tirto.id - Selama bulan Ramadhan, banyak kajian yang digelar di berbagai masjid atau mushala di Indonesia. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan yang positif dan amal kebaikan lainnya, termasuk ceramah kuliah subuh Ramadhan. Ada beberapa referensi ceramah kuliah subuh yang berhubungan dengan tema Ramadhan yang singkat.
Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu oleh umat Islam. Pasalanya, pada bulan tersebut umat Islam berlomba-lomba melakukan amal kebaikan. Allah Swt. menjanjikan akan melipatgandakan pahala bagi hamba yang berbuat kebaikan di bulan Ramadhan.
Selama bulan Ramadhan, beberapa mushala dan masjid menggelar kajian tematik untuk memperdalam pemahaman agama Islam dan menghidupkan bulan Ramadhan.
Contoh Kuliah Subuh Singkat Tema Ramadhan
Kuliah Subuh merupakan ceramah singkat yang digelar sehabis shalat subuh. Kuliah subuh biasanya berlangsung dalam durasi yang singkat, sekitar 15 sampai 30 menit dengan tema-tema yang ringan dan menarik.
Di bulan Ramadhan, kuliah subuh bisanya berkaitan dengan tema bulan Ramadhan seperti amalan-amalan, hikmah puasa, keutamaan tarawih dan tema lainnya. Ceramah tersebut digelar di masjid, mushala, surau atau disiarkan melalui media sosail dan televisi.
Namun, pelaksanaan kuliah subuh di berbagai tempat biasanya tidak selalu sama. Ada beberapa mushala yang menggelar kuliah subuh dengan membahas sebuah kitab tertentu yang disampaikan oleh ustadz yang menguasi pemahaman kitab tersebut.
Beberapa masjid juga telah menerapkan metode kulaih subuh dengan tanya jawab antara jamaah dan pemateri. Hal ini menjadi menarik karena tema kuliah subuh semakin dekat dengan masyarakat. Kemudian, jadwal kuliah subuh tiap masjid juga berbeda-beda. biasanya kuliah subuh digelar pada hari-hari tertentu saja.
Di bawah ini merupakan contoh ceramah kuliah subuh yang dapat menjadi referensi masyarakat untuk mengisi kuliah subuh di tempat masing-masing. penceramah hanya perlu menambahkan bagian pembuka yang disesuaikan dengan jamaah masing-masing.
1. Keutamaan Bulan Ramadhan
Terdapat beberapa keuatamaan pada bulan Ramadhan. Pertama, Bulan diturunkannya Al Quran Allah Ta’ala berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…” (Al Baqarah, 2: 185)
Kedua, Terdapat Lailatul Qadar (malam kemuliaan) Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ﴿1﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿2﴾ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْر
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan, dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (Al Qadr, 97: 1-3)
Ketiga, dibuka pintu surga, dibuka pinta rahmat, ditutup pintu neraka, dan syetan dibelenggu. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَاجائء رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النار ، وَصفدتِ الشَّيَاطِينُ
“Jika datang Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan syetan dibelenggu.” (HR. Muslim No. 1079).
2. Ibadah Puasa: Barometer Keimanan
Seruan perintah berpuasa ditujukan kepada orang-orang yang beriman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa…” (QS. 2: 183)
Orang-orang yang memiliki iman pasti akan menyambut seruan ini, sedangkan orang yang tidak memiliki iman pasti akan mengabaikannya. Ibadah puasa bukti komitmen keislaman:
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْت رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم يَقُولُ: " بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ الْبَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ".
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam dibangun di atas lima (pilar): Bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji, dan puasa Ramadhan”. (HR. Al-Bukhari)
Salah satu pilar tegaknya keislaman seseorang adalah dengan berpuasa. Tidak dianggap sebagai seorang muslim yang sebenarnya jika tidak melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.
3. Ramadhan: Syahrul Ibadah
Kita tekah mengetahui bahwa tujuan dari ibadah puasa adalah meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa…” (QS. Al-baqarah, 2: 183)
Selain amalan-amalan sunnah yang telah disebutkan sebelumnya, di bulan Ramadhan ini hendaknya kita lebih meningkatkan amaliyah dengan melaksanakan ibadahibadah berikut:
Shalat berjama’ah di masjid
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Seorang buta mendatangi Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki orang yang menuntunku ke masjid.” Lalu ia memohon kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar diberi keringanan sehingga boleh shalat di rumah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberikan keringanan. Ketika orang buta tersebut pergi, beliau memanggil orang itu lagi dan bertanya, “Apakah kamu mendengar adzan ?” Ia menjawab, “Ya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Penuhilah panggilan (adzan) tersebut!” (HR Muslim)
Bertholabul ‘ilmi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah nomor 224 dengan sanad shahih).
Memperbanyak dzikir
Pada bulan Ramadhan umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak dzikir, sebagaiman ayat Al Quran Surah Al-A’raf:
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf, 7: 205) .
4. Berpuasa Lahir dan Batin
Ibadah puasa yang dikehendaki Islam adalah puasa lahir dan batin. Puasa lahir dilakukan dengan menahan diri dari makan, minum, dan jima’ di siang hari. Sedangkan puasa batin dilakukan dengan menahan diri dari hal-hal yang merusak pahala puasa.
Jika yang dilakukan hanya berpuasa lahir, kita khawatir akan menjadi orang yang merugi. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش
“Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar saja.” (HR. Ahmad No. 9685, Ibnu Majah No. 1690, Ad Darimi No. 2720)
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَ العَمَلَ بِهِ وَ الجَهْلِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِي أَن يَدَعَ طَعامَه وشرابَه
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, mengamalkannya dan bersikap bodoh, maka Allah tidak butuh terhadap sikapnya meninggalkan makan dan minumnya (puasanya)” (HR. Bukhari dan Abu Daud; lafazh hadits ini milik Abu Daud)
Maka, di bulan Ramadhan, kaum muslimin juga harus berupaya menggembleng dirinya untuk memerangi dan menundukkan jiwanya agar taat kepada Allah.
5. Menjaga Ketakwaan dengan Mujahadah
Mujahadah, yakni kesungguhan dalam melawan hawa nafsu dalam rangka ketaatan kepada-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Mujahid adalah orang yang melawan dirinya dalam rangka menta’ati Allah, dan Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang Allah larang.” (HR. Ahmad).
Mujahadah (kesungguhan) ini tumbuh dari kedaran akan mu’ahadah (ikatan janji). Manusia bertakwa yang sadar terhadap ikatan janjinya, akan berusaha untuk melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi laranganNya dengan sungguh-sungguh.
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa jihadun nafs itu ada empat tingkatan:
Mujahadatu an-nafs dalam ta’limul huda wa dinil haq (mengenal/memahami petunjuk dan agama yang benar).
Mujahadatu an-nafs dalam al-‘amalu bihi, mengamalkan petunjuk dan agama yang benar itu setelah mengilmuinya.
Mujahadatu an-nafs dalam ad-da’wah ilal haq (dakwah kepada kebenaran).
Mujahadatu an-nafs dalam as-shabru (kesabaran) menghadapi kesulitan dakwah ila-Lllah dan kejahatan manusia, serta menjalani itu semua karena Allah.
Editor: Sarah Rahma Agustin & Fitra Firdaus