tirto.id - Dalam rangka merayakan Hari Bumi Sedunia 2023 yang diperingati setiap tanggal 22 April, World Resources Institute (WRI) Indonesia mengadakan webinar bertajuk “Bersama Melawan Krisis Iklim untuk Bumi Layak Huni” pada Kamis, 13 April 2023.
Kampanye dengan tagar #HariBumiSetiapHari ini akan dilakukan secara daring dan luring pada 13 April hingga 6 Mei 2023.
Acara #HariBumiSetiapHari sendiri merupakan rangkaian kegiatan diskusi, kompetisi, hingga edukasi untuk membangun kesadaran hingga mengajak masyarakat agar ikut terlibat dari aksi melawan krisis iklim.
Arief Wijaya selaku Program Director WRI Indonesia memberikan penjelasan, bahwa kampanye #HariBumiSetiapHari ini bermakna membawa semangat merawat Bumi dalam kehidupan sehari-hari.
“Melalui kampanye ini, WRI Indonesia menggarisbawahi pentingnya membawa semangat merawat Bumi dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya pada Hari Bumi saja,” kata Arief lewat keterangan tertulis.
Kondisi Bumi Kian Kritis
Kampanye yang digaungkan WRI Indonesia ini selaras dengan laporan Assesment ke-6 (AR6) yang diluncurkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada akhir Maret 2023 lalu.
Laporan itu memperlihatkan bahwa kondisi Bumi semakin kritis akibat krisis iklim. Maka dari itu, aksi yang lebih ambisius untuk menangani hal tersebut sangat dibutuhkan dalam lingkup global.
Akhirnya WRI Indonesia mengajak seluruh masyarakat agar ikut belajar dan beraksi lewat serangkaian kegiatan diskusi, kompetisi, dan edukasi yang akan diselenggarakan secara daring dan luring.
Langkah penanganan perubahan iklim di kota memerlukan kolaborasi antara pemerintah dan perusahaan dalam mempercepat aksi iklim melalui peningkatan akses terhadap pendanaan, sumber daya, dan inovasi lainnya.
"WRI Indonesia melalui program Cities 4 Forests mendorong gerakan organik kota-kota untuk menyadari arti penting hutan dan solusi-solusi berbasis alam,” ujar Yudhistira Pribadi, Flood Analysis Consultant WRI Indonesia.
Sementara Rizky Firmansyah selaku GIS Analyst for Forest Program WRI Indonesia sekaligus Peneliti FOLU Indonesia, menggarisbawahi terkait konsekuensi dampak negatif dari perubahan iklim terhadap sistem pangan.
“Perubahan iklim memberikan dampak negatif bagi produktivitas lahan, pertanian, dan perikanan. Hal ini lalu berdampak terhadap ketahanan pangan dan mata pencaharian," kata Rizky.
"Kelompok rentan pun akan terkena konsekuensi yang lebih parah. Dalam kehidupan sehari-hari, yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi melawan krisis iklim di sektor pangan antara lain dengan membuat kompos dari sisa makanan atau melakukan urban farming,” jelas Rizky.
Di waktu yang sama, Arliza Nathania selaku Energy Research Analyst WRI Indonesia memberikan penjelasan, meskipun industri memiliki peranan holistik dalam transisi energi, individu juga memiliki peranan penting untuk mendukung transisi energi menuju nol-bersih secara langsung dan tidak langsung.
Menurut Arliza, kontribusi secara langsung ini dapat dilakukan dengan cara ikut berpartisipasi dalam gerakan penghijauan, sedangkan untuk kontribusi secara tidak langsung yakni dengan cara mengubah pola konsumsi energi, membeli barang yang diproduksi secara ramah lingkungan, dan lainnya.