“Dari Palu saya telah mendapatkan laporan bahwa Aerodrome Control Tower di Bandara SIS Al-Jufri retak dan rusak. Untuk sementara operasional di bandara ini ditutup sejak sore ini sampai dengan 24 jam kedepan,” kata dia.
Andriansa Manu, warga di Tatura Utara, Palu, Sulteng mengaku kebingungan dan tak bisa mendapat informasi apapun terkait gempa dan tsunami, karena listrik serta jaringan komunikasi terputus.
Gempa beruntun dengan kekuatan 5 sampai 7,4 SR mengguncang kawasan Donggala dan Palu pada 28 September 2018. Gempa ini diperkirakan terjadi karena aktivitas sesar Palu-Koro.
Vivi Yanti Banseng, salah satu warga di kota Palu mengaku saat ini ia dan tetangganya masih belum berani masuk ke dalam rumah, karena takut dengan adanya gempa susulan.
Jaringan telekomunikasi di Donggala dan sekitarnya tak dapat beroperasi lantaran pasokan listrik terputus setelah gempa 7,7 SR mengguncang pada pukul 17.02 WIB.
Basarnas mengatakan, pasca diterjang gempa dan tsunami, jaringan komunikasi terputus dan bandara di Palu sudah ditutup sejak pukul 18.00 WIB, Jumat (28/9/2018).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara Mutiara Palu belum bisa memberikan informasi yang lebih lengkap terkait terjadinya gempa di Kota Palu.