tirto.id - Reformasi pada umumnya dikenal sebagai suatu peristiwa titik balik dari sebuah keadaan yang buruk menjadi keadaan yang lebih baik. Peristiwa reformasi biasanya diidentikan terhadap perubahan kondisi suatu negara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara.
Peristiwa reformasi telah banyak terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Di negara ini, reformasi terjadi pada 21 Mei 1998 yang ditandai dengan mundurnya Soeharto dari jabatan Kepresidenan Republik Indonesia.
Lantas, Apa yang menyebabkan terjadinya reformasi di Indonesia? Dan bagaimana sejarah terjadinya reformasi di Indonesia? Simak penjelasannya berikut ini!
Penyebab Terjadinya Reformasi di Indonesia
Dimuat dari laman Kepustakaan Perpusnas, Soeharto resmi menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia sejak Maret 1968. Sejak saat itu, Soeharto memulai rezimnya yang dikenal dengan sebutan Orde Baru.
Dalam menjalankan pemerintahannya fokus yang utama Soeharto ialah pembangunan ekonomi Indonesia. Dikutip dari Lilik Eka Aprilia, dkk dalam penelitiannya yang berjudul Berakhirnya Pemerintahan Presiden Soeharto Tahun 1998 (2014: 1), disebutkan bahwa konsep pembangunan ekonomi yang lebih maju menurut Soeharto ialah dengan melakukan stabilisasi keamanan baik nasional maupun regional.
Oleh karena itu, Asvi Warman Adam dalam bukunya yang berjudul Membongkar Manipulasi Sejarah (2009: 46), menyebutkan bahwa Presiden Soeharto mempercayakan pembangunan ekonomi kepada kaum teknokrat. Soeharto pun menunjuk orang-orang seperti Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, J.B. Sumarlin, Saleh Afiff, dan Andrianus Mooy sebagai pelopor utama dalam membangun perekonomian Indonesia.
Mengutip dari dalam buku Reformasi & Jatuhnya Soeharto karangan Basuki Agus Suparno (2012: 53-54), disebutkan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi pada saat itu dapat dilihat dari menurunnya angka inflasi pada angka 40-50% dari yang sebelumnya 650%.
Selain itu, mereka mampu menjadwalkan kembali pembayaran utang luar negeri dan juga membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada angka 8,6%. Padahal, sebelumnya mereka hanya menargetkan pertumbuhan ekonomi pada angka 5%.
Akan tetapi, semua citra baik yang telah dibangun oleh Soeharto perlahan runtuh akibat tergerusnya kepercayaan publik terhadap pemerintahannya. Rakyat mulai tidak percaya, karena maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme di tubuh pemerintahan.
Kemudian, sikap otoriter dan hilangnya kebebasan pers maupun berpendapat membuat rakyat tidak nyaman. Akibatnya, terjadi berbagai peristiwa mencekam di berbagai wilayah. Muncul konflik-konflik sosial budaya yang sampai melibatkan isu sara. Puncak dari ketidakpercayaan rakyat, yaitu ketika terjadi krisis moneter pada tahun 1997.
Pada awal Juli 1997 krisis terjadi di Thailand yang diikuti dengan penurunan nilai tukar mata uang di berbagai negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah yang mulanya Rp2.500 per dolar AS mengalami kemerosotan hingga 9 persen. Kemerosotan nilai tukar rupiah terus terjadi, pada Oktober 1997 nilai tukarnya menjadi Rp4.000 per dolar AS.
Puncak kemerosotan itu terjadi pada Januari 1998, di mana nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp17 ribu per dolar As. Melemahnya nilai rupiah, mengakibatkan naiknya harga bahan-bahan pokok, harga premium naik dua kali lipat, ribuan usaha bangkrut, meluasnya pengangguran, terjadinya PHK besar-besaran, dan meningkatnya jumlah orang miskin baru.
Sejarah Hari Reformasi 21 Mei
Situasi ekonomi yang mengalami krisis, ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah, dan terjadinya konflik-konflik di beberapa wilayah menyebabkan munculnya gerakan mahasiswa untuk menuntut dilakukan reformasi.
Gerakan tersebut telah dimulai sejak akhir Februari 1998 dan memuncak pada 12 Mei 1998. Saat itu, terjadi peristiwa hilangnya empat nyawa aktivis mahasiswa Tri Sakti akibat tembakan peluru tajam aparat kepolisian.
Setelah peristiwa tersebut, kerusuhan pun terus terjadi hingga tanggal 15 Mei 1998 tercatat lebih dari 1.000 orang tewas di Jakarta. Di berbagai daerah juga terjadi kerusuhan akibat ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Di Medan, kerusuhan juga terjadi, ketika para mahasiswa berunjuk rasa di kampus-kampus. Tiba-tiba ribuan warga turun ke jalan untuk merusak, membakar, dan menjarah toko-toko dan gudang-gudang penyimpanan barang. Tidak hanya itu, aksi lanjutan di medan semakin mengarah ke sentimen rasial hingga mendorong pengungsian besar-besaran para warga keturunan Cina.
Peristiwa yang semakin mencekam serta ketidakstabilan kehidupan politik dan sosial di Indonesia membuat Ketua DPR bersama pimpinan yang lain memerintahkan Soeharto untuk mengundurkan diri dari jabatannya demi keamanan bangsa dan negara.
Pada akhirnya, setelah melihat kondisi Indonesia yang tidak menentu tepat pada tanggal 21 Mei 1998 Soeharto resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia dan digantikan oleh wakilnya B.J Habibie.
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Dipna Videlia Putsanra