tirto.id - Restart Liga Inggris mulai 18 Juni 2020 bisa menjadi momen penting bagi Paul Pogba. Sang gelandang selama ini diharapkan jadi bintang utama Manchester United sejak memecahkan rekor transfer termahal pada 2016. Ia memang belum menunjukkan kapasitas terbaik, tetapi justru saat inilah kebintangan Pogba mesti bersinar.
Sejak dibeli Manchester United dari Juventus seharga 10 juta euro hampir empat tahun lalu, Paul Pogba sudah tampil 143 kali di semua kompetisi. Ia mampu mencetak 31 gol, dan memberikan dua trofi untuk United.
Meskipun demikian, Paul Pogba yang kelahiran 15 Maret 1993 masih berada di bawah kecemerlangannya saat masih tampil di Juventus.
Penempatannya di posisi tidak ideal dalam lini tengah Manchester United disebut-sebut sebagai penyumbat kreativitas Pogba. Ia terlalu sering dipasang jadi gelandang bertahan di era Jose Mourinho.
Dalam tulisannya untuk The Guardian,Jonathan Wilson, menyebut permainan terbaik Paul Pogba muncul saat masih memperkuat Juventus sebagai pemain box to box.
Dia tidak diplot sebagai gelandang bertahan murni, tetapi tidak pula dipasang sebagai gelandang serang. Hasilnya peran Pogba untuk ketajaman Juve terbukti dengan 34 gol dan 40 asis dalam 178 penampilan.
Peran yang sama dijalankan Paul Pogba saat membawa Timnas Perancis menjadi juara Piala Dunia 2018. Dalam formasi 4-2-3-1, dia mampu bekerjasama dengan N'Golo Kante yang tampil lebih bertahan.
Akan tetapi, di Manchester United peran tersebut tidak pernah didapat oleh Paul Pogba. Baik ketika dikomandoi oleh Jose Mourinho atau saat ini bersama Ole Gunnar Solskjaer, Pogba diletakkan dalam salah satu peran di lini tengah, tidak bergerak bebas.
"Dia sangat mampu bermain sebagai gelandang bertahan tetapi itu terasa menghamburkan bakatnya, seolah-olah kemampuan teknis dan kecepatan yang dia miliki tidak dimanfaatkan. Dia selalu tertekan saat bermain bersama Manchester United," tulis Jonathan Wilson.
Kehadiran Bruno Fernandes
Permasalahan Paul Pogba yang kemampuannya dibatasi oleh keadaan, mestinya dapat diatasi dengan kehadiran Bruno Fernandes, gelandang baru yang dibeli United dari Benfica.
Berdasarkan statistik Whoscored, musim ini Manchester United era Solskjaer tetap lebih suka memakai formasi 4-2-3-1 yang diterapkannya dalam 23 pertandingan Premier League. Selebihnya, Iblis Merah menggunakan pola 3-4-1-2 sebanyak 4 kali, 3-4-2-1 sekali, dan skema 4-1-2-1-2 sekali.
Jika United memakai pola 4-2-3-1, Pogba akan mendapatkan kembali kebebasannya sebagai gelandang box to box, dengan menyerahkan posisi gelandang bertahan untuk Nemanja Matic atau Scott McTominay, lalu gelandang serang dimainkan Bruno Fernandes.
Jjika formasi 3-4-1-2 dimainkan, dengan Bruno Fernandes ada di belakang dua penyerang, opsi di lini tengah juga tidak akan berubah. Pogba punya kesempatan menjadi jembatan antara lini tengah ke barisan depan. Di sinilah kapasitas pelatih Ole Gunnar Solskjaer dalam mengelola para bintang dan menampilkan potensi mereka seutuhnya diuji.
Sebelum kompetisi dihentikan sementara karena pandemi COVID-19, Manchester United sebenarnya ada dalam bentuk yang istimewa. Mereka tidak terkalahkan dalam 11 pertandingan terakhir.
Sementara itu, Pogba yang musim ini berkutat dengan cedera, baru tampil 7 kali di Premier League, dan belum tampil lagi sejak Desember 2019.
Kini dalam misi melanjutkan performa apik sebelum pandemi demi lolos ke Liga Champions, United mendapatkan "hadiah" dengan fitnya Paul Pogba. Laga kontra Tottenham pada 20 Juni pukul 02.15 WIB bisa mempertontonkan, apakah fitnya Pogba itu jadi berkah, atau jadi "musibah" kebingungan Solksjaer mengatur formasi.
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Fitra Firdaus