Menuju konten utama

Alasan Kampus Bina Darma Kirim Mahasiswa ke Bursa Efek Indonesia

Mayoritas korban mengalami patah tulang.

Alasan Kampus Bina Darma Kirim Mahasiswa ke Bursa Efek Indonesia
Pekerja memperhatikan kerusakan yang terjadi akibat ambruknya jembatan penghubung di dalam gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (15/1). Sejumlah orang terluka akibat peristiwa tersebut. ANTARA FOTO/Elo

tirto.id - Mahasiswa Bina Darma Palembang menjadi korban dalam peristiwa runtuhnya mezanin lantai 1 gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). Para mahasiswa yang berasal dari Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi itu datang dalam rangka melakukan studi banding. “Itu kunjungan mau lihat cara investasi secara langsung. Jadi siapa tahu ada yang tertarik bekerja di sana (BEI), belajar investasi, atau belajar pasar modal, jadi kita ada pelajaran investasi dan pasar modal,” kata Ketua Program Studi di Jurusan Akutansi Ade Kemala kepada Tirto, Senin (15/1).

Ade menjelaskan para mahasiswa berangkat dari Palembang dengan pesawat terbang sekitar pukul 09.00 WIB. Dari total 12 hari studi banding, BEI menjadi lokasi kunjungan pertama. Selain ke BEI para mahasiswa itu juga berencana berkunjung ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bali dan salah satu home industri di Yogyakarta. Seingat Ade, selama menjadi ketua Progam Studi Akutansi para mahasiswanya pernah berkunjung ke BEI pada 2015. “Ini (ke BEI) kunjungan pertama. Rencananya jam satu siang diterima pihak BEI,” ujar Ade.

Ada 93 orang mahasiswa dan tiga dosen yang pergi melakukan studi banding. Dari jumlah itu Ade memperkirakan sekitar 40 di antaranya menjadi korban. Para korban saat ini masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit seperti Rumah Sakit Siloam, Rumah Sakit Angkatan Laut Mintohardjo, Rumah Sakit Jakarta. “Sampai sekarang kami masih data. Ada empat puluhan lebih (korban),” kata Ade.

Kepala Bagian Administrasi Universitas Bina Darma Rahmawati mengatakan pihak kampus sudah merespons kabar insiden di BEI. Ia mengatakan ada tujuh dosen yang diterbangkan ke Jakarta untuk mendampingi para mahasiswa yang menjadi korban. Selain itu pihak kampus juga mengerahkankan para dosen yang sedang menempuh studi S3 di Jakarta. “Sudah standby di sana (dampingi mahasiswa),” ujar Rahmawati.

Hingga saat ini pihak kampus masih mendata jumlah persis korban di BEI. Ade mengatakan pihak BEI sudah menyatakan tanggung jawab atas insiden yang terjadi. Salah satunya dengan menanggung biaya perawatan para korban hingga sembuh. “ BEI sudah konfirmasi. Yang jelas BEI sangat bertanggung jawab,” katanya.

Ade mengaku banyak orang tua mahasiswa yang menghubungi pihak kampus menanyakan kondisi anak mereka. Kebanyakan mereka berasa dari Palembang. Meski civitas akademica Bina Darma banyak menjadi korban, namun Ade mengaku belum memastikan apakah pihak kampus akan menempuh jalur hukum. “Kami belum ke situ, yang penting kenyaman (korban),” ujarnya.

Data yang dikeluarkan pihak keamanan di lokasi kejadian menyatakan jumlah korban yang terkena dampak robohnya lantai mezanin di lantai I Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta tercatat sebanyak 77 orang. Para korban tersebut dilarikan ke lima rumah sakit berbeda. Sebanyak 17 korban dilarikan ke Rumah Sakit Mintoharjo, 20 korban ke Rumah Sakit Jakarta, 32 korban ke Rumah Sakit Siloam, 7 korban ke RSPP, dan 1 orang ke RSUD Tarakan.

Kebanyakan korban mengalami patah tulang akibat tertimpa reruntuhan bangunan dan terjatuh saat insiden terjadi sekitar pukul 12.10 WIB. Kepala Pengembangan Bisnis RS Siloam Triana Tambunan memperkirakan para korban itu terdiri dari karyawan BEI dan mahasiswa.

"Kondisi korban saat ini dugaan patah tulang ada tiga orang, satu orang patah tulang dan yang lainnya masih dievaluasi," kata Triana di Rumah Sakit Siloam Semanggi, Jakarta, Senin (15/1/2018), seperti dikutip Antara.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto, mengumumkan para korban itu mengalami luka, trauma benda tumpul, dan patah tulang.

Baca juga artikel terkait BEI atau tulisan lainnya dari Jay Akbar

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Jay Akbar
Penulis: Jay Akbar
Editor: Jay Akbar