tirto.id - Mantan gelandang tim nasional Belanda, Wesley Sneijder, memutuskan gantung sepatu sebagai pemain sepak bola profesional pada Selasa (13/8/2019) waktu Indonesia. Sneijder melanjutkan kariernya sebagai direktur di FC Utrecht.
"Sekarang saya telah pensiun dari sepak bola, saya menginginkan tempat baik untuk membagikan kenangan saya. Hubungan saya dengan kota ini sangat besar," ucap Sneijder di kanal Youtube FC Utrecht.
Pria kelahiran Utrecht 35 tahun silam memulai karier sepakbolanya di akademi Ajax Amsterdam dalam periode 1991-2002. Sneijder memainkan laga debutnya pada Februari 2003 saat Ajax racikan Ronald Koeman menang 6-0 atas Willem II. Satu bulan setelah itu, dia mencetak gol perdana bagi kubu Amsterdam saat mengalahkan Groningen 4-1 di KNVB Cup.
Musim 2006/2007 merupakan musim terbaik Sneijder bersama The Amsterdammers. Ia mencetak 18 gol dan 10 assist di Eredivisie, Jika dibuat secara total, musim tersebut sang gelandang mengemas total 22 gol dan 13 assist di semua ajang dari 47 penampilan.
Sepanjang perjalanan di Ajax, Sneijder menyumbangkan satu gelar Eredivisie (2003/2004), dua KNVB Cup (2005/2006, 2006/2007), dan satu Johan Cruyff Shield (2006). Total, gelandang serang bertinggi 170 cm mencatatkan 43 gol dan 36 assist dari 126 penampilan bersama klub tersebut.
Musim 2007/2008, Real Madrid membeli Sneijder dari Ajax dengan mahar 27 juta euro. Gelar La Liga langsung digenggamnya pada musim pertama berseragam Los Blancos.
Akan tetapi cedera ligamen yang dia derita saat melawan Arsenal pada Agustus 2008 di Emirates Cup, membuat karier Sneijder di Santiago Bernabeu merosot. Dia hanya 18 kali menjadi starter, mencetak 2 gol dan 2 assist sepanjang musim 2008/2009.
Kendati Sneijder kukuh ingin bertahan, Real Madrid yang saat itu baru membeli Kaka, Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema tetap menjualnya. Inter Milan racikan Mourinho berhasil mengamankan jasa Sneijder dengan mahar 15 juta euro.
Sneijder adalah sosok kreatif yang dibutuhkan Mourinho dalam skuad yang sudah diisi pemain kuat di lini pertahanan macam Lucio dan penyerang tajam seperti Samuel Eto'o dan Diego Milito. Di paruh pertama Serie A 2019/2010, Nerazzurri hanya kalah dua kali, dan dalam dua laga itu tidak ada nama Sneijder di susunan pemain.
Musim tersebut, Inter berhasil mempertahankan gelar Serie A dan meraih Coppa Italia. Tetapi, yang lebih spektakuler, pasukan Jose Mourinho menghadapi Bayern Munchen asuhan Louis Van Gaal di final Liga Champions. Diego Milito menjadi aktor kemenangan Inter atas The Bavarian dengan dwigolnya.
Sneijder menjadi man of the match di partai final tersebut berkat dominasinya di sentral lapangan dan satu assist untuk gol pembuka. Inter meraih treble untuk pertama kalinya dan menyudahi puasa gelar Liga Champions dalam 45 tahun. Total, Sneijder mencatatkan 6 assist dan 3 gol dari 11 penampilan.
"Dia (Mourinho) adalah orang yang sangat istimewa bagi saya. Sebagai Pelatih, ia luar biasa, nomor satu. Dia memberi saya kepercayaan diri, dan saya menikmati bermain sepakbola dengan pengalaman yang lain. Dia seperti ayah kedua bagi saya," tutur Sneijder soal Mourinho dilansir dari Marca.
"Dalam sepakbola, pemain memiliki sumber kekuatan, dan sejak saya bertemu Mourinho, saya dapat mengatakan, sumber kekuatan kami adalah pelatih. Pasti dia (Mourinho), tanpa perlu diragukan lagi," tegas Sneijder.
Pada 2012/2013, The Sniper bergabung dengan Galatasaray selama lima musim sebelum membela Nice. Dua tahun terakhir, Sneijder memutuskan hijrah ke Qatar bersama Al-Gharafa.
Piala Dunia 2010 dan Ballon d'Or
Sukses bersama Nerazzurri pada musim 2009/2010,Sneijder mencoba mengulangi performanya bersama timnas Belanda di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Hasilnya, Oranje keluar sebagai juara Grup E dengan poin sempurna, mengungguli Jepang, Denmark dan Kamerun.
Sejak partai 16 besar melawan Slovakia, Sneijder selalu mencetak gol hingga babak semifinal. Penampilannya yang paling menonjol terjadi saat memimpin Belanda menyingkirkan juara lima kali Brasil dengan dwigolnya di perempat final.
"Orang-orang sudah membicarakan tentang Sepatu Emas. Siapa yang peduli dengan Sepatu Emas? saya menginginkan piala emas [Piala Dunia]," ucap Sneijder sebelum final Piala Dunia 2010.
Usai mencetak salah satu dari tiga gol kemenangan Belanda atas Uruguay di semifinal, Sneijder menjadi harapan bagi Oranje di laga puncak kontra Spanyol. Tetapi kekecewaan didapat Sneijder dan timnas Belanda lantaran gol tunggal Andres Iniesta pada menit 116.
Empat kali dinobatkan menjadi Player of the Match serta mencetak 5 gol-terbanyak bersama Thomas Mueller dan David Villa- Sneijder dianugerahi Silver Ball dan Bronze Boot. Namanya juga masuk di daftar dari 23 nominasi peraih FIFA Ballon d'Or.
Yang mengagetkan adalah nama Sneijder tidak ada di tiga kandidat terakhir FIFA Ballon d'Or. Lionel Messi menjadi pemenang dengan 22% suara, disusul duo pemenang Piala Dunia, Andres Iniesta dan Xavi Hernandez. Sneijder di posisi empat dengan persentase 14,48% suara.
Dari catatan Marca 2010 silam, Sneijder menjadi pemain teratas dalam voting jurnalis dengan 293 poin. Mengungguli Messi yang hanya mengumpulkan 175 poin. Terlebih, Messi hanya memenangkan La Liga di musim kompetisi 2009/10 dan terhenti di perempat di Piala Dunia.
"Apa lagi yang bisa dia lakukan? Kita semua tahu betapa baiknya dia untuk Inter dan Belanda, melihatnya mematahkan monopoli Messi dan Ronaldo akan menyegarkan untuk dilihat," tulis Tom Scholes di Gentlemenultra.
"Sneijder selamanya akan dikenang sebagai orang yang seharusnya memenangkan Ballon d'Or 2010, tetapi bagi mereka yang tidak merasa senang menyaksikannya hidup, khususnya di musim 2009/10, buka YouTube dan temukan yang lama Klip Inter selama musim itu. Dia luar biasa, seperti juga seluruh tim," tambah Scholes.
Selama 17 tahun berkarier sebagai pesepakbola, Sneijder telah mencatatkan 574 penampilan, 155 gol dan 20 trofi mayor di level klub. Dia juga menjadi pemain dengan jumlah caps (134) terbanyak di timnas Belanda.
Penulis: Gilang Ramadhan
Editor: Fitra Firdaus