tirto.id - Film Sommeren '92 (Summer of '92) garapan sutradara Kasper Barfoed mengisahkan perjalanan Denmark dalam menjadi juara EURO 1992. Film berdurasi 93 menit ini juga mengulik sisi lain kehidupan pelatih Richard Moller Nielsen hingga gelandang Kim Vilfort.
Sepanjang sejarah, Denmark baru sekali menjadi juara EURO, yaitu pada 1992. Uniknya, ketika itu Danish Dynamite masuk putaran final Piala Eropa bukan karena lolos dari kualifikasi. Mereka menggantikan Yugoslavia yang dilarang tampil oleh UEFA karena perang yang berkecamuk di negeri tersebut.
Perjalanan Denmark di EURO 1992 cukup terjal. Dalam 2 laga awal, Danish Dynamite hanya bisa imbang 0-0 lawan Inggris, lalu tumbang 1-0 oleh Swiss. Namun, di partai terakhir Grup 2, Denmark mampu menundukkan Perancis 1-2 lewat gol Henrik Larsen (8') dan Lars Elstrup (78').
Di semifinal, Denmark bermain imbang 2-2 melawan Belanda yang bertabur bintang. Namun, dalam drama adu penalti, diwarnai kegagalan Marco Van Basten membobol gawang Peter Schmeichel, Danish Dynamite unggul 4-5.
Puncaknya, menghadapi Jerman dalam partai final di Stadion Ullevi, Gothenburg, Swedia, Denmark menang 2-0 dan jadi juara.
Keberhasilan Denmark jadi kampiun Eropa tahun tersebut jauh dari perkiraan banyak orang. Memang, dalam skuad asuhan Richard Møller Nielsen ada kiper sekelas Schmeichel (Manchester United) juga penyerang Brian Laudrup (Bayern Munchen).
Tetapi, tetap saja Danish Dynamite punya materi yang kalah dari tim unggulan seperti Jerman dan Belanda.
29 tahun sejak pencapaian terbaik Denmark di sepak bola tersebut, generasi lain tengah mencari jalan untuk menyamai prestasi para senior mereka. Denmark mampu melaju ke semifinal EURO 2021.
Lawan mereka kali ini adalah Inggris di Stadion Wembley, London pada Kamis, 8 Juni 2021 pukul 02.00 WIB.
Mirip dengan perjalanan Denmark di EURO 1992, pasukan Kasper Hjulmand sempat kesulitan dalam 2 laga awal Piala Eropa tahun ini. Danish Dynamite kalah 0-1 dari Finlandia di laga pembuka, bahkan kembali tumbang 1-2 di partai kedua kontra Belgia.
Momentum kebangkitan didapatkan Denmark saat membabat Rusia 4-1 di partai pemungkas Grup B. Mampu lolos ke fase gugur EURO 2021, anak asuh Hjulmand lantas menyikat Wales 4-0 dan menundukkan Republik Ceko 2-1.
Bermaterikan pemain yang terbiasa berlaga di kompetisi elite Eropa, Denmark punya potensi untuk terus mengejutkan.
Mereka punya Joakim Maehle (Atalanta), Kasper Dolberg (Nice), Yussuf Poulsen (RB Leipzig), Andreas Christensen (Chelsea), hingga Pierre Emile Hojbjerg (Tottenham), di samping putra Peter Schmeichel, yaitu Kasper Schmeichel (Leicester City).
Sementara Denmark tengah berusaha menciptakan sejarah baru, penggemar sepak bola dapat berpaling pada kisah dramatis hampir 3 dasawarsa lalu dalam Sommeren '92.
"Ketika takdir yang tak terduga melemparkan tim sepak bola nasional Denmark ke dalam final Kejuaraan Eropa, sang pelatih harus mencambuk semangat timnya yang tak siap," demikian Netflix mendeskripsikan film yang dibintangi oleh Ulrich Thomsen (sebagai Richard Møller Nielsen) dan Mikkel Følsgaard (sebagai Kim Vilfort).
Dalam Sommeren '92, kisah sudah dimulai jauh sebelum putaran final EURO 1992. Pada April 1990, setelah Denmark gagal lolos ke Piala Dunia 1990, pelatih kharismatik Sepp Piontek mengundurkan diri.
Danish Dynamite butuh sosok pengganti ideal Piontek yang menangani tim selama 11 tahun. Pilihan pertama adalah pelatih dari luar negeri. Namun, federasi sepak bola Denmark, DBU gagal bernegosiasi, hingga menunjuk Richard Moller Nielsen.
Perjalanan baru Nielsen dimulai dengan penuh drama. Di kualifikasi EURO 1992 Grup 4, Denmark memulai kampanye dengan menang 4-1 atas Kepulauan Faroe, tetapi kemudian seri dengan Irlandia Utara, lantas tumbang di kandang sendiri oleh Yugoslavia 0-2.
Beberapa pemain meninggalkan skuad Denmark termasuk Laudrup bersaudara. Nielsen dituntut untuk mundur. Pada akhirnya, Denmark cuma menjadi runner-up Grup 4. Mereka gagal lolos.
Kala harapan pupus, datanglah keajaiban. Yugoslavia dilarang UEFA untuk tampil di putaran final EURO 1992 terkait perang di negeri mereka.
Sebagai ganti, Denmark yang finis sebagai peringkat 2 Grup 4 bisa maju. Namun, kendala lain harus dirasakan Nielsen. Ia mesti mengumpulkan para pemain terbaik dalam waktu singkat sebelum berangkat ke Swedia.
Ketika akhirnya bertarung di EURO 1992, kejadian lain menerpa Denmark. Pemain kunci mereka, Kim Vilfort, harus berjuang melawan kenyataan hidup. Putrinya, Line, yang baru berusia 7 tahun dalam kondisi kritis karena leukimia. Vilfort harus meningalkan kamp latihan Denmark, absen dalam laga terakhir fase grup kala rekan setimnya mengandaskan Perancis 2-1.
Dalam bayang-bayang memikirkan sang putri, Vilfort tampil kembali untuk Denmark di semifinal kontra Belanda. Ia menjadi salah satu pencetak gol dalam drama adu penalti yang membawa Danish Dynamite ke partai final. Bahkan, Vilfort lantas mencetak gol kedua Denmark saat menaklukkan Jerman 2-0.
Hanya saja, kemenangan di sebuah medan berarti luka di medan lain. Line Vilfort meninggal tak lama setelah kejayaan Denmark di EURO 1992.
Sisi lain perjuangan para pemain dan pelatih Denmark dalam penaklukan EURO 1992 dapat ditonton melalui Netflix.
Editor: Iswara N Raditya