tirto.id - Negara Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam, salah satunya kebudayaan dalam sistem ekonomi dan kesenian pada masyarakat Suku Bali.
Dalam Makalah Kebudayaan Bali, dinyatakan, ekspresi dari hubungan interaksi antarorang Bali dengan lingkungannya melahirkan kebudayaan Bali yang sesungguhnya.
Dalam struktur dan sejarah Suku Bali, lingkungan dibedakan atas dua macam, yaitu lingkungan sekala (nyata) dan lingkungan niskala (tidak nyata). Umumnya, lingkungan sekala meliputi lingkungan sosial (masyarakat) dan lingkungan fisik (alam sekitarnya).
Sementara lingkungan niskala dipahami sebagai lingkungan spiritual yang dihuni oleh kekuatan-kekuatan supernatural atau gaib. Kekuatan gaib itu diyakini dapat menimbulkan pengaruh positif maupun negatif terhadap kehidupan manusia.
Sistem Ekonomi Suku Bali
Dilansir dari bukuAntropologi untuk Kelas XI MA mayoritas masyarakat Bali memiliki mata pencaharian sebagai petani. Tidak hanya, petani pad di Bali pertanian juga berkembang dalam hal palawija, kopi, dan kelapa.
Kendati demikian, pertanian di Bali yang paling maju adalah ternak babi dan sapi. Ada pula pengembangan perternakan lainnya, seperti peternakan kambing, kerbau, dan kuda.
1. Perikanan
Di Bali dikembangkan perikanan darat dan laut yang perikanan laut terdapat di pinggir pantai. Di sana para nelayan
menggunakan jangkung (perahu penangkap ikan) untuk mencari ikan tongkol, udang, dan cumi-cumi.
2. Industri kerajinan
Di Bali terdapat beragam industri kerajinan. Kerajinan itu dibuat meliputi benda-benda anyaman, kain tenun, pabrik rokok, dan tekstil.
Tidak hanya itu, terdapat pula perusahaan yang menjual jasa, seperti biro perjalanan, hotel, rumah makan, taksi, dan toko
kesenian. Sementara itu, tempat usaha terbesar terdapat di Gianyar, Denpasar, dan Tabanan.
Sistem Kesenian Suku Bali
Sistem kesenian Suku Bali dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Seni bangunan
Seni bangunan dapat dilihat dari bangunan candi, seperti Gapura Candi Bentar.
2. Seni tari
Tari tradisional Bali, yaitu tari sanghyang, tari barong, tari kecak, dan tari gambuh. Tidak hanya tari tradisional, terdapat pula
tari modern, yaitu tari tenun, tari nelayan, tari legong, dan tari janger
Interaksi antarorang Bali dengan lingkungan spiritual disebut dengan niskala dan melahirkan sistem religi lokal atau “agama Bali”.
Di dalamnya meliputi emosi atau sentimen keagamaan, konsepsi tentang kekuatan-kekuatan, mahluk-mahluk gaib, upacara ritual keagamaan, fasilitas keagamaan, dan kelompok atau komunitas keagamaan.
Oleh sebab adanya proses perjumpaan kebudayaan pada masa lampau, maka dalam perkembangan selanjutnya keberadaan religi lokal bercampur dengan unsur-unsur agama Hindu.
Lantas, ekspresi ini pun melahirkan Basa Bali (Bahasa Bali), norma-norma, peraturan-peraturan, hukum (sima, dresta, awig-awig), pranata-pranata sosial seperti pranata kekerabatan (nyama, braya, dadia, soroh), pranata kemasyarakatan (sekeha, banjar, desa, gumi), dan sebagainya.
Selain itu, ada juga sistem pengetahuan tentang alam (seperti penanggalan sasih, pawukon, pramatamangsa), sistem subak, dan lain sebagainya.
Orang Bali juga mengenal berbagai jenis peralatan dan teknologi yang digunakannya untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik.
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Dipna Videlia Putsanra