Fitra Firdaus