Menuju konten utama

40 Ribu Anak Rohingya Tak Dapat Pendampingan di Pengungsian

Kurang lebih 40 ribu anak yang berada di Bangladesh hidup tanpa adanya pendampingan dan merupakan krisis terbesar selama beberapa dekade terakhir.

40 Ribu Anak Rohingya Tak Dapat Pendampingan di Pengungsian
Pengungsi Rohingya yang datang dari Myanmar menjemput anak-anak mereka dan barang-barang mereka menuju pusat bantuan di Teknaf, dekat Cox's Bazar di Bangladesh, Selasa (3/10). ANTARA FOTO/REUTERS/Damir Sagolj

tirto.id - Komisaris Uni Eropa Christos Stylianides mengungkapkan bahwa setelah melarikan diri dari Myanmar, lebih dari 40 ribu anak Rohingya yang berada di kamp pengungsian Bangladesh tidak mendapatkan pendampingan.

Menurut Komisaris Uni Eropa untuk Bantuan Kemanusiaan dan Manajemen Krisis, saat ini telah terjadi krisis pengungsi yang terbesar selama beberapa dekade terakhir setelah pengungsi Rohingya memasuki Bangladesh dari negara bagian Rakhine Myanmar sejak Agustus lalu yang jumlahnya mencapai lebih dari 600 ribu orang.

"Saya sangat terkejut dengan begitu banyaknya pengungsi saat mengunjungi kamp. Banjir pengungsi terjadi dalam waktu yang sangat singkat," katanya, Kamis (2/11/2017).

Hingga kini, lanjutnya, lebih dari 40 ribu anak yang berasal dari Rohingya menempati pengungsian tanpa ada yang mendampingi.

"Saya pikir, angka ini sendiri dapat menunjukkan besarnya skala masalah," tambahnya, seperti diberitakan Antara.

Beberapa badan bantuan menyatakan kekhawatirannya atas krisis kemanusiaan yang terjadi di kamp pengungsian, sebab saat ini mereka menghadapi kelangkaan tempat tinggal, air, layanan kesehatan serta sanitasi.

"Krisis pengungsi di Cox’s Bazar ini adalah yang terbesar dalam beberapa dekade dan itu memerlukan respon kemanusiaan yang komprehensif dan terkoordinasi," imbuhnya.

"Jumlah orang, kebutuhan mereka, trauma yang mereka alami benar-benar di luar imajinasi. Jumlah anak-anak yang menderita gizi buruk akut juga melampaui batas imajinasi,” tutup Stylianides.

Baca juga artikel terkait KRISIS ROHINGYA atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yandri Daniel Damaledo
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo