Menuju konten utama

4 Jenis Rumah Adat Yogyakarta, Fungsi, dan Keunikannya

Rumah tradisional masyarakat Yogyakarta terdiri dari empat jenis bentuk, yaitu panggangpe, kampung, joglo, dan limasan.

4 Jenis Rumah Adat Yogyakarta, Fungsi, dan Keunikannya
Ilustrasi Rumah Joglo. foto/IStockphoto

tirto.id - Masyarakat asli Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta memiliki empat jenis rumah adat. Jenis-jenis rumah adat masyarakat Yogyakarta adalah panggangpe, kampung, joglo, dan limasan.

Keempat rumah adat tersebut dibedakan dari bentuknya. Berdasarkan bukuArsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta (1998) rumah bentuk-bentuk rumah tersebut umum ditemui di sekitar Kraton. Setiap bentuk rumah adat umumnya ditinggali oleh masyarakat dengan status sosial tertentu.

Jenis rumah adat joglo umumnya ditinggali oleh masyarakat dengan status sosial tinggi atau dari keluarga terpandang. Sementara masyarakat biasa lebih banyak memiliki rumah dalam bentuk kampung, limasan, atau panggangpe.

Rumah adat sendiri merupakan rumah bagi penduduk asli suatu wilayah. Menurut modulKeberagaman di Sekitarku (2017), rumah adat menjadi hasil dari penggunaan peralatan dan teknologi suatu masyarakat.

Mengingat produk teknologi setiap masyarakat berbeda, maka bentuk-bentuk rumah adat yang ada di Indonesia beragam dan unik, termasuk rumah adat Yogyakarta.

Rumah Adat Yogyakarta Panggangpe

Rumah adat panggangpe atau panggang pe merupakan bentuk rumah adat Yogyakarta yang paling sederhana. Wibowo dan kawan-kawan dalam Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan bahwa bangunan panggangpe hanya terdiri dari satu susunan ruangan.

Jika rumah panggangpe didiami oleh beberapa anggota keluarga, maka penghuni bisa menambahkan ruang sesuai dengan kebutuhan.

Rumah panggangpe umumnya berbentuk persegi atau persegi panjang sederhana. Bangunannya didirikan dengan pondasi utama berupa tiang atau saka sebanyak 4 hingga 20, tergantung ukurannya. Panggangpe hanya dilapisi dinding dan atap sederhana untuk menahan hawa lingkungan.

1. Jenis-Jenis Rumah Panggangpe

Menurut bukuBerselancar ke 34 Rumah Adat, Yuk! (2017) ada beberapa jenis rumah adat panggangpe, sebagai berikut:

  • Gedong setangkep
  • Gedong sehrang
  • Trajumas
  • Barongan
  • Cere gancet
  • Empyak setangkep

2. Fungsi Rumah Panggangpe

Rumah panggangpe tidak memiliki pembagian ruang. Oleh karena itu satu ruangan dalam rumah panggangpe digunakan untuk berbagai hal, mulai dari tempat tidur, ruang menerima tamu, tempat beristirahat, dan tempat untuk makan bersama.

Pada panggangpe yang sudah memiliki pembagaian ruang, umumnya terdapat satu ruangan sebagai tempat untuk meletakkan hasil pertanian.

Rumah Adat Yogyakarta Kampung

Rumah kampung adalah versi lebih sempurna dari panggangpe. Rumah adat ini juga didirikan diatas tiang-tiang atau saka berjumlah 4, 6, 8, dan kelipatannya.

Bedanya, rumah kampung umumnya sudah ditambah bagian-bagian lain seperti serambi atau emper. Emper umumnya diletakkan pada satu sisi atau kedua sisi rumah. Selain itu atap rumah kampung juga memiliki bentuk yang lebih kompleks, seperti bertingkat atau landai.

1. Jenis-jenis Rumah Kampung

Jenis-jenis rumah adat kampung, antara lain:

  • Pacul gowang
  • Srotong
  • Ngadepak
  • Klabang nyander

2. Fungsi Rumah Kampung

Bagian dalam rumah kampung umumnya dijadikan tempat tinggal dan beraktivitas penghuninya, termasuk tidur, makan, dan beristirahat. Sementara bagian depan atau emper digunakan untuk menerima tamu atau meletakkan hasil panen.

Rumah Adat Yogyakarta Limasan

Rumah limasan merupakan bentuk rumah adat yang mirip seperti rumah kampung. Bedanya pembagian ruang dalam rumah limasan lebih kompleks, yaitu terdiri dari ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang.

Pada bentuk rumah limasan sudah dikenal dengan istilah senthong atau kamar. Kamar yang terdapat dalam rumah limasan umumnya terdapat pada bagian ruang belakang, berupa senthong kiwa (kamar kiri), senthong tengah (kamar tengah), dan senthong tengen (kamar kanan).

1. Jenis-jenis Rumah Limasan

Rumah limasan dibagi atas beberapa jenis termasuk:

  • Limasan lawakan
  • Gajah ngombe
  • Gajah jerum
  • Klabang nyonder

2. Fungsi Rumah Limasan

Sama seperti rumah kampung, rumah limasan umumnya digunakan sebagai tempat tinggal para penghuninya, yaitu untuk beristirahat, menyimpan hasil panen dan barang-barang, makan bersama, dan tidur.

Bagian belakang digunakan sebagai dapur, sementara bagian depan digunakan untuk menyambut tamu.

Rumah Adat Yogyakarta Joglo

Rumah adat joglo Yogyakarta memiliki arsitektur yang mirip dengan rumah joglo di Jawa Tengah atau Jawa Timur. Tidak heran jika dikatakan bahwa rumah joglo disebut sebagai rumah ideal Jawa.

Rumah joglo memiliki bentuk persegi atau persegi panjang dengan atap bubungan menjulang atau bersusun

Dulunya, rumah joglo kebanyakan dibangun oleh kalangan bangsawan (ningrat) atau orang-orang dengan status sosial tinggi. Dibanding rumah adat panggangpe, kampung, atau limasan, rumah joglo memiliki lebih banyak pembagian ruangan.

Ruangan-ruangan yang terdapat pada rumah joglo Yogyakarta umumnya terdiri dari pendopo, pringgitan, dalem, omah jero, dan senthong.

1. Jenis-jenis Rumah Joglo

Jenis-jenis rumah joglo yang ada di Yogyakarta dibagi menjadi beberapa jenis termasuk:

  • Mangkurat
  • Pangrawit
  • Jampongan
  • Sinom
  • Limasan lawakan

2. Fungsi Rumah Joglo

Fungsi-fungsi ruangan pada rumah joglo Yogyakarta diantaranya:

  • Pendopo difungsikan sebagai ruang pertemuan dan tempat bermusyawarah.
  • Pringgitan difungsikan sebagai ruang tengah dan sering digunakan sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan adat.
  • Dalem difungsikan sebagai ruang belakang yang lebih privat.
  • Omahjero atau ruang dalam difungsikan sebagai ruang keluarga.
  • Senthong kiwa atau kamar kiri bagi umumnya digunakan untuk menyimpan barang-barang dan senjata.
  • Senthong tengah atau kamar tengah digunakan untuk menyimpan benih, bibit, akar-akaran, atau gabah, khususnya bagi golongan petani. Selain itu bisa juga dijadikan ruang untuk berdoa.
  • Senthong tengen atau kamar kanan digunakan sebagai tempat tidur.

Keunikan Rumah Adat Yogyakarta

Sebagian besar atap rumah adat Yogyakarta dibangun dengan menggunakan teknik kuncian. Artinya, sendi-sendi setiap tiang untuk pondasi rumah disatukan tanpa bantuan paku.

Bahan-bahan untuk membangun rumah adat Yogyakarta juga diambil dari alam seperti kayu, papan, dan bambu. Kayu-kayu yang biasa digunakan diantaranya kayu jati, kayu nangka, kayu kelapa, dan kayu mranti.

Namun, pada rumah adat yang dibangun dengan lebih modern, ada juga yang menggunakan bahan-bahan seperti beton, batu bata, dan batu alam.

Rumah adat Yogyakarta, khususnya yang berbentuk limasan atau joglo biasanya dihiasi dengan ukiran-ukiran flora dan fauna. Hiasan-hiasan tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesan indah dan tentram. Selain itu motif ukiran yang dibuat pada rumah adat juga memiliki makna sakral, wingit, atau angker.

Baca juga artikel terkait RUMAH ADAT atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yonada Nancy