Menuju konten utama

Warga Solo Turut Hadiri Reuni Akbar 212 di Monas Hari Ini

"Ada sekitar 168 orang. Pakai 3 bis dan 6 mobil. Cuma saya enggak ikut mereka, saya naik bis umum. Jadi sekarang kepisah," kata seorang warga Solo

Warga Solo Turut Hadiri Reuni Akbar 212 di Monas Hari Ini
Macet Medan Merdeka Timur, Minggu (2/12/2018). tirto.id/M Bernie Kurniawan

tirto.id -

Reuni Akbar 212 yang digelar di Monas, Jakarta Pusat tidak saja dihadiri oleh warga Jakarta dan sekitarnya, namun juga dihadiri warga dari penjuru daerah.

Warga asal Solo, Budi (46 tahun) senang betul bisa menghadiri acara Reuni 212. Pria yang bekerja sebagai buruh bangunan ini bahkan rela meninggalkan pekerjaannya untuk datang ke Jakarta.

"Seharusnya saya kerja Minggu ini, tapi saya pilih tinggalkan dulu untuk ikut acara Reuni 212 ini. Soalnya, momen ini kan enggak setiap hari," katanya kepada Tirto, Minggu (02/12/2018).

Budi mengungkapkan dirinya berangkat dari Solo pada Jumat sore, dan sampai di Jakarta pada Sabtu pagi. Ia lalu bermalam di Monas.

Ia juga mengaku bahwa seluruh biaya perjalanan menggunakan uang sendiri, dan tidak dibantu oleh siapapun. Kedatangan dirinya ke Reuni 212 juga tidak terkait hal-hal berbau politik.

"Spontanitas saja ikut gerakan umat, kalau urusan politik saya enggak pikirin, enggak nyambung dengan otak saya. Tapi kalau soal umat, saya nyambung," tuturnya.

Di tempat yang sama, warga solo yang lain, Abu Haidar (43 tahun) juga terlihat antusias menghadiri Reuni 212. Warga asal Solo ini mengaku datang ke Jakarta bersama teman-temannya yang juga warga Solo.

"Ada sekitar 168 orang. Pakai 3 bis dan 6 mobil. Cuma saya enggak ikut mereka, saya naik bis umum. Jadi sekarang kepisah," ujarnya kepada Tirto.

Abu mengaku kedatangan dirinya di Reuni 212 bukan terkait hal-hal yang berbau politik, namun hanya sekadar sebagai bentuk solidaritas terhadap umat yang menginginkan Indonesia maju.

Baca juga artikel terkait REUNI 212 atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Ringkang Gumiwang
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Yulaika Ramadhani