tirto.id - Di jagat sepak bola, Messi dan Ronaldo bersaing jadi yang terbaik. Dalam arena pertarungan bebas, Connor McGregor yang jemawa ala Irish Bollock masih bisa disikat oleh Nate Diaz.
Tapi di dunia renang kiwari, nama Michael Phelps nyaris tiada tanding. Kecuali mungkin oleh Deni si Manusia Ikan. Karena Deni adalah mahluk fiksi, maka kita coret saja dari daftar manusia tercepat di lintasan renang.
Karier Phelps bisa dibilang lahir dari kecelakaan sejarah. Sewaktu kecil, dia sudah didiagnosis dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Sang ibu memasukkannya ke kursus renang untuk menampung energi berlebih anaknya. Saat itu Phelps baru berusia 7 tahun. Tiga tahun berselang, dia sudah menjadi pemegang rekor nasional kategori 100 meter gaya kupu-kupu untuk kelompok anak seumurannya.
Di umur 15, dia mewakili Amerika Serikat di Olimpiade 2000. Phelps jadi atlet pria termuda yang berhasil masuk dalam tim renang Olimpiade Amerika Serikat. Meski begitu, Phelps belum tampil trengginas. Berhasil masuk final dalam kategori 200 meter gaya kupu-kupu, perenang berjuluk The Baltimore Bullet ini hanya berhasil finish di peringkat 5.
Tapi setelahnya, Phelps tiada terbendung. Di Olimpiade 2004, Phelps langsung menyabet enam medali emas dan dua medali perak. Selanjutnya adalah apa yang akan orang-orang kenang sebagai sejarah. Phelps berhasil menjadi atlet dengan medali Olimpiade terbanyak dengan 26 buah. Khusus untuk emas, dia punya 22 medali. Di bawahnya adalah atlet senam legendaris Uni Soviet, Larisa Latynina, aktif dari 1956-1964, dengan perolehan 9 medali.
Di Olimpiade Rio, ajang internasional yang akan jadi palagan terakhirnya, Phelps berhasil mengucapkan sayonara dengan berkelas. Saat tulisan ini dibuat, Phelps baru saja menjadi yang terbaik di kategori 200 meter individual medley dengan waktu tempuh 1 menit 54 detik. Di nomer kedua ada perenang Jepang, Kosuke Hagino dengan waktu 1 menit 56 detik.
Terkesan seperti selisih waktu yang pendek. Namun dalam dunia renang Olimpiade, 2 detik itu terasa seperti jarak jutaan cahaya. Membuktikan Phelps yang sudah berusia 31 tahun masih jauh lebih cepat ketimbang Kosuke yang 10 tahun lebih muda.
Bahan Bakar Para Atlet
Melihat Phelps berenang, seperti melihat mesin bekerja. Cepaaat (dengan tiga -a), efisien. Nyaris tak ada gerakan yang tak perlu. Semua tolakan hingga ayunan, semua efektif. Tapi bahkan mesin pun perlu asupan bahan bakar untuk bisa bekerja. Di balik semua gerakan yang hanya bisa dilatih dengan kerja keras bertahun-tahun itu, ada hal yang berperan besar: makanan. Kalori ibarat bahan bakar untuk mesin.
Melihat badan Phelps yang liat itu, mungkin tak ada yang menyangka kalau porsi makannya amat gigantis. Pada 2008, dia pernah mengungkapkan menu makan setiap hari pada Wall Street Journal.
"Tiga sandwich telur dengan keju, selada, tomat, bawang bombay goreng, dan mayonaise. Juga dua gelas kopi, lima porsi omelet, semangkuk bubur jagung, tiga helai french toast yang ditaburi gula, dan tiga pancake cokelat," katanya.
Itu hanya untuk sarapan saja. Untuk makan siang si raja makan ini biasa menyantap 450 gram pasta, dua roti lapis isi ham dan keju plus olesan mayo, dan minuman berenergi. Malamnya, dia mengganyang 450 gram pasta, sekotak besar pizza, dan lebih banyak minuman berenergi. Jika ditotal, Phelps menyantap sebanyak 12.000 kalori tiap hari. Jumlah itu 5 kali lipat lebih besar ketimbang jumlah kalori yang direkomendasikan untuk pria dewasa Amerika.
Tidak seperti kebanyakan atlet lain, Phelps terkesan tidak menjaga pola makan. Dia seperti tidak punya pantangan. Selain pizza yang kerap dianggap tak bagus untuk atlet, Phelps juga menggemari hamburger atau hotdog. Dia juga suka makanan Meksiko.
"Aku dan keluarga juga suka makanan yang dipanggang. Apa saja kami makan. Termasuk steak atau daging ayam," katanya.
Tapi sekarang Phelps sudah tidak punya metabolisme seperti ketika saat berumur 23 di tahun di 2008 silam. Porsi makannya dia kurangi, dan berlatih lebih banyak.
Tentu pola makan seperti ini tak bisa ditiru oleh manusia biasa yang menghabiskan harinya dengan duduk di depan laptop sembari menggunjing dan menyebar cerita hoax. Manusia biasa yang tak melakukan kegiatan fisik seperti atlet, hanya butuh sekitar 1.600 sampai 3.000 kalori per hari.
Selain itu, atlet Olimpiade ternyata tak segila Phelps dalam hal makanan. Bisa karena para atlet semakin selektif dalam hal makanan. Bisa juga karena menganggap makanan berlebihan malah bisa menghambat prestasi.
"Dalam beberapa tahun terakhir, ada perubahan di mana para atlet lebih serius memikirkan apa yang mereka masukkan dalam tubuh," kata Asker Jeukendrup, ahli nutrisi yang sering bekerja dengan atlet Olimpiade, pada Vox.
Sebelum Olimpiade Rio dimulai, SB Nation, sebuah media olahraga, dan Eater, media yang mengulas kuliner, mengadakan survei tentang makanan dan kalori yang disantap para atlet Olimpiade Amerika Serikat. Jumlah kalori yang mereka santap berkisar 1.500 hingga 8.000.
Untuk kategori olahraga estetik, seperti gymnastic, diving, atau lompat indah, rata-rata atletnya menyantap 2.000 hingga 2.500 per hari. Menu makan siangnya banyak proteinnya. Seperti yang dicontohkan Gabby Douglas, atlet gymnastic, yang setiap siang menyantap dada ayam panggang yang disajikan dengan asparagus dan dikucuri cuka balsamik.
Jumlah kalori terbesar yang disantap memang berada di kategori olahraga daya tahan tubuh, seperti sepeda, renang, marathon, atau dayung. Rata-rata makanan untuk atletnya berkisar antara 3.000 hingga 8.000 kalori. Tipenya juga berbeda. Untuk yang perlu kekuatan seperti angkat besi, biasanya hanya butuh lebih sedikit kalori tetapi lebih banyak protein untuk membentuk otot.
Nathan Adrian, salah satu anggota tim renang, mencontohkan bekal makan siangnya: sandwich besar berisi ayam kalkun, keju provolone, selada, tomat, dan paprika. Ditambah dengan semangkuk nasi Korea, pangsit, buah, dan sayur mayur.
Lagi-lagi, semua jumlah kalori besar yang dimasukkan oleh para atlet itu, bisa dengan cepat dibakar. Situs Treated baru saja membuat daftar tabel pembakaran kalori yang dilakukan oleh para atlet yang berlaga di Olimpiade. Hasilnya, pelari maraton adalah yang paling banyak membakar kalori.
Untuk pelari dengan berat 8 stone atau sekitar 50,9 kilogram, tiap 30 menit mereka membakar 339 kalori. Jumlah itu meningkat seiring makin beratnya atlet. Pada puncak berat, yakni 17 stone atau sekitar 108 kilogram, kalori yang dibakar atlet maraton adalah 720 per 30 menit.
Di bawah pelari sebagai pembakar kalori terhebat di Olimpiade, ada atlet tinju, kayak, dayung, dan pesepeda. Di bawahnya lagi ada judo, taekwondo, sepak bola, hingga tentu saja, renang. Yang paling sedikit membakar kalori adalah para atlet tembak. Mereka yang beratnya 8 stone hanya membakar sekitar 64 kalori saja. Yang juga termasuk sedikit adalah para atlet gymnastic, tenis meja, dan berlayar. Makin ringan gerakannya, tentu saja makin sedikit kalori yang dibakar.
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti