tirto.id - PT Petrokimia Gresik, salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang penyediaan pupuk, mengalami kenaikan omzet penjualan sebesar enam persen: dari Rp25,10 triliun pada 2014, menjadi Rp26,73 triliun pada 2015.
Namun, Direktur Utama PT Petrokimia Gresik Nugroho Christijanto, di Gresik, Jumat (15/7) mengatakan kenaikan itu tidak diiringi dengan laba komprehensif perusahaan secara umum, yang malah turun 9,51 persen: dari Rp1,69 triliun pada 2014 menjadi Rp1,53 triliun pada 2015.
"Hal ini disebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan nasional setahun terakhir, ditambah melemahnya nilai tukar rupiah, sebab sebagian besar bahan baku pabrik berasal dari impor," kata Nugroho, ditemui dalam rangkaian acara HUT ke 44 perusahaan tersebut.
Nugroho menambahkan, naiknya penjualan omzet salah satunya disebabkan selama tahun 2015 produktivitas karyawan mengalami kenaikan lima persen dari Rp7,64 miliar di tahun 2014, menjadi Rp8,06 miliar pada periode 2015.
"Kenaikan tersebut juga membuat total aset yang dimiliki perusahaan juga mengalami kenaikan 27 persen. Dari yang pada tahun 2014 hanya berjumlah Rp22,84 triliun, kini sudah mencapai Rp29,12 triliun," katanya.
Nugroho mengaku bersyukur, karena secara umum hingga pertengahan 2016 perusahaan masih memiliki kinerja yang baik dan bisa mengembangkan usahanya.
"Dengan kesatuan tekad dan perencanaan yang matang serta penerapan tata kelola perusahaan yang baik, kami mampu menutup tahun 2015 dengan capaian kinerja yang bagus," ucap Nugroho kepada wartawan.
Ke depan, Nugroho mengaku telah menyiapkan beberapa penguatan struktur usaha di antaranya menyelesaikan proyek amoniak-urea II untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Kemudian, membangun proyek uprating IPA Gunungsari demi menjamin ketersediaan air industri untuk jangka panjang, serta menambah alokasi pergudangan dan aktivitas pelabuhan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan.
Dipilihnya penguatan struktur, kata Nugroho, agar tercipta keberlanjutan dalam jangka panjang, dan operasional perusahaan dapat berlangsung lebih efisien dalam rangka menekan biaya produksi.
"Khusus untuk proyek amoniak-urea II kami berharap ke depan tak lagi mengimpor bahan baku dari luar negeri, tapi sudah bisa memproduksi sendiri," ucapnya.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari