tirto.id - Manchester City baru saja mendatangkan Rodri dari Atletico Madrid dengan biaya mencapai 62,8 juta paun. Transfer itu tentu mengagetkan Inggris. Sebab, selain transfer itu memecahkan rekor pembelian klub, publik sepakbola Inggris juga tak banyak yang tahu soal Rodri.
Lewat Simon Stone, BBClantas menulis profil Rodri. Ia memperkenalkan siapa Rodri, menceritakan karier singkatnya, sekaligus memprediksi dampak kedatangannya bagi City. Namun, Simon Harrison, pengamat sepakbola Spanyol, ternyata langsung menghantam tulisan Stone mengenai pemain berusia 22 tahun tersebut dengan kritik yang bikin telinga merah.
“Profil Rodri di BBC sangat mengerikan. Mengapa harus menghubungkan start bagus dengan jumlah gol ketika dia adalah seorang deep-lying midfielder. Ini sangat membingungkan, informasi keliru seperti ini tidak bisa diterima,” kata Harrison.
Dalam tulisannya itu, Stone memang mengimbau kepada fans City agar tak berharap bahwa Rodri bisa memulai kompetisi dengan bagus karena jumlah golnya yang minim. Ia hanya mencetak gol tiga bersama Atletico Madrid pada musim lalu. Sebelumnya, Rodri bahkan hanya mampu mencetak sebiji gol saat memperkuat Villareal pada musim 2017-2018. Namun, imbauan itu luput dari konteks.
Menurut Simon, sebelum menulis, Stone seharusnya mempertimbangkan posisi Rodri, bagaimana peran Rodri di klub sebelumnya, gaya bermain Rodri, dan hal-hal mencerahkan lainnya.
Maka, ia pun mengambil kesimpulan, “Tulisan [Stone] itu buruk sekali.”
Pengatur Tempo Permainan
Orang-orang Inggris memang tak sedikit yang mempunyai cara berpikir seperti Stone. Konon, kecuali kiper dan bek, mereka hampir selalu menilai baik-buruknya seorang pemain hanya dari jumlah gol semata. Seandainya ia mampu mencetak banyak gol, ia pemain bagus. Sebaliknya, jika jumlah gol pemain itu mampat, kemampuan pemain itu patut untuk dipertanyakan.
Namun, paradigma seperti itu tentu sudah kuno. Saat ini, sepakbola tidak hanya soal siapa yang bisa mencetak gol lebih banyak, tapi juga soal bagaimana caranya bisa mencetak gol lebih banyak.
Apa yang dilakukan Manchester City di Premier League pada musim lalu lantas bisa menjadi contoh. Apakah Kun Aguero, Raheem Sterling, dan Leroy Sane mampu mencetak 48 dari 95 gol yang dicetak City tanpa kemampuan apik Fernandinho, gelandang bertahan City, dalam mengatur tempo permainan? Tentu tidak. Dan, Mengapa demikian?
Secara kasat mata, permainan Fernandinho memang terlihat sederhana. Ia hanya menyentuh bola seperlunya lalu mengoper ke pemain City lainnya. Namun, saat dilihat secara saksama, dampak umpan-umpan Fernandinho ternyata luar biasa. Lewat umpan-umpan Fernandinho yang penuh visi itu, City bisa menguasai bola tanpa putus, tim mampu bergerak sesuai keinginan Pep, lini depan bisa menemukan celah, dan pada akhirnya, mereka bisa mencetak banyak gol ke gawang lawan.
Singkat kata, di balik setiap rencana Pep yang mampu menghasilkan kemenangan secara bertubi-tubi, Fernandinho ialah sebagai otak utamanya.
Untuk semua itu, tak heran jika Pep lantas menyebut bahwa peran Fernandinho “tak tergantikan”. Sementara itu, Phil McNulty, jurnalis senior BBC, juga pernah memuji Fernandinho setinggi langit. Katanya, “Untuk semua rangkaian kekayaan berkilauan yang dikumpulkan City, Fernandinho adalah perekat yang mampu menyatukan semua bagian.”
Sayangnya, mengingat Fernandinho sudah berusia 34 tahun, Pep tentu tidak bisa terus-terusan untuk mengandalkan pemain asal Brasil tersebut. Maka Pep pun mengambil keputusan yang paling masuk akal, yaitu mencari seorang pemain yang mempunyai kemampuan mirip dengan Fernandinho. Dan saat ia memutuskan untuk mendatangkan Rodri dengan harga kelewat mahal, Pep jelas tidak melakukan hitung-hitungan sembarangan.
Sepakbola Seperti Catur
Dalam bukunya yang berjudul Pep Confidential (2014), Marti Perarnau pernah menceritakan obrolan menarik antara dirinya dengan Pep Guardiola. Obrolan itu bersumber dari wawancara Magnus Carlsen, juara dunia catur, dengan El Pais. Saat itu, Pep mengaku menyukai cara perpikir Carlsen.
“Dia (Carlsesn) mengatakan bahwa tak masalah jika ia harus melakukan pengorbanan pada awal pertandingan, karena ia tahu ia akan berada dalam posisi menguntungkan pada akhir pertandingan. Pernyataan itu benar-benar membuatku berpikir: bagaimana aku bisa menerapkan itu dalam pertandingan sepakbola?,” kata Pep.
Di sisi lain, Dave Begel, kontributor OnMilwaukee, juga pernah mengatakan bahwa sepakbola juga mirip permainan catur. Saat Begel menyebut “Catur adalah permainan tentang kesabaran,” bahwa “Anda harus bergerak dengan hati-hati dan menunggu, menunggu, menunggu, hingga mendapatkan celah,” Pep tentu tak salah dengan pemikirannya itu.
Dari sana Pep pun mempunyai solusi: jika ia ingin menang dengan caranya, ia harus mempunyai seorang pemain yang mampu menggerakkan tim dengan sabar, meskipun pemain itu seringkali ditekan oleh pemain lawan. Dan di antara sekian banyak pemain yang pernah dimiliki Pep, Rodri barangkali pemain yang paling dekat dengan solusi tersebut.
Sebagai seorang gelandang bertahan, Rodri memang belum sepopuler Sergio Busquets dan Xabi Alonso, juga terlihat tidak sekuat Fernandinho. Meski begitu, Albert Celade, mantan pelatih Rodri di timnas U-21 Spanyol, percaya bahwa Rodri kelak akan melampaui kemampuan gelandang-gelandang bertahan terbaik di dunia tersebut.
Alasan Caledes, “ Rodri mampu mengoper cepat dengan kedua kakinya, sangat sempurna untuk memainkan bola meski ia sedang berada dalam tekanan. Ia mampu mengubah hal-hal sulit menjadi mudah.”
Pendapat Calade tersebut juga diperkuat oleh data stastistik. Menurut hitung-hitungan Whoscored, Rodri adalah pengumpan kedua terbaik milik Atletico pada musim lalu. Tampil sebanyak 43 kali di liga, Rodri rata-rata melakukan 56,7 kali umpan dalam setiap pertandingan dengan tingkat akurasi mencapai 91,1%.
Selain itu, kemampuan Rodri dalam mengatur tempo juga dilengkapi dengan visi permainan yang ciamik. Ia rata-rata memang hanya mengirimkan 0,5 umpan kunci dalam setiap pertandingan. Namun, kata Diegoe Simeone, pelatih Atletico, arah umpan penetratif Rodri seringkali menjadi awal dari setiap serangan berbahaya yang dilancarkan oleh Atletico.
Yang menarik, kemampuan Rodri tidak hanya mentok sampai di situ. Publik sepakbola Spanyol pernah berasumsi bahwa ia tak akan pernah bisa menggantikan peran Bruno di Villareal serta peran Gabi di Aletico Madrid. Namun, karena kemampuannya dalam memahami taktik, Rodri ternyata sukses menjungkirbalikkan omongan banyak orang.
“Di Atletico musim lalu, bersama Griezmaan, Rodri ia adalah pemain yang paling mampu memahami taktik Diego Simeone dengan baik,” kata Pablo Egaya, jurnalis Marca.
Lantas, apa faktor fundamental dari semua kemampuan Rodri tersebut? Jawaban dari pertanyaan tersebut barangkali bisa menjadi salah satu alasan kuat mengapa Guardiola nekat memecahkan rekor klub untuk memboyong Rodri.
“Dalam sepakbola profesional, lawan Anda akan merebut bola dari kaki Anda jika Anda berpikri terlalu lama. Pada saat-saat krusial, Anda harus tetap tenang,” kata Rodri.
Dan bagi para pecatur kelas dunia, ketenangan tentu menjadi salah salah satu modal berharga untuk menerapkan strateginya.
Editor: Abdul Aziz