Menuju konten utama

Sri Mulyani Waspadai Dampak Anjloknya Harga Minyak Dunia ke APBN

Sri Mulyani waspadai dampak penurunan harga minyak dunia terhadap APBN.

Sri Mulyani Waspadai Dampak Anjloknya Harga Minyak Dunia ke APBN
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 di Jakarta, Rabu (19/2/2020). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc.

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan tren gejolak harga minyak dunia perlu mendapat perhatian serius. Ia bilang harga minyak dunia akhir-akhir ini mengalami penurunan drastis menyusul kegagalan kesepakatan OPEC dan aliansinya pada pekan lalu.

“Yang cukup mengagetkan dari Saudi membuat langkah yang lebih bold yaitu dengan berikan harga minyak yang lebih dalam lagi sehingga jadi perang harga,” ucap Sri Mulyani kepada wartawan saat ditemui di kantornya, Senin (9/3/2020).

Pada pukul 18.34 Eastern Daylight Time (EDT) atau pukul 05.34 WIB Senin (9/3/2020), harga minyak WTI kembali turun sebesar 8,99 dolar, atau 21,8 persen menjadi 32,29 dolar per barel. Sementara minyak brent berjangka turun 9,95 dolar atau 22 persen menjadi 35,32 dolar per barel.

Di awal sesi, kedua kontrak turun ke level terendah sejak Februari 2016, dengan Brent turun ke 31,02 dolar per barel dan WTI di 30 dolar per barel. Hal ini membuat Brent dan WTI mengalami persentase penurunan harian terbesar kedua sepanjang sejarah, setelah Januari 1991 di mana Brent dan WTI anjlok hingga lebih dari 30 persen.

Sri Mulyani mengatakan, Indonesia masih bisa mengambil sejumlah manfaat positif dari turunnya harga minyak dunia. Misalnya penurunan ini meringankan beban Pertamina yang masih melakukan importasi minyak.

Kendati demikian, Sri Mulyani menuturkan penurunan ini akan menyebabkan ketidakpastian lebih besar pada pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (9/3/2020) pukul 13.44 WIB misalnya sudah menunjukan tanda-tanda pelemahan hingga 4,21 persen.

Ketika ditanya mengenai dampaknya pada APBN, Sri Mulyani enggan memberi jawaban. Namun, ia memastikan penurunan ini perlu diwaspadai lantaran posisi produksi minyak mentah Indonesia sedang mengalami tren penurunan.

“Untuk APBN tentu penerimaan dari minyak seperti saya sampaikan kita hadapi harga yang melemah kemudian volume juga menurun karena ekspor dan produksi juga menurun dan juga dari sisi nilai tukar,” ucap Sri Mulyani.

Soal penurunan harga minyak, mantan direktur pelaksana bank dunia tersebut juga sempat menyinggung dampaknya terhadap kontraksi peneremiaan Pajak Penghasilan (PPh) sektor Minyak dan Gas.

Hal tersebut terjadi saat harga minyak tahun 2019 berada di kisaran 62 dolar AS per barel atau lebih rendah dari rata-rata tahun 2018 yang masih di kisaran Rp 67,5 dolar AS

Baca juga artikel terkait HARGA MINYAK DUNIA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana