Menuju konten utama

Air Minum Jakarta Mengalir dari Selatan

Air minum dalam kemasan (AMDK) dari Bogor diangkut truk-truk besar yang dianggap sebagai biang kerok kerusakan jalan dan kemacetan di Jalan Raya Sukabumi. Hanya 5 persen AMDK untuk warga Jakarta diangkut kereta api dari Cicurug.

Air Minum Jakarta Mengalir dari Selatan
ilustrasi distribusi air dalam kemasan. ANTARA FOTO

tirto.id - Jakarta butuh air untuk membasahi tenggorokan warganya yang tidak lagi minum dari air sumur. Tak ada waktu merebus air, serta ancaman tidak sehatnya air di Jakarta, membuat orang-orang Jakarta berpaling ke AMDK. Dari sekian kabupaten yang mengepung Jakarta, hanya Bogor yang bisa diandalkan airnya untuk diminum.

Setiap harinya, tak hanya ribuan orang-orang dari Bogor yang harus ke Jakarta untuk membanting-tulang, tetapi juga galon-galon air yang dibawa melalui Jalan Raya Sukabumi yang melintasi Kabupaten Bogor. Gunung Gede dan Gunung Salak menjadi sumber air minum yang terus mengalir ke Jakarta. Berbagai merek AMDK yang beredar di Jakarta berasal dari Kabupaten Bogor. AMDK dari berbagai merek, mulai dari yang tak begitu dikenal hingga yang sohor macam Aqua.

Truk-truk Rusak Jalan

“Megatron lewat,” kata Andrea yang bekerja di sekitar Jalan Raya Sukabumi, menggambarkan iringan truk-truk pengangkut galon air yang mirip iringan robot dalam film Transformer. Kawan-kawan Andrea yang tak kalah sering melihat banyaknya truk Aqua berlalu-lalang pun mengiyakan. Truk-truk itu memang selalu melintas. Masyarakat yang tinggal di sepanjang Jalan Raya Sukabumi sudah terbiasa dengan truk-truk itu.

Jika sedang kosong, truk-truk tersebut bisa melaju layaknya “Monster”, sebutan untuk angkot yang biasa melaju kencang di jalanan tersebut. Tapi jika muatannya penuh dan hendak menuju Jakarta, truk-truk tak bisa kencang lagi. Truk-truk itu ada yang mengangkut air dalam sebuah tangki besar atau dalam kemasan galon-galon.

Banyaknya truk-truk yang melintas dengan muatan penuh air, membuat jalan cepat berlubang. Tak jarang air dari truk tangki 40 ton menumpahkan airnya di tanjakan atau turunan. Ketika truk berhenti mendadak, air yang terkocok di dalam muntah keluar tangki. Air yang tumpah di jalan itu membuat jalan licin dan mempercepat rusaknya jalan.

Beberapa tahun silam, kerusakan jalan aspal itu telah menciptakan kemacetan parah di Jalan Raya Sukabumi. Ada masa penuh derita bagi para pemakai jalan yang melintasi jalan itu karena macet akibat perbaikan dari Caringin ke Ciawi, yang berjarak sekitar 13 km, harus ditempuh 1,5 jam.

Suwarno, salah seorang warga di sekitar jalan tersebut, yang juga pernah menjadi supir truk pengangkut air dengan jalur sekitar Caringin hingga Jakarta, pernah merasakan derita melintasi jalan tersebut ketika menyetir truk membawa muatan penuh air. “Capek pak, bisa berjam-jam,” ujarnya. Pagi jalan, sampai Ciawi bisa sore. “Kalau sudah sampai tol sih gak lama sampai Jakartanya,” lanjutnya.

Warga sekitar Jalan Raya Sukabumi juga sudah terbiasa dengan cerita soal truk-truk besar yang mengalami kecelakaan di sekitar tempat itu. Terlalu lama di jalan memang membuat supir lelah dan hilang kendali. Pernah ada truk masuk jurang atau merusak rumah warga karena sopir kehilangan kendali. Sebuah truk dengan rem blong, bahkan pernah menyebabkan kecelakaan beruntun yang memakan korban.

Secara bertahap, sebagian jalan itu kini dibeton agar kuat menumpu banyak beban dari truk besar bermuatan air untuk menuju jalan tol ke Jakarta. Makin hari, nampaknya truk-truk itu tak lagi jadi sumber kemacetan di Jalan Raya Sukabumi. Bukan hanya karena jalannya sudah dibeton, melainkan juga karena bakal adanya jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi).

Infografik AMDK 2

Kereta Malam Aqua

Pasokan AMDK ke Jakarta, tak melulu memakai truk. Selain melayani para penumpang, kereta api juga melayani barang. Termasuk juga air kemasan. Aqua, sebagai pemain besar dalam industri AMDK, bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dalam pengangkutan air kemasan dari sekitar Bogor ke Jakarta.

Kereta api ini berangkat membawa air dari Stasiun Cicurug yang masuk Kabupaten Sukabumi dan berbatasan langsung dengan Bogor. Biasanya kereta berangkat setelah jalur tak lagi dilewati kereta api berpenumpang dari Sukabumi, maupun kereta commuter line. Biasanya selepas pukul delapan malam, atau ketika banyak penduduk sudah tidur terlelap.

Semula, rangkaian kereta ini hanya terdiri dari 8 gerbong berisi galon-galon air dan bakal ditingkatkan menjadi 16 gerbong. Ada dua kali pemberangkatan muatan air kemasan Aqua ke Jakarta setiap malamnya. Pemberangkatan satu rangkaian kereta api dengan 8 gerbong bermuatan galon air, setidaknya setara dengan 12 truk trailer.

Namun, jumlah yang diangkut kereta ini hanya 5 persen dari total air yang harus dikirim ke Jakarta. Air yang dipasok pemain raksasa AMDK ini ke Jakarta sekitar 7,9 juta liter atau sekitar 420 ribu galon tiap harinya. Belum termasuk air yang dibawa pemain AMDK lainnya.

"Perjalanan kereta itu memakan waktu 5 jam, lebih cepat 2,5 jam hingga 3 jam dari menggunakan truk," ujar Direktur Komunikasi PT Tirta Investama Troy Pantouw seperti dilansir Kompas dan juga bumn.go.id (19/08/2014).

Baginya, angkutan kereta ini bisa mengurangi emisi. Pada Juni 2014, Aqua mengklaim penggunaan kereta api telh mengurangi 68 ton CO2. Tak hanya emisi, kereta api juga ikut mengurangi pungli yang harus keluar ketika truk-truk bermuatan air melintasi daerah-daerah di luar tol ketika truk tak bisa melaju kencang.

Baca juga artikel terkait AMDK atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Bisnis
Reporter: Petrik Matanasi
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti