tirto.id - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan pelonggaran ketentuan Uang Muka Kredit/Pembiayaan Kendaraan Bermotor menjadi paling sedikit 0% untuk semua jenis kendaraan bermotor baru dilanjutkan hingga 31 Desember 2022.
Langkah ini dilakukan untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor otomotif dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko. Kebijakan ini berlaku pada pelonggaran rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) Kredit/Pembiayaan Properti menjadi paling tinggi 100% untuk semua jenis properti baik rumah tapak, rumah susun, serta ruko/rukan.
“Bagi bank yang memenuhi kriteria NPL/NPF tertentu, dan menghapus ketentuan pencairan bertahap properti inden untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor properti dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko, berlaku efektif 1 Januari 2022 sampai dengan 31 Desember 2022,” kata dia, Selasa (19/10/2021).
Kebijakan untuk memperpanjang program DP 0 persen tadinya akan berakhir pada 31 Desember 2021. Namun, program ini kembali dilakutkan untuk mengoptimalkan seluruh bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung upaya perbaikan ekonomi lebih lanjut.
Selain memperpanjang kebijakan DP 0 persen, ada pula keputusan lain yang dilakukan BI untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Yaitu, memperpanjang masa berlaku kebijakan kartu kredit untuk batas minimum pembayaran kartu kredit sebesar 5 persen dari total tagihan sampai dengan 30 Juni 2022. Kemudian penurunan nilai denda keterlambatan pembayaran kartu kredit sebesar 1 persen dari outstanding atau maksimal Rp100.000 sampai dengan 30 Juni 2022.
Kebijakan ini dilakukan untuk memulihkan perekonomian Indonesia melalui stimulus yang bisa mendorong konsumsi masyarakat. Pasalnya, ia menjelaskan pemulihan ekonomi global berlanjut, tapi lebih rendah dari prakiraan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi di Amerika, Cina, dan Jepang lebih rendah dari prakiraan sejalan dampak kenaikan kasus varian delta Covid-19, serta gangguan rantai pasokan dan energi global.
Di sisi lain, pemulihan ekonomi Eropa lebih tinggi sehingga menahan perlambatan ekonomi global. Kinerja sejumlah indikator dini seperti Purchasing Managers' Index (PMI), penjualan eceran, dan keyakinan konsumen secara umum melambat pada September 2021.
Dengan perkembangan tersebut, BI merevisi pertumbuhan ekonomi global 2021 menjadi 5,7 persen dari prakiraan sebelumnya sebesar 5,8 persen. Kenaikan volume perdagangan dunia dan harga komoditas terus berlanjut, sehingga menopang prospek ekspor negara berkembang.
Pemulihan ekonomi dunia diperkirakan akan tetap berlanjut pada 2022 meskipun dampak dari gangguan rantai pasokan dan keterbatasan energi perlu tetap diwaspadai. Ketidakpastian pasar keuangan global sedikit menurun di tengah kekhawatiran pengetatan kebijakan moneter global yang lebih cepat sejalan kenaikan inflasi yang terus berlangsung.
“Perbaikan ekonomi domestik tetap berlanjut. Pada triwulan III 2021, kinerja perekonomian diprakirakan terus membaik, didukung kinerja ekspor yang tetap tinggi serta aktivitas konsumsi dan investasi yang kembali meningkat sejalan pelonggaran pembatasan mobilitas,” kata dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz