tirto.id - Luis Suarez berangkat ke Piala Dunia 2018 dengan kebencian yang belum tuntas dari berbagai pihak. Di dua edisi Piala Dunia sebelumnya, pemain asal Barcelona itu selalu menciptakan kontroversi.
Pada perempat final Piala Dunia 2010, Suarez mendapat label "pemain licik" usai menggagalkan gol menit akhir Timnas Ghana dengan tangannya. Di depan garis gawang, ia menepis bola hasil tandukan pemain lawan yang benar-benar nyaris berujung gol. Pada akhirnya, wasit memberikan kartu merah untuk Suarez. Namun hukuman tersebut hingga kini dianggap tak setimpal, karena apa yang dilakukan Suarez berujung gagalnya langkah Ghana menuju semifinal.
Kontroversinya tak berhenti di situ. Empat tahun kemudian, Suarez menjadi satu dari sedikit tokoh antagonis pada Piala Dunia di Brasil. Aksinya menggigit bek Timnas Italia, Giorgio Chiellini di laga babak penyisihan mendapat kecaman keras dari publik. Suarez lantas divonis tak boleh tampil di kompetisi profesional selama empat bulan.
Kini empat tahun lagi-lagi berlalu. Mengingat usia yang sudah menyentuh angka 31, Piala Dunia di Rusia bisa jadi merupakan yang terakhir bagi Suarez. Banyak pihak, khususnya para suporter Timnas Uruguay berharap Suarez tak lagi melakukan aksi kontroversial yang dapat merugikan pihak La Celeste di Rusia.
Suarez yang Lebih Matang
Hal serupa dituturkan oleh rekan setim Suarez di Timnas Uruguay, Diego Godin. Pemain asal Atletico Madrid itu berharap Suarez tak mendapat hukuman yang dapat merugikan langkah Timnas Uruguay untuk melangkah sejauh mungkin.
Walau demikian, Godin tak sepenuhnya beranggapan apa yang dilakukan Suarez pada dua Piala Dunia sebelumnya sebagai aksi curang. Pemain yang beroperasi sebagai bek itu justru mengatakan kematangan Suarez banyak dibentuk oleh berbagai sikap fenomenalnya di atas lapangan.
"Luis mendapati posisinya sekarang karena berbagai sikapnya. Anda melihat dia pernah marah, berjuang, protes, bersaing. Jika tidak seperti itu, dia tak akan menjadi pemain hebat sebagaimana saat ini," tutur Godin seperti dikutip The Guardian.
Hal serupa dikatakan oleh pelatih Uruguay, Oscar Tabarez. Ia lantas beranggapan apa yang terjadi di Brasil dan Afrika Selatan merupakan pelajaran yang membuat Suarez menjadi jauh lebih dewasa.
"Tak perlu diragukan, Luis Suarez telah lebih dewasa. Apa yang terjadi di Brasil adalah bagian dari kisah nyata, dan tentunya merupakan pelajaran untuk menjadi lebih dewasa, bukan hanya sebagai pemain bola tetapi juga dalam aspek kehidupan lain, keluarga misalnya," ungkap Tabarez sebagaimana dikutip SkySports.
Suarez sendiri memiliki rapor cukup baik musim ini. Di Liga Spanyol, ia mengemas 25 gol dan 12 assist untuk Barcelona. Sementara dalam partisipasinya di dua Piala Dunia, eks pemain Liverpool itu telah menorehkan lima gol.
"Dia punya pola pikir yang tepat untuk Piala Dunia kali ini dan telah memenuhi seluruh ekspektasi saya. Dalam hal menjadi pemain hebat, dia sangat pintar, sangat cerdas dan kami akan benar-benar mengandalkannya," pungkas sang pelatih.
Timnas Uruguay tergabung di Grup B Piala Dunia 2018 bersama Mesir, Maroko, dan Iran. Pada laga pembuka di Ekaterinburg Arena, Jumat (15/6/2018) hari ini, Luis Suarez dan kawan-kawan bakal lebih dulu menantang Timnas Mesir.
Editor: Herdanang Ahmad Fauzan