tirto.id - Program Indonesia MIRAH (Medical Innovation Research in Health) 2022 hasil kolaborasi Unilever Indonesia bersama Lembaga Riset Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kembali digelar.
Program yang terselenggara untuk kedua kalinya ini berhasil menjaring hampir dua kali lipat submisi riset dalam bentuk proposal penelitian dan karya tulis ilmiah di bidang kesehatan, yang disusun oleh para dokter, tenaga kesehatan, mahasiswa kedokteran dan akademisi di bidang kesehatan lainnya.
Indonesia MIRAH merupakan inisiatif kolaboratif antara Unilever Indonesia bersama Lembaga Riset Ikatan Dokter Indonesia yang bertujuan untuk mengembangkan iklim penelitian bagi praktisi dan akademisi kesehatan di Indonesia, sekaligus mendukung target transformasi kesehatan yang diusung pemerintah melalui Kementerian Kesehatan.
Terdapat 152 peserta yang mengajukan proposal penelitiannya pada program Indonesia MIRAH tahun ini, di mana jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dibanding tahun 2021 yang hanya 79 peserta.
dr. Marhaen Hardjo, Direktur Lembaga Riset IDI mengatakan, tahun ini program Indonesia MIRAH memberi kesempatan yang lebih luas kepada lebih banyak pihak, tidak hanya untuk dokter dan mahasiswa kedokteran, tapi juga dari bidang ilmu kesehatan lainnya.
"Kami sangat senang melihat antusiasme dari para peserta yang telah mengajukan proposal penelitian mereka, di mana tahun ini jumlah peserta meningkat hampir dua kali lipat dibanding tahun lalu (2021: 79 peserta, 2022: 152 peserta)," ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto, Senin (14/11/2022).
Menariknya, lanjut Marhaen, proposal penelitian yang diajukan sangat beragam dan banyak di antaranya yang juga fokus pada pentingnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam upaya mencegah penularan berbagai penyakit berbahaya.
"Beberapa ide penelitian di antaranya terkait edukasi mencuci tangan pada anak melalui storytelling, pemanfaatan sabun mandi tanpa bilas berbahan lidah buaya dan kemangi untuk mencegah infeksi di pengungsian, hingga pengaruh latihan submaksimal terhadap memori kerja orang dewasa yang sehat," terangnya.
Dari ratusan karya yang ikut dalam Program Kolaboratif Indonesia MIRAH 2022, nantinya akan dipilih 5 proposal dan 10 karya tulis ilmiah terbaik dengan tema besar "Pembangunan Berkelanjutan pada Penanganan di Bidang Kesehatan Pasca Pandemi" yang menekankan pada urgensi penerapan PHBS di tengah masyarakat, di mana total penghargaan berjumlah senilai Rp250.000.000.
Penghargaan tersebut diberikan bertepatan pada acara puncak Hari Kesehatan Nasional. Acara ini juga diisi dengan talkshow yang menampilkan narasumber Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin; Presiden Elect Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dr. Slamet Budiarto; dan Director Personal Care PT Unilever Indonesia Ainul Yaqin sebagai keynote speakers.
Narasumber lainnya ada Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes RI dr. Imran Pambudi; Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Indi Dharmayanti; Head of Professional Marketing Personal Care Unilever Indonesia Ratu Mirah Afifah; serta dr. Marhaen Hardjo.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menyatakan, pandemi COVID-19 telah membuka pandangan banyak orang akan pentingnya PHBS serta menjaga protokol kesehatan.
"Data BPS menunjukkan 1 dari 4 orang Indonesia tidak memiliki akses ke fasilitas cuci tangan dasar, dan hanya separuh fasilitas publik yang memiliki fasilitas CTPS yang berfungsi. Pemerintah Indonesia telah mengintegrasikan PHBS sebagai bagian dari sanitasi total berbasis masyarakat serta GERMAS, sebagai salah satu prioritas dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan 2030,” kata Menkes saat memberikan sambutannya.
Selain itu, Menkes juga mengapresiasi kerja sama Lembaga Riset IDI bersama Unilever melalui Indonesia MIRAH dan berharap program ini dapat mendukung peningkatan ketahanan kesehatan di Indonesia melalui riset dan inovasi.
Pada kesempatan yang sama, Ainul Yaqin, Direktur Personal Care Unilever Indonesia menyampaikan, riset dan penelitian yang mendalam menjadi pondasi dari lahirnya berbagai inovasi, tak terkecuali di bidang kesehatan.
"Semangat riset dan inovasi pulalah yang menjadi landasan kami dalam menghadirkan rangkaian produk dan inisiatif yang dapat membantu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat," jelas Ainul.
Menurutnya, hal ini selaras dengan The Unilever Compass, yang merupakan strategi besar Unilever dalam menjalankan bisnis sekaligus memberi manfaat kepada masyarakat.
"Kolaborasi Unilever bersama Lembaga Riset IDI melalui Indonesia MIRAH juga menjadi salah satu manifestasi dari strategi tersebut,” ungkapnya.
Sejak 2004, Unilever melalui brand-brand unggulannya salah satunya Lifebuoy, secara konsisten memberikan rangkaian edukasi berkelanjutan serta membangun fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebagai bagian dari PHBS, dan telah berhasil menjangkau 100 juta masyarakat Indonesia.
Terbaru, Unilever juga menyusun White Paper Study yang bertujuan untuk mengevaluasi program edukasi CTPS, guna menjaga kualitas dan manfaat program yang kami kembangkan, serta agar dapat terus memberikan dampak positif bagi anak-anak, orang tua, dan masyarakat luas.
Urgensi kehadiran riset dan penelitian dalam membangun ketahanan sektor kesehatan Indonesia disampaikan oleh Presiden Elect Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dr. Slamet Budiarto.
“Berbagai penelitian menegaskan tentang bagaimana perubahan perilaku masyarakat terkait PHBS menjadi kunci dalam mencegah penyebaran berbagai penyakit menular. Inilah mengapa, riset dan inovasi terkait PHBS penting untuk terus diperbaharui sehingga masyarakat dapat terus terinformasi dan teredukasi terkait urgensi penerapan PHBS dalam kehidupan sehari-hari, guna mencegah penyebaran berbagai penyakit berbahaya," terangnya.
Pentingnya membangun minat riset dan penelitian khususnya di bidang kesehatan juga dipertegas oleh Indi Dharmayanti, Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN.
Ia mengatakan, jumlah peneliti di Indonesia, khususnya terkait kesehatan masih tergolong rendah. Global Innovation Index menempatkan Indonesia di urutan ke 87 dari 132 negara.
"Padahal, kebutuhan akan riset dan inovasi di bidang kesehatan sangatlah dibutuhkan khususnya dalam membangun ketahanan sektor kesehatan pasca-pandemi, mengingat berbagai kebijakan akan tepat diputuskan jika berlandaskan pada suatu penelitian,” tukasnya.
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Dhita Koesno