tirto.id - Torro Margens meninggal dunia di Sukabumi, Jawa Barat, tanggal 4 Januari 2019. Aktor senior yang dikenal luas publik berkat spesialisasi perannya sebagai tokoh antagonis ini wafat pada usia 68 tahun karena sakit. Berikut ini sejarah hidup dan profil Torro Margens.
Terlahir dengan nama Sutoro Margono di Paduraksa, Pemalang, Jawa Tengah, pada 5 Juli 1950, Torro Margens memutuskan hijrah ke Jakarta untuk mengadu nasib pada era 1970-an. Di ibukota, ia sempat bekerja sebagai pegawai kantoran sebelum nantinya justru melejit lewat peran-peran antagonisnya di layar lebar maupun televisi.
Film pertama yang menjadi permulaan karier Torro Margens di kancah sinema nasional berjudul Neraka Perempuan yang diproduksi tahun 1974. Saat itu, berakting di film belum dijadikannya sebagai pekerjaan utama. Torro bahkan sempat kembali masuk kantor meskipun akhirnya ia merasa lebih nyaman di dunia seni peran.
“Karena bahasa Inggris saya bagus, saya ditawari sebagai penerjemah. Tapi karena tidak betah, saya keluar dan kembali ke seni peran,” ucap Torro, dikutip dari Harian Nasional.
Meskipun begitu, Torro mengakui bahwa pemasukan dari main film kala itu tidak sepenuhnya cukup untuk membiayai hidup. Maka, ia pun melakoni beberapa pekerjaan lainnya demi menambah penghasilan.
“Setelah keluar (dari kantor), saya mulai lagi dari nol. Siang syuting film, malam hari saya pernah ngecat trotoar untuk menyambung hidup,” ungkapnya.
Dari 1974 hingga 2018, Torro Margens sudah terlibat di banyak film maupun sinetron. Peran antagonis menjadi spesialiasinya. Ia kerap beradu akting dengan deretan bintang film papan nasional. Torro juga pernah menjadi sutradara dan penulis naskah beberapa film.
Beberapa dari puluhan judul film yang pernah dibintanginya antara lain: Ciuman Beracun (1976), Si Buta dari Gua Hantu (1977), Sirkuit Cinta (1978), Sirkuit Kemelut (1980), Perawan Rimba (1982), Ken Arok-Ken Dedes (1983), Tutur Tinular III (1992), Si Kabayan Mencari Jodoh (1994), Janus: Prajurit Terakhir (2003), 9 Naga (2006), Tendangan dari Langit (2011), Mencari Hilal (2014), Love for Sale (2018), dan masih banyak lagi.
Torro Margens juga sempat menjajal kemampuannya sebagai presenter atau pembawa acara, yaitu Gentayangan, semacam program uji nyali, yang pernah ditayangkan di salah satu stasiun televisi nasional.
Tanggal 4 Oktober 2016 lalu, Torro Margens memenuhi panggilan pemeriksaan dari penyidik Polda Metro Jaya. Ia dimintai keterangan sebagai saksi terkait kepemilikan senjata api Gatot Brajamusti. Hal ini disebabkan karena Torro pernah terlibat dalam film DPO yang diproduseri oleh Gatot. Namun, Torro akhirnya tidak terbukti terkait langsung perkara ini.
Totalitas Torro di ranah seni peran tanah air memang tidak diragukan lagi. Aktingnya yang sebagian besar memerankan tokoh jahat sangat meyakinkan. Ia bahkan mengungkapkan ingin meninggal dunia di tengah-tengah aktivitasnya di dunia film.
“Kalau bisa, sampai saya tua banget duduk di kursi roda dan sakit-sakitan, lalu ada (produser) yang kontak saya main. Sampai di lokasi syuting, sedang akting, lalu mati. Itu buat saya sudah menjadi jihad yang luar biasa,” kata Torro Margens suatu kali.
Sang aktor kawakan spesialis peran antagonis itu kini telah tiada. Film terakhir yang turut melibatkan perannya adalah Love for Sale, dibintangi oleh Gading Martin dan dirilis pada 15 Maret 2018 lalu.
Editor: Iswara N Raditya