tirto.id - “'You are not special anymore… You are not special anymore…”
Begitu bunyi nyanyian dari sebagian besar pemilik 41.424 pasang mata di Stamford Bridge setelah Gary Cahill membobol gawang Manchester United. Ini adalah gol kedua Chelsea yang nantinya disusul dengan sepasang gol lagi yang mempermalukan MU dan tentu saja, Jose Mourinho.
The Special One tidak lagi istimewa di mata pendukung Chelsea sejak 27 Mei 2016, tanggal resmi di mana manajer kontroversial asal Portugal itu tega menerima pinangan Manchester United yang tidak lain adalah salah satu rival terberat The Blues di Premier League era kekinian.
Seolah tidak ingin lepas dari citra sensasional, Mourinho langsung mengikrarkan kesetiaannya kepada MU –klub yang beberapa kali dicibirnya saat masih masih bersama Chelsea– termasuk menyangkal rahasia umum terkait kedekatannya dengan bos London Biru, Roman Abramovich.
Kembalinya sang manajer ke Stamford Bridge pada Minggu (23/10/2016) lalu menegaskan telah musnahnya keistimewaan pria yang pernah mengantarkan Chelsea meraih 3 kali trofi Premier League ini, setidaknya bagi fans The Blues. MU kalah telak 4 gol tak berbalas, Mourinho pun menjadi sasaran tembak utama usai hasil memalukan tersebut.
Tak Lebih Baik Dari Moyes
Sebelum gol Cahill yang terjadi pada menit 21, Pedro Rodriguez mengawali pesta Chelsea saat duel belum genap berjalan 120 detik. Koordinasi buruk antara Chris Smalling dan David De Gea mampu dimaksimalkan oleh alumni La Masia itu dengan gol kilat.
Menutup babak pertama dengan defisit 2 gol, Manchester United konsisten ompong hingga pungkasan laga. Sepasang gol tambahan dari Eden Hazard dan N'Golo Kante dalam waktu 8 menit membuat United terkubur kian dalam. Mourinho pun melongo karena papan skor saat pertandingan usai menunjukkan angka 4-0 untuk Chelsea.
Bagi Mourinho, momen memalukan yang apesnya terjadi di rumah mantan itu menyisakan sejumlah torehan yang sama sekali tidak membanggakan. Skor 0-4 menjadi kekalahan terbesar yang pernah dirasakan sang manajer selama menukangi klub Premier League, juga rekor serupa dalam kariernya sejak November 2010 saat Real Madrid yang dibesutnya kena hantam Barcelona dengan skor 0-5 di laga El Clasico La Liga pada 30 November 2010 silam.
Rekor tekor Mourinho pun menular pada Manchester United. Inilah kali pertama The Red Devils menuai hasil negatif di laga tandang dengan selisih 4 gol atau lebih sejak 1999. Ya, MU kalah 0-5 di kandang lawan17 tahun silam. Oleh siapa? Kebetulan, Chelsea jugalah pelakunya. Lengkap sudah!
Capaian Mourinho sejauh ini masih di bawah orang yang digantikannya di MU, Louis Van Gaal. Mou tertinggal 5 poin lebih sedikit dari yang mampu dikumpulkan oleh mantan mentornya semasa di Barcelona itu dalam 9 pekan pertama musim lalu.
Padahal, musim lalu, Van Gaal sempat mendapatkan predikat sebagai manajer terburuk MU dalam 35 tahun terakhir karena persentase kemenangannya yang hanya 49,4 persen usai United kalah 2-1 dari wakil Norwegia, Midtjylland, di Liga Europa pada 19 Februari 2016.
Satu lagi, Mourinho ternyata juga tidak lebih baik dari David Moyes. Suksesor pertama Sir Alex Ferguson tersebut barangkali menjadi manajer MU yang paling kerap terkena olok-olok selama menukangi United dari Juli 2013 hingga April 2014 silam.
Kinerja The Special One dalam 9 pertandingan awal bersama Manchester United musim 2016/2017 ini persis sama dengan apa yang dihasilkan oleh Moyes pada musim perdananya di MU, yakni 14 poin dari 4 kali menang, 2 imbang, dan 3 kekalahan.
Mereduksi Harga Diri
Tidak biasanya terucap permintaan maaf dari bibir Mourinho yang lebih sering melontarkan perkataan pedas lagi nyinyir. Ketika tim besutannya kalah atau tampil buruk, pria Portugal 53 tahun ini biasanya lebih sibuk tuding sana-sini ketimbang mengakui ketidakberdayaannya.
Mourinho memang menghargai dirinya dengan banderol yang sangat tinggi. Julukan The Special One bahkan tersemat olehnya sendiri. Bila menengok jejak prestasinya sejauh ini, “keangkuhan” tersebut barangkali bisa dimaklumi.
Selama berkarier sebagai manajer klub di empat negara Eropa, yakni Portugal, Inggris, Italia, dan Spanyol, Mourinho sukses menempatkan statusnya sebagai salah satu pelatih terbaik di muka bumi.
Jejak rekamnya cukup semarak dengan koleksi seabrek gelar, dari trofi liga domestik, piala liga, Liga Champions, hingga berbagai trofi ajang lainnya. Statistik laga yang ditorehkannya pun memukau. Dari total 779 pertandingan sepanjang karier profesionalnya sebagai manajer bersama 7 klub, termasuk MU, Mourinho telah melakoni 779 laga dengan rincian 513 kali menang, 156 imbang, dan 110 kalah. Presentase kemenangannya pun mencapai angka 65,9 persen.
Usai pembantaian di London kemarin, gunung es keakuan Mourinho tampaknya mulai meleleh. Ia rela mereduksi harga dirinya dengan menyampaikan permohonan maaf setelah kekalahan memalukan MU dari sang mantan.
Di MUTV, Mourinho berucap, “Fans kami di seluruh penjuru dunia pasti berduka dan kecewa. Hasil pertandingan itu sangat buruk, dan satu-satunya yang bisa saya ucapkan adalah maaf.”
“Saya pun sangat sedih dengan situasi ini. Tapi saya tegaskan bahwa saya 100 Manchester United, bukan untuk yang lain. Saya katakan kepada pemain, kita akan berlatih lebih keras dan terus berjuang!” tandas The Special One.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti