Indeks Lajang

Studi menunjukkan bahwa perempuan lebih bahagia jika melajang. Sebaliknya, laki-laki jadi sejahtera ketika menikah.

Salah satu pertanyaan Single Shaming: "Kapan Nikah?" dan bagaimana cara menghadapi Single Shaming dengan Elegan.

Nikola Tesla dan sejumlah ilmuwan dunia meninggal dalam keadaan tidak menikah.

Hasil penelitian menemukan bahwa oramg-orang yang hidup sendirian lebih berisiko terkena penyakit mental. 

Beberapa hasil penelitian menyebut hidup lajang bisa membuat orang lebih sehat dan bahagia.

Kaum Honjok atau lajang sebagai penyendiri semakin jadi fenomena di Korea Selatan.

Perempuan lajang lebih berisiko terkena kanker ovarium karena terus memproduksi telur dan menimbulkan jaringan luka atau rusak.

BPS merilis hasil survei indeks kebahagiaan 2017 yang menunjukkan orang kota dan lajang lebih bahagia daripada orang di pedesaan dan yang menikah atau cerai. Apa alasan mereka lebih bahagia?

Ketika masyarakat semakin mendesak kaum lajang untuk cepat-cepat menikah dan punya anak, menikahi diri sendiri menjadi jalan keluar.

Sandiaga Uno, Wakil Gubernur terpilih DKI Jakarta, berencana membangun pojok taaruf dan akan menerbitkan Kartu Jomblo. Padahal, di Amerika Serikat, kaum lajang banyak berhimpun dan mendorong isu sosial.

Ketika sejumlah penelitian menunjukkan kecenderungan enggan menikah di kalangan milenial, sebagian perempuan justru masih terobsesi dengan institusionalisasi hubungan percintaan.

Menjadi lajang di umur yang dianggap telah matang masih menjadi momok bagi sebagian besar masyarakat. Tapi ada juga tren tidak menikah di kalangan milenial.

Jika bisa memilih, bagaimana Anda akan menjalani sebuah hubungan? Dengan mereka yang kaya dan mapan? Yang cantik dan menarik? Yang pintar dan terpelajar? Adakah ukuran untuk sebuah hubungan yang bahagia? Sebenarnya apa yang membuat sebuah hubungan layak diperjuangkan?

Single dan Bahagia

Dalam lima tahun terakhir ada peningkatan angka perceraian. Sebanyak 70 persen gugatan cerai diajukan oleh pihak istri. Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama menyebutkan perpisahan ini karena ketidaksiapan menikah seperti tidak ada tanggung jawab, persoalan ekonomi, dan kehadiran pihak ketiga.

Kecenderungan orang untuk hidup melajang semakin meningkat. Mereka yang memilih jalan ini, merasa bahagia hidup tanpa kekangan, meski harus menabrak tabu.