tirto.id - Pemilu (Pemilihan Umum) Wali Kota London tahun ini membawa warna yang berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Seorang kandidat yang merupakan politisi Muslim yakni Sadiq Khan (45) dalam berbagai survei berada dalam posisi yang sangat diunggulkan dalam pemilu tersebut. Sadiq Khan merupakan keturunan imigran yang berasal dari Pakistan.
Lahir di Tooting, kawasan London bagian selatan, Sadiq Khan merupakan anak seorang supir bus selama 25 tahun, demikian seperti dikutip dari kantor berita Antara, Rabu, (27/4/2016).
Pemilu yang akan digelar pekan depan, tepatnya 5 Mei 2016, akan menentukan tak hanya siapa yang menjadi orang nomor satu di London, tapi juga mematok sejarah baru di mana seorang Muslim akan bisa memimpin kota besar di negeri Barat untuk pertama kalinya.
Dukungan politik buat politisi Muslim disebut-sebut kian menguat, terutama karena susunan demografi Kota London yang unik. Satu dari tiap delapan warganya adalah penganut agama Islam. Dengan kata lain, 12,5 persen populasi London adalah pemilih potensial berbasis keagamaan untuk Sadiq. Selain itu, penduduk kulit putih keturunan Inggris di London hanya separuh dari total populasi.
Persaingan politik di London kali ini akan menyandingkan kompetisi antara anak supir bis dan anak milyuner. Hal ini tak lain karena Zac Goldsmith (41), pesaing Sadiq Khan, adalah anak dari keluarga kaya raya Inggris yang bersekolah di Eton, seperti Pangeran William dan Perdana Menteri David Cameron.
Sebagai orang yang datang dengan latar belakang Muslim dan imigran, Sadiq justru menyatakan bahwa London adalah kota terbaik untuk hidup sebagai seorang Muslim.
Ia menegaskan, anak-anaknya sudah sangat tepat tumbuh besar di London karena hukum di wilayah tersebut melindungi mereka dari tindakan diskriminasi.
"Hukum di sini telah melindungi hak-hak saya misalnya saya ingin wudhu dan sholat. Saya bisa memanjangkan janggut, dan bila istri saya memang berkehendak, ia bisa saja menggenakan hijab tanpa harus mengalami diskriminasi atau intimidasi,” ujar Sadiq.
"Kita harus menjelaskan kepada masyarakat di negara dengan mayoritas Muslim bahwa saya adalah representasi Barat, dan bila mereka membenci Barat, berarti mereka membenci saya."
Saat ini para calon pemilih akan melihat siapa dari antara kedua kandidat itu yang menawarkan program kerja terbaik, sekaligus solusi paling realistis buat sekian banyak masalah mereka.
London masih menghadapi persoalan angka pengangguran yang tinggi yaitu sekitar 6,3 persen, setara dengan 291.000 orang di Februari 2016. Angka ini lebih buruk daripada kondisi nasional Inggris yaitu 5,1 persen. (ANT)
Reporter: Yantina Debora
Editor: Agung DH