tirto.id - Perselingkuhan yang dilakukan oleh individu tidak hanya berdampak pada pasangannya, tetapi juga keluarga termasuk anak. Banyak ahli sepakat bahwa ada dampak orang tua selingkuh bagi psikologis anak.
Perselingkuhan merupakan tindakan pengkhianatan sebagai bentuk pelanggaran komitmen dan ketidaksetiaan terhadap pasangan. Dikutip dari Very Well Mind, seseorang dikatakan selingkuh karena melakukan berbagai alasan.
Ini termasuk meminta, menerima, dan memberikan afeksi, mengembangkan kedekatan intim, hingga berhubungan seks dengan orang lain selain pasangan. Perselingkuhan dapat menyebabkan hubungan suami istri mengalami goncangan, retak, bahkan hancur.
Kondisi tersebut tentu tidak hanya memengaruhi hubungan suami istri satu sama lain, tetapi juga keluarga yang dibangun oleh keduanya.
Belakangan ini isu perselingkuhan sedang ramai dibicarakan di media sosial. Hal ini menyusul terkuaknya kasus perselingkuhan yang melibatkan nama penyanyi terkenal, Virgoun.
Banyak warganet yang menyayangkan tindakan Virgoun yang berselingkuh padahal telah memiliki tiga orang anak. Hal ini membuat sebagian orang khawatir dengan kondisi psikologis anak-anak Virgoun yang harus menerima fakta perselingkuhan sang ayah.
Dampak Orang Tua Selingkuh Bagi Psikologis Anak
Ketika ibu atau ayah berselingkuh, anak-anak berisiko mengalami efek psikologis yang tidak terduga. Dikutip dari Bonobology, hal ini karena anak-anak cenderung melihat kedua orang tuanya sebagai pasangan yang bahagia.
Namun, ketika mereka melihat fakta bahwa ada pengkhianatan atau hal-hal buruk terjadi pada kedua orang tuanya, maka dapat melukai anak secara emosional.
Bahkan, dalam jangka panjang anak-anak dapat mengembangkan masalah psikologis yang memengaruhi jalan hidupnya di masa depan. Lalu, apa saja dampak orang tua selingkuh bagi psikologis anak?
1. Anak mengembangkan masalah kepercayaan
Masalah kepercayaan atau trust issue adalah kondisi psikologis yang umum dilaporkan pada anak-anak korban perselingkuhan orang tuanya.
Psikoterapis yang berbasis di New Delhi, Gaurav Deka mengungkapkan bahwa kondisi kepercayaan anak sangat dipengaruhi oleh perselingkuhan orang dewasa.
Menurutnya anak tidak hanya sulit percaya pada orang tuanya, tetapi juga orang lain yang mencoba memberikan afeksi terhadapnya.
"Mereka tumbuh dewasa dengan tidak dapat mempercayai orang lain dan menjadi 'anxious avoiders', yaitu mereka mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan" ungkapnya seperti yang dikutip dari Bonobology.
2. Anak mengalami dinamika keluarga yang baik
Anak dari orang tua yang berselingkuh berisiko mengalami dinamika dan kebingungan terkait standar keluarga yang ideal. Pada awalnya, mereka mungkin mempercayai bahwa keluarga adalah tempat aman, penuh cinta, dan kasih.
Namun, setelah menemukan fakta bahwa orang tuanya berselingkuh gambaran soal keluarga yang baik pada anak bisa hancur. Perselingkuhan menyebabkan nilai-nilai keluarga yang dijunjung tinggi oleh anak-anak rusak seketika.
Akibatnya anak-anak bingung membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Mereka cenderung mengalami perubahan ekstrem dan menganggap bahwa nilai-nilai yang ia percayai seperti kejujuran, rasa hormat, setia, cinta, dan dukungan adalah sesuatu yang sia-sia.
3. Anak belajar tentang hal yang tidak boleh dilakukan
Di tengah dampak psikologis yang negatif, nyatanya anak-anak dapat belajar sesuatu yang baik dari perselingkuhan. Masih dikutip dari Bonobology, anak-anak yang menjadi korban perselingkuhan akan belajar tentang hal yang tidak boleh dilakukan.
Nyatanya, anak-anak sangat menderita akibat perselingkuhan yang dilakukan oleh orang tua. Di masa depan, mereka sebisa mungkin akan mencegah hal itu kembali terjadi.
Oleh karena itu, beberapa anak yang tumbuh dari orang tua yang berselingkuh bertekad untuk tetap setia pada pasangannya untuk menghindari kesalahan yang sama.
4. Anak kesulitan membentuk hubungan emosional
Anak korban perselingkuhan juga berisiko kesulitan membentuk hubungan emosional dengan orang lain. Menurut psikolog klinis, terapis, sekaligus pakar trauma Prachi Vaish hal ini terjadi karena anak-anak kecewa dengan hubungan kedua orang tuanya.
"Mereka mungkin tumbuh menjadi posesif yang tidak rasional atau sinis dalam hal cinta. Institusi seperti pernikahan kehilangan validitas di mata anak ketika orang tua selingkuh," kata Vaish seperti yang dikutip dari Emotional Wellness Initiatives.
5. Anak mengembangkan perilaku serupa saat dewasa
Efek psikologis lain yang mungkin terjadi pada anak dari orang tua berselingkuh adalah mengembangkan perilaku serupa. Anak-anak adalah peniru terbaik. Segala hal, baik maupun buruk secara tidak langsung tertanam di benak mereka secara sadar maupun tidak sadar.
Menurut pakar mediator pernikahan dan keluarga, Dori Shwirtz, latar belakang keluarga berpengaruh dalam kecenderungan anak terlibat perselingkuhan.
"Studi menunjukkan bahwa anak-anak dari rumah tangga yang curang dua kali lebih mungkin untuk tidak setia," katanya seperti yang dikutip dari Romper.
6. Anak mengalami depresi
Perselingkuhan orang tua bisa berdampak besar pada kehidupan pasangan dan keluarganya. Mereka juga berisiko terlibat perceraian, masalah ekonomi dan pendidikan, pertengkaran, pengabaian, hingga kekerasan rumah tangga yang dilakukan orang tuanya.
Anak-anak yang tumbuh dalam kondisi semacam ini cenderung membawa beban emosional yang besar. Mereka tentu akan mempertanyakan mengapa keluarganya tidak ideal seperti yang sebelumnya diajarkan di sekolah atau di lingkungan sepermainan.
Namun, tidak semua anak mempunyai cara untuk mengatasi beban emosionalnya itu. Menurut terapis seksual berlisensi, Tatyana Dyachenko, banyak anak-anak yang kesulitan mendefinisikan perasaannya sehingga mengalami gangguan emosional seperti depresi.
"Anak mungkin menjadi kurang termotivasi dan tertekan, berprestasi buruk di sekolah, atau menyerah pada intimidasi sebagai cara untuk mengekspresikan kemarahan dan kebencian batin mereka," katanya.
Editor: Yantina Debora