Menuju konten utama

Aksi Demian di America's Got Talent dan Risiko Escape Artist

Selain kreatif, seorang escape artist harus selalu memainkan nyawanya di ujung tanduk. Sayangnya, respons terhadap keberanian dan kreativitas itu tak selalu bernada positif.

Aksi Demian di America's Got Talent dan Risiko Escape Artist
Demian Aditya America's Got Talent 2017. FOTO/youtube.com

tirto.id - Demian Aditya memperkenalkan diri sebagai Escape Artist di depan Simon Cowell, Heidi Klum, Mel B, dan Howie Mandel. Istilah itu biasa digunakan untuk para pesulap yang biasa melakukan trik meloloskan diri dari kekangan atau bahkan kematian. Trik yang dipertontonkan Demian di depan panel juri America’s Got Talent (AGT) membuat para penonton terperangah keheranan.

Ia berbaring dengan leher, pinggang, dan kakinya dikekang di dalam sebuah peti kaca yang bisa disaksikan penonton dari luar. Sebelumnya, kedua tangannya ia borgol sendiri terlebih dulu. Di atas Demian, sebuah kotak penuh pasir terpasang. Pasir itu terus jatuh sedikit demi sedikit sebelum akhirnya akan menimpa Demian, jika ia tak berhasil melepaskan diri dalam waktu dua menit. Nyawanya dipertaruhkan dalam aksi itu.

Risikonya lumayan tinggi: kalau tak mati tertimpa pasir seberat 900 pound atau sekitar 409 kilogram, partikel-partikel pasir yang kecil dan tajam itu bisa saja masuk ke saluran pernapasannya dan jadi penyakit di dalam paru-paru. Namun, kalau tak mengambil risiko sebesar itu, penampilan Demian mungkin tak berhasil mencuri perhatian para juri.

Dalam video empat menitan yang merekam aksi itu, kegelisahan penonton tergambar jelas selama Demian melakukan aksinya. Sara Wijayanto, sang istri bahkan sesekali berteriak dari sisi panggung bersama Tyra Banks, sang pembawa acara. Tampang tegang para juri juga jadi hiburan bagi penonton di rumah.

Situasi makin tegang ketika kelihatannya gembok di bagian leher Demian tersangkut dan tak mau lepas, sampai akhirnya pasir jatuh menimpanya. Howie Mandel sempat berdiri dan bertanya apakah kejadian itu termasuk kesalahan teknis. Yang lain juga tegang di tempatnya, berpikiran hal sama: “apakah pasir yang jatuh menimpanya adalah bagian pertunjukan Demian?”

Di saat yang sama dua orang asistennya—memakai pakaian serba hitam, dari topi hingga sepatu—naik ke atas panggung dengan gelagat panik. Satu di antaranya berjalan ke belakang kotak, mengambil palu dan memecahkan kaca di tumpukan pasir itu. Asisten yang memecahkan kaca itu lalu berbalik menghadap penonton, melempar palu ke lantai, dan melepas topinya. Ternyata dia adalah Demian.

Para juri masih ternganga, sementara riuh sorakan penonton membahana di penjuru studio. Video yang dirilis 30 Mei kemarin itu viral dan telah ditonton hingga lebih dari 15 juta kali. Di YouTube Indonesia, ia menempati trending pertama selama beberapa hari terakhir. Media Indonesia juga ramai-ramai mengapresiasi aksi internasional Demian.

Namun sayang, tak semua buah yang jatuh dari pohon yang sama terasa manis. Reaksi terhadap aksi Demian juga tak semuanya bernada positif. Di kolom komentarnya yang menembus angka 46 ribu, sebagian orang Indonesia menganggap perayaan aksi Demian terlalu berlebihan, aksinya biasa saja, bahkan ada yang menjabarkan rahasia trik tersebut. Yang lebih parah, ada komentar sinis tentang kekhawatiran Sara yang dianggap hanya sandiwara belaka.

Desta, pembawa acara Tonight Show tak segan-segan langsung melempar pertanyaan itu ke Sara ketika bertamu ke acaranya. “Tapi itu berarti lo akting dong kan, Sara? Cemas beneran?”

Sara dengan tenang menjelaskan mengapa ia begitu cemas atas aksi suaminya. Ia, sebagai orang terdekat Demian, tahu berapa kali latihan yang harus dilakukan sang Escape Artist untuk bisa mulus menjalankan aksi tersebut. Ia juga tahu berapa kali kegagalan yang sudah dihadapi Demian dalam persiapannya. Di sejumlah gelar wicara lain, Sara juga menjelaskan tentang risiko yang dihadapi suaminya. Termasuk risiko kematian yang kurang dihargai para haters.

Argumen Sara benar. Di Indonesia, profesi Escape Artist memang bukan sesuatu yang populer. Nama mereka yang dikenal luas lewat profesi ini juga tak sebanyak pekerja lain di dunia hiburan.

Deddy Corbuizer, seorang pembawa acara yang dikenal karena kiprahnya di dunia sulap Indonesia juga punya komentar serupa. “You know what, salah satu alasan saya berhenti main sulap itu because of that (nyinyiran dan cemoohan negatif tentang trik-trik pesulap),” kata Deddy. “Because, there is no hope for Indonesian magician (Karena, tak ada harapan untuk pesulap Indonesia).” Ia juga menyayangkan komentar-komentar negatif yang muncul atas aksi Demian di AGT.

Padahal seorang pesulap dituntut harus kreatif dan cermat dalam setiap pertunjukan. Bahkan seorang Escape Artist tak jarang harus memainkan aksi yang bisa mengancam nyawanya. Salah satu yang paling terkenal dan belum tergantikan hingga kini adalah Harry Houdini. Bahkan menurut Edwin Dawes, sejarawan khusus dunia sulap, dalam bukunya The Great Illusionist, Houdini adalah figur yang mendalangi tenarnya eskapologi (sebutan untuk trik sulap meloloskan diri), sebagai salah satu cabang sulap.

Namun, saat Houdini mendedikasikan kariernya mengeksplorasi berbagai jenis trik sulap meloloskan diri sejak 1891 hingga 1926, saat itu istilah escapologist atau eskapologi belum dikenal. Ia baru mulai digunakan lebih luas ketika pesulap Australia Norman Murray menggunakan nama panggung Murray si Escapologist pada 1930.

Infografik Lolos Dari Laut

Pertunjukan paling sederhana dari eskapologi adalah melepaskan diri dari jeratan jaket kekang, pakaian yang biasanya digunakan dunia medis zaman dulu untuk mengikat pasien gangguan jiwa. Oleh Houdini, teknik meloloskan diri ini terus dikembangkan. Agar pertunjukannya lebih mencekam dan menarik perhatian, Houdini kemudian mulai mempertaruhkan nyawanya dalam setiap aksi. Ia pernah mengubur dirinya di bawah tanah hidup-hidup, menenggelamkan dirinya di Sungai New York saat terborgol dalam peti, meloloskan diri dari gentong berisi air, dan melepaskan diri dari gantungan besi saat tubuhnya digantung terbalik dan dibenamkan ke dalam air.

Aksi-aksi Houdini ini yang kemudian dipelajari dan dijadikan contoh para Escape Artist generasi berikutnya. Saking berpengaruhnya Houdini di dunia eskapologi, terkadang profesi ini disebut Houdinis.

Meski Houdini selalu berhasil melakukan trik-triknya, bukan berarti risiko pekerjaannya tidak nyata. Perlu kreativitas tingkat tinggi, latihan berkali-kali, dan kecermatan yang teliti dalam setiap aksinya. Terbukti, tak semua Escape Artist bisa selamat dari aksi-aksi berbahaya mereka.

Misalnya, Charles Rowen pada 1930. Ia mengikat dirinya dengan jaket kekang dalam sebuah mobil yang akan ditabrak mobil lainnya. Rowen terlalu lama meloloskan diri,dan akhirnya ditabrak. Pada November 1820, Madame Delinsky, seorang Escape Artist tewas saat melakukan aksi “Tangkap Peluru”. Ia tertembak di bagian abdomen. Satu dari 6 peraga yang disuruhnya menembak memakai peluru asli. Serupa dengan Chung Ling Soo, yang meninggal dalam aksi “Tangkap Peluru” pada 1918.

Janaka Basnayake Joseph Burrus tewas saat melakukan aksi “Dikubur Hidup-Hidup”. Sementara Royden Joseph Gilbert Raison de la Genesta, meninggal tenggelam saat melakukan aksi pelolosan diri dari dalam gentong susu berisi air. Nama lain yang juga tenggelam, adalah Jeff Rayburn Hooper saat melakukan aksi “Melepaskan Diri dari Belenggu” di kedalaman 1,6 meter Danau Winona.

Demian atau pesulap lainnya bisa saja masuk deretan nama itu, jika tak tangkas memainkan aksi mereka. Meski trik-trik mereka serupa dan cenderung berulang-ulang, setiap Escape Artist biasanya selalu memberikan sentuhan baru dalam aksinya. Sekecil apa pun itu, penonton harusnya cukup menikmati saja. Bukankah bagian paling asyik dari menonton pertunjukan sulap adalah komitmen untuk tidak mengetahuinya, dan menikmati dari ketidaktahuan itu?

Baca juga artikel terkait HIBURAN atau tulisan lainnya dari Aulia Adam

tirto.id - Humaniora
Reporter: Aulia Adam
Penulis: Aulia Adam
Editor: Suhendra