tirto.id - Seminggu jelang gelaran Euro atau Piala Eropa 2016, pihak kepolisian Inggris menyatakan bahwa ada kemungkinan serangan teroris dari kelompok ISIS akan mengarah ke lokasi penyelenggaraan ajang sepakbola terbesar di Eropa tersebut, yakni di Prancis. Tak hanya itu, para pekerja transportasi kereta api dan angkutan kota Prancis juga berencana untuk melakukan aksi mogok kerja sebelum pesta pembukaan Piala Eropa pada 10 Juni mendatang.
Sebagaimana dilansir dari laman BBC, Ron Wainwright selaku direktur lembaga penegakan hukuman Uni Eropa mengatakan ancaman terhadap penyelenggaraan Euro 2016 tergolong tinggi. Ia bahkan menyebut hampir tak mungkin untuk menjamin sepenuhnya keamanan bagi para suporter. Namun otoritas keamanan Prancis berbeda pendapat dengan menyebut resiko serangan tidak terlalu tinggi.
“Saya tidak ragu mengatakan Piala Eropa masuk daftar target dari (ISIS), dengan berbagai alasan. Ancaman itu tergolong masuk kategori tinggi. Kami terus menjalin kerjasama dengan Inggris yang terus melakukan pengamanan. Mereka banyak belajar dari serangan pada November lalu.” kata Wainwright.
Data menunjukkan bahwa para teroris menargetkan fans sebagaimana ditemukan dalam laptop yang dimiliki saleh Abdesalam, otak di balik serangan Paris yang mengakibatkan 130 orang terbunuh. Otoritas keamanan Prancis terus melakukan pengamanan jelang dan selama penyelenggaraan Piala Eropa 2016 dengan mengerahkan aparat kepolisian dan pasukan militer.
Sedangkan ancaman mogok dari para pekerja akan dilakukan sebagai wujud protes mereka atas kebijakan perubahan jam kerja. Aksi protes terus melebar yang pada gilirannya mempengaruhi kondisi pasar tenaga kerja di Prancis. Pemerintah setempat berusaha agar aksi mogok kerja ini diharapkan dapat tertanggulangi dalam waktu dekat sebelum pembukaan Piala Eropa.
Jaringan kereta api nasional mencakup sekitar 60 persen terdiri dari kereta api cepat. Dua pertiga layanan mereka diharapkan dapat segera beroperasi, sebagaimana dinyatakan oleh perusahaan kereta api Prancis SNCF.
Sebelumnya, Bernanrd Cazenueve selaku menteri dalam negeri Prancis mengerahkan sekitar 90.000 aparat keamanan dan polisi untuk menjaga keamanan selama Euro 2016 berlangsung. Penjaga keamanan dan polisi anti huru-hara yang dikerahkan berjumlah sekitar 77.000 personil dan siap untuk disebar serta ditempatkan di titik-titik penyelenggaraan pertandingan dimana 13.000 aparat keamanan kota dan 1000 relawan juga selalu siap sedia.
Cazenueve berkata bahwa isu keamanan dari penyelenggaraan final Piala Prancis akan dijadikan bahan pelajaran berarti untuk menyusun perencanaan mengenai strategi pengamanan Piala Eropa 2016 di 10 stadion yang akan dipakai untuk memainkan pertandingan sejak babak penyisihan grup. Sebanyak 51 laga yang digelar akan dihadiri oleh ratusan ribu orang dan ditonton oleh sekitar 2,5 miliar penduduk dunia.
UEFA alias Badan Sepakbola Eropa bertanggung jawab penuh atas keamanan di dalam stadion. Ada juga pengerahan aparat keamanan swasta yang berjaga di kawasan “fans zone”.
“Tujuan kami agar Piala Eropa menjadi perhelatan terbesar yang memiliki ciri khas Prancis. Kami memprioritaskan faktor keamanan dengan selalu berjaga-jaga dan mengantisipasi segala ancaman,” ungkap Cazenueve.
Serangan teror yang melanda Paris pada November 2015 memang menjadi momok yang menakutkan bagi tiap penyelenggaraan acara sepak bola di Prancis. Stade de France adalah stadion pembukaan sekaligus final Piala Eropa tahun ini, dan kebetulan yang menjadi sasaran aksi bom bunuh diri teroris kala itu. Korban yang jatuh mencapai 130 orang dan dunia mengutuk keras aksi tak manusiawi itu.
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Iswara N Raditya