tirto.id - Kamis [14/2/19] dini hari tadi, sebelum pertandingan antara Tottenham Hotspur melawan Dortmund dimulai, para penggemar Spurs tak sabar menunggu starting line-up tim kesayangannya diumumkan. Pengumuman itu lantas muncul sekitar satu jam sebelum pertandingan dan ketidaksabaran penggemar Spurs segera alih rupa menjadi rasa kaget: Spurs akan bermain dengan formasi 3-4-2-1; Jan Vertonghen, bek tengah andalan Spurs, akan bermain sebagai wing-back kiri.
Yang menarik, rasa kaget para penggemar Spurs ternyata tak hanya berhenti sampai di situ. Segera setelah pertandingan dimulai, Spurs ternyata memperlihatkan sesuatu yang mengagetkan lagi.
“Pochettino,” tulis Henry Writer, jurnalis senior The Times yang menonton langsung di Wembley, “memainkan garis pertahanan tinggi pada babak pertama, taktik yang sangat berisiko mengingat kecepatan [Jadon] Sancho yang bisa melahap bola-bola daerah.”
Dortmund adalah tim yang memiliki kecepatan dan catatan statistik tak akan pernah bohong. Menurut Whoscored, tidak ada tim lain di Bundesliga yang mencetak lebih banyak gol dari counter-attack selain Dortmund. Anak asuh Lucien Favre itu melakukannya 6 kali. Dari situ garis pertahanan tinggi Spurs akan menjadi sasaran empuk bagi Dortmund yang bisa meledak dalam sekejap, tapi melihat posisi Vertonghen, ia barangkali akan ditugaskan untuk meredam Sancho, yang menjadi pusat kecepatan serangan Dortmund.
Semula, anggapan bahwa Vertonghen hanya ditugaskan untuk mematikan Sancho ada benarnya. Duel Vertonghen melawan Sancho berjalan sangat seru. Sancho memang beberapa kali lolos, tapi Vertonghen seperti batu karang. Vertonghen memberikan perlawanan alot, tak takut melakukan pelanggaran saat Sancho tak bisa dihentikan. Setidaknya ia dua kali melakukan pelanggaran. Saat itu ia benar-benar mempunyai “DNA” Spurs di bawah Pochettino.
Apa itu “DNA” Spurs?
“Spurs memiliki keahlian untuk melawan tim yang pintar melakukan counter-attack. Caranya? Melakukan pelanggaran demi pelanggaran,” tulis JJ Bull, analis sepakbola Telegraph.
Namun, peran Verthoghen ternyata lebih dari sekadar itu: pada babak kedua Vertonghen berani menyerang -- menjadi kunci serangan Spurs.
Gol pertama Spurs yang tecipta pada menit ke-47 berawal dari umpan silang terukur Vertonghen di sisi kanan pertahanan Dortmund. Umpan itu memilih pemain yang tepat untuk menghukum Dortmund: Son Heung-min. Gol itu adalah gol kesembilan Son ke gawang Dortmund dan Dortmund adalah klub yang paling sering dibobol Son selama berkarier di Eropa [Hamburg, Bayer Leverkusen, dan Spurs].
Pujian pun datang dari Son untuk sang pengumpan, “Timing gol pertama sangat penting, umpan silang [Vertonghen] sukar dipercaya. Aku tidak perlu melakukan apa pun, hanya menyentuh bola.”
Hebatnya, Vertonghen langsung memasang gigi empat setelah gol itu. Dibantu oleh Harry Winks, gelandang Spurs, ia lebih berani menekan sisi kanan pertahanan Dortmund. Achraf Hakimi, full-back kanan Dortmund, pun mulai kesulitan memberikan umpan ke ke arah Sancho. Serangan Dortmund dari sisi kanan terputus dan Vertonghen mulai berbuat semena-mena: saat Spurs melakukan serangan, ia maju jauh ke depan, kadang berdiri lebih tinggi dari Lucas Moura dan Son Heung-min, duet penyerang Spurs.
Dari pendekatan itu, Spurs akhirnya berhasil menambah keunggulan melalui Vertonghen. Pada menit ke-83, Serge Aurier, wing-back kanan Spurs, melihat pergerakan Vertonghen di sisi kiri pertahanan Spurs. Ia berdiri tanpa kawalan, luput dari perhatian pemain-pemain belakang Dortmund, dan berada dalam posisi menguntungkan. Aurier pun segera mengirimkan umpan silang ke arah Vertonghen. Umpan itu tepat sasaran: Vertonghen menghajar bola keras-keras, membuat jala gawang Dortmund bergetar untuk kedua kalinya.
Pertandingan kemudian berakhir dengan skor 3-0. Fernando Llorente, penyerang cadangan Spurs, mencetak gol tambahan pada menit ke-86. Setelah pertandingan, Pochettino lantas tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Pelatih asal Argentina itu memuji semua pemainnya.
Kepada para jurnalis sesudah pertandingan, Pochettino bilang: “Aku mengatakan kepada Anda beberapa minggu lalu, dan aku mengatakan kepada Anda sekarang: Para pemain layak menerima pujian karena usaha mereka pada musim ini sangat luar biasa.”
“Aku tentu sangat bahagia. Aku ingin mengucapkan selamat kepada para pemainku sekali lagi. Itu adalah penampilan dan usaha yang luar biasa. Bagiku, ini memang hanya pertandingan leg pertama, masih setengah dari pertandingan sesungguhnya, dan aku pikir kemenangan 3-0 tetaplah hasil yang menyenangkan.”
Namun, dari semua pemain Spurs tersebut, Vertonghen jelas layak mendapatkan pujian paling melimpah; Ia sukses memainkan peran yang tak biasa. Karenanya, di antara pemain-pemain yang terlibat dalam pertandingan antara Spurs dan Dortmund, Whoscored memberi rating paling tinggi kepada Vertonghen: 9,3. Sementara itu, David Hytner, jurnalis Guardian yang ada di Wembley, juga memberikan nilai 9 terhadap penampilan Vertonghen, membikin pemain asal Belgia itu pemain terbaik di dalam pertandingan.
Alasan Hytner, “ [Vertonghen] Melaju ke depan dengan peran yang tak biasa. Mengirimkan umpan silang yang luar biasa untuk Son dan mencetak gol kedua melalui tendangan volley.”
Editor: Renalto Setiawan